Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Kapuas Hulu - Sedikitnya sudah tiga kali banjir besar merendam sebagian wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, sepanjang tahun ini. Banjir yang tidak wajar, begitu sebagian kalangan menilainya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Data Badan Nasional Penanggulangan Banjir (BNPB) menunjukkan Kapuas Hulu bukan satu-satunya wilayah yang sedang menanggung dampak pembukaan dan perusakan hutan secara massif di Kalimantan Barat. Dampak itu berupa luapan Sungai Kapuas dan Melawi yang tak tertanggungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Beberapa masyarakat mengatakan bahwa daerahnya yang dulu tidak pernah kebanjiran, pada tahun ini kebanjiran, sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak siap yang mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit," kata Hermas R. Mering, penggiat lingkungan di Kapuas Hulu, Senin 15 November 2021.
Dikatakan Hermas, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kapuas Hulu September 2021, banjir merendam hingga 10 kecamatan. Sedangkan pada banjir bulan ini, per Senin itu, 12 kecamatan. Total sebanyak lebih dari 12 ribu keluarga atau 38 ribu jiwa yang terdampak.
Lebih lanjut Hermas mengatakan, kecamatan yang terdampak banjir saat ini merupakan kecamatan yang banyak terdapat kegiatan perkebunan kelapa sawit, baik perusahaan maupun swadaya. Mereka adalah Kecamatan Selimbau, Semitau, Silat Hilir, Batang Lupar dan Badau.
"Perubahan iklim, pembukaan hutan, tata guna lahan yang tidak terkontrol serta pendangkalan sungai-sungai tentu semuanya berkontribusi terhadap terjadinya banjir," kata Hermas yang juga Sekretaris Forum Organisasi Masyarakat Sipil Kapuas Hulu.
Dituturkan Hermas, pembukaan hutan yang telah terjadi sejak 1970-an melalui Hak pengusahaan Hutan (HPH) mendapat percepatan belakangan ini. Pada tahun lalu setidaknya dua Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan atau IUPHHK-HA, pengganti HPH, baru diberikan di Kapuas Hulu. Satu di antaranya bahkan membuka pabrik flywood di hulu Sungai Kapuas.
Selain itu, sepanjang 2019 saja, berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, terdapat 29 izin lokasi baru perkebunan kelapa sawit. Sedangkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kapuas Hulu menyebut setidaknya 18 perusahaan sawit aktif dalam pengelolaan kebunnya yang rata-rata berada di beberapa kecamatan yang hingga kini terendam banjir.
Warga berjalan di depan rumahnya yang terendam banjir di Baning Kota, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Senin, 15 November 2021. Enam kabupaten di Kalimantan Barat yang teredam banjir, yaitu Sanggau, Sekadau, Melawi, Sintang, Kapuas Hulu dan Ketapang. ANTARA/Abraham Mudito
Hermas mengatakan dengan kondisi bencana saat ini, tidak penting untuk saling menyalahkan atau bahkan mengutuk. Yang diperlukan, menurut dia, upaya bersama-sama berpikir dan mulai bertindak. "Yaitu mendorong prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, agar bencana banjir besar dan bencana alam lainnya tidak terjadi lagi seperti tahun ini."
Ditambahkannya, "Masyarakat tidak juga kehilangan hak-haknya, baik hak wilayahnya mau pun hak hidupnya."
Banjir yang terjadi di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin 15 November 2021. Banjir besar di wilayah itu telah terjadi sedikitnya tiga kali terjadi sepanjang tahun ini . ANTARA FOTO/HO-Dok. Humas TNBKDS Kapuas Hulu (Teofilusianto Timotius)
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kabupaten konservasi yang memiliki 23 kecamatan, 278 desa serta empat kelurahan dengan dua taman nasional yaitu Taman Nasional Betuk Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum. Kabupaten Kapuas Hulu berada di bagian Timur wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.