Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Teater remaja aksi

Karya/sutradara: ikranegara produksi: teater saja pemain: ikranegara, wienda danieh suprayitno, pratomo resensi oleh: yudhistira anm massardi. (ter)

30 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANCEMON DAN NOMOR LAINNYA Karya/Sutradara: Ikranagara Produksi: Teater Saja Pemain: Ikranagara, Wienda Daniel, Suprayitno, Pratomo JIKA kenyataan ditutup-tutupi, maka ia akan memberontak dalam dirinya sendiri. Dan tidak mustail akan berubah menjadi kekuatan sosial politik," ujar Ikranagara, membuka pementasannya. Kalimat itu, yang keren, dan juga basi, diulang-ulangnya bagai seorang anak remaja menghafalkan kata-kata mutiara. Juga tokoh yang bernama Ancemon berulang-ulang menjelaskan kemalangannya dengan kalimat itu-itu juga. Konon perempuan itu ditinggal mati suaminya. Lalu ketika ia hendak mencairkan uang simpanannya di bank, tiba-tiba ada beberapa perempuan lainnya yang mengaku juga bernama Ancemon dan merasa berhak atas uang itu. Seterusnya, kasus itu akan diajukan ke pengadilan. Nomor berikutnya diberi judul Mumpungisme. Tentang seorang pemuda yang terus-menerus berkeluh kesah tentang ibu dan bapaknya yang sedany jadi penguasa. Si ibu, menurutnya, selalu mengatur si bapak. Dan di bagian akhir sang anak tiba-tiba berpikir "Jangan-jangan, bapakku koruptor," katanya. Bagian terakhir Haha Haha. Tentang seorang pejabat bawahan yang frustrasi karena laporan tentang rakyat di desanya yang kelaparan tak digubris atasannya. Sesudah nomor ini, Ikra muncul lagi dan mengulangi kata-kata mutiaranya. Tentang pertunjukannya yang berlangsung di Teater Tertutup TlM, 20-24 Agustus ini, Ikra menyebut "Saya sedang asyik dengan imaji-imaji teatrikal yang singkat-padat-mantap seperti batu granit. Atau yang singkat-panas-membakar seperti meteor!" Juga hebat. Hanya yang muncul di pentas ternyata sekedar pernyataan-pernyataan tanpa imaji, seperti pembacaan sobekan koran edisi beberapa bulan lalu -- ditambah aksi. Penonton sendiri tidak bertepuk-mereka sudah lama tahu. Kalau benar ini kesempatan terakhir yang diberikan Dewan Kesenian Jakarta kepada 'Teater Saja', maka lebih baik dikatakan bahwa Ikra memang tidak berbakat sebagai pencipta. Ia bagus sebagai kritikus atau pemikir mengenai teater dan sekitarnya, dan bidang itu sebenarnya terhormat. Yudhistira A.N.M. Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus