AIR Sungai Chambal, anak Sungai Yamuna, India, ternyata
mengandung unsur kimia beracun seperti mercury, belerang, zine
dan sodium. Kehidupan air tiada lagi ditemukan di sungai itu.
Airnya dinyatakan tidak sehat, banyak hewan ternak yang
meminumnya lalu mati, akibat buangan sampah industri.
Kualitas air Sungai Chambal akan lebih memburuk jika Pusat
Listrik Tenaga Air (220 MW) di Kota, selesai dibangun tahun
depan. Cerobong asap PLTA itu akan menyemburkan abu sejauh
jangkauan radius 8 km. Dari sana pula dimuntahkan senyawaan
belerang dan chlorida ke dalam Sungai Chambal. Air yang sudah
tercemar berat ini lalu bermuara di Sungai Yamuna. Dari sini
kemudian air beracun tadi dimuntahkan ke aliran Ganga dekat kota
Allahabad.
Sesungguhnya masih puluhan sungai lain yang tercemar berat
mengirimkan airnya ke Ganga. Maka tidak mengherankan bila.
sekelompok ahli lingkungan hidup sejak tahun lalu mengungkapkan
bahwa Ganga sudah tercemar. Sungai besar itu yang dianggap mampu
membersihkan dosa, dan disucikan oleh hampir 500 juta pemeluk
Hindu, dinyatakan tidak sehat lagi untuk mandi.
Biasanya pemeluk Hindu, terutama Januari - Februari, mencelupkan
diri di Ganga dan hanyak cabang sungainya dalam upacara mandi
bersama (mela). Kegiatan semacam ini biasanya dipusatkan di
Allahabad. Varanasi (Benares), Kasi, dan Hardwar --semua kota
itu juga sering dipakai untuk acara mela.
Ironisnya lagi ialah kota suci Benares, tempat ratusan candi
berdiri dan jadi pusat kegiatan ribuan pendeta Hindu, juga ikut
tercemar. Sebab pencemaran berasal dari limbah perabuan mayat
manusia yang sering dicurahkan ke sungai. Masihkah air Ganga
sehat seperti disebut Mark Twain, sastrawan tersohor AS? Konon
setelah meneliti contoh air Ganga di laboratorium, ia menyatakan
kualitas airnya bebas kuman. Walaupun ada benarnya kisah itu
dulu, banyak perubahan besar telah terjadi sejak Twain
berkunjung ke India.
Ganga--panjang 2.506 km--mengalir melalui kawasan industri
berpenduduk padat di negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, dan
Bengala Barat. Berhulu di pegunungan Himalaya, Ganga bermuara di
Teluk Bengala. Sekitar 300 juta manusia tinggal di sepanjang
kawasan alirannya.
Sekitar 80% pencemaran air di India disebabkan oleh kota yang
jorok dan industri yang ceroboh, menurut laporan Earthwatch
yang terbit di London. Menteri Pekerjaan dan Perumahan, Ram
Kinker, pernah tahun lalu -- sebelum kebangkitan kembali
pemerintahan Indira Ganhi -- mengungkapkan bahwa hanya 8 dari
142 kota besar di India yang mempunyai sistem pembuangan
kotoran. Setelah dikritik agaknya, 62 kota. kemudian
rnerencanakan pembuatan sistem tersebut, sedang 72 kota tak
punya rencana apapun. Akibatnya tentu saja banyak sungai
tercemar.
Kadar Tinggi
Para ahli di lerala yang memonitor Sungai Chaliyar, misalnya,
telah menemukan kadar medcury yang tinggi dalam Ikan yang jadi
makanan pokok penduduk desa sepanjang sungai itu. Mercury
tersebut, menurut para ahli kimia, berasal dari sebuah pabrik
rayon.
Juga Sungai Rushkulya di Orissa dan Sungai Kalu, dekat Bombay,
telah tercemar. Mercury ditemukan pada ikan sungainya dengan
kadar tinggi, bahkan intraculli pula susu hewan ternak, dan
sayuram Yang mengejutkan ialah diketemukan unsur logam berat
seperti timah hitam, cadmium, dan tembaga.
Pabrik--yang tidak dilengkapi peralatan pemurnian limbah --
memang jadi penyebab utama pencemaran. Di negara-bagian Madhya
Pradesh, misalnya, ada 220 pabrik yang menumpahkan sekitar 150
juta gallon (570 juta liter) limbah (sampah) cair ke berbagai
sungai. Sungai Khan sendiri menerima 9 juta gallon (34,2 juta
liter) air campuran berbagai kotoran dan senyawaan kimia dari
puluhan pabrik. Sedang sungai itu menjadi sumber kehidupan 18
ribu penduduk di 23 desa. Tak ayal lagi bila mereka sering
terserang penyakit pencernaan (gastroenteritis).
Badan Pengawasan dan Pencegahan Pencemaran Air didirikan di
Madhya Pradesh tahun 1974. Badan ini telah menegur 170 pabrik,
tapi hanya 32 di antaranya kemudian mau membangun perlengkapan
pemurnian air limbah, dan Setiap saat menguji tingkat
pencemarannya. Selebihnya, tak peduli. "Kami tidak ingin
menakut-nakuti kaum industrialis pergi dari halaman negarabagian
ini," kata D.V.S. Murthy, pimpinan badan itu, yang tampaknya tak
serius menjaga supaya tegurannya diperhatikan.
Sesungguhnya pemerintah New Delhi sudah berpegang pada
Undang-undang Pengawasan dan Pencegahan Pencemaran Air 1974.
Dengan UU ini setiap negara-bagian yang membentuk Badan
Pengawasan dan Pencegahan Pencemaran Air dapat bertindak. rapi
para pejabat toh masih tak berdaya mendisiplinkan industrialis
pembangkang yang enggan membangun fasilitas pemurnian. Alasan
mereka, tidak kuat mengongkosi pembelian bahan kimia yang
menetralisir pengaruh racun.
Ada anjuran supaya pabrik-pabrik yang jadi sumber polusi itu
dibebani pajak khusus yang kemudian hasilnya digunakan untuk
menyediakan -- dengan petunjuk pemerintah --segala fasilitas
penjernihan air buangan industri. Pihak pejabat resmi ternyata
masih belum tergesa-gesa menanganinya.
Bukan kaum industrialis saja, bahkan banyak dewan kota di India
belum cukup sadar untuk memprioritaskan proyek pencegahan
pencemaran air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini