Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tema Hari Bumi 2024 adalah Planet vs. Plastics (Planet Melawan Plastik). Kampanye ini menyoroti bahaya plastik yang telah melampaui sekadar isu lingkungan, menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Earth Day Network, organisasi di balik peringatan Hari Bumi, menuntut pengurangan produksi plastik hingga 60% pada tahun 2040. Mereka juga mendesak pemberlakuan Perjanjian PBB tentang Polusi Plastik untuk mengakhiri produksi plastik sekali pakai pada tahun 2030.
Produksi dan Dampak Plastik
Dikutip dari situs Program Lingkungan PBB atau UNEP, sekitar 9,2 miliar ton plastik telah diproduksi, dengan 7 miliar ton menjadi limbah mencemari daratan dan lautan sejak tahun 1950-an. Daya tahan plastik yang mencapai ribuan tahun menjadikannya ancaman terus-menerus bagi kelangsungan hidup di Bumi.Aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia menunjukkan sejumlah sampah rumah tangga saat kegiatan bersih sampah dan audit merek (brand audit) di Pantai Tirang, Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 12 November 2023. Dalam aksi tersebut Greenpeace Indonesia melalui kampanye Break Free From Plastic ingin menekankan tanggung jawab produsen yang diperluas (Extended Producer Responsibility) atas pengolahan atau pembuangan produk pasca-konsumen serta mendorong produsen untuk berkomitmen mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan bungkusan sesuai dengan mandat peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk peta jalan pengurangan sampah oleh produsen pada tahun 2030. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Produksi plastik dunia mencapai 430 juta ton per tahun, dua pertiganya adalah produk sekali pakai yang langsung jadi sampah. Jika tidak segera diatasi, angka ini akan meningkat tiga kali lipat pada 2060.
Zat kimia beracun dalam plastik dan mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui paparan langsung atau konsumsi, menyebabkan berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, gangguan kesuburan, penyakit otak, hingga kanker.
Tak hanya manusia, lebih dari 800 spesies hewan juga terdampak polusi plastik, menyebabkan kelaparan, terluka, hingga kematian.
Ancaman Tak Kasat Mata
Plastik telah merasuk ke setiap aspek kehidupan modern kita, mulai dari apa yang kita pakai, bagaimana kita bepergian, dan apa yang kita makan. Namun, dari mana sebenarnya plastik ini berasal?
Dari industri kemasan hingga produk konsumen, dari bangunan hingga pertanian, dari perikanan hingga energi, plastik menjadi bahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dikutip dari earthday.org, lebih dari 500 miliar kantong plastik diproduksi di seluruh dunia tahun lalu. Banyak kantong plastik hanya digunakan beberapa menit, namun memiliki masa “pasca kegunaan” selama berabad-abad. Bahkan setelah terurai, plastik tetap berubah menjadi mikroplastik, partikel kecil yang meresap ke setiap sudut kehidupan di planet ini.
Di Amerika Serikat, 100 miliar wadah minuman plastik terjual tahun lalu. Itu lebih dari 300 botol per penduduk. Beberapa wadah akan didaur ulang menjadi bangku taman; namun, 95% dari semua plastik di AS tidak akan didaur ulang sama sekali.
Bahkan 5% plastik yang didaur ulang menjadi produk yang lebih rendah atau dikirim ke negara-negara miskin untuk didaur ulang, sementara permintaan untuk plastik baru tetap tinggi.
Masyarakat jarang memikirkan air ketika membicarakan plastik. Namun, pembuatan satu botol air plastik membutuhkan air enam kali lipat dari jumlah air yang dikandung oleh botol itu sendiri.
Industri fashion cepat saat ini menghasilkan lebih dari 100 miliar pakaian setiap tahun. Sekitar 60 persen bahan yang digunakan untuk membuat pakaian terbuat dari plastik, dan setiap detiknya satu truk sampah tekstil ditimbun atau dibakar.
Sekitar 85% pakaian akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah atau di tempat pembakaran sampah, dengan hanya 1% didaur ulang. Hampir 70% pakaian dibuat dari minyak bumi, yang menghasilkan pelepasan serat mikro berbahaya saat dicuci dan berkontribusi terhadap polusi jangka panjang di tempat pembuangan sampah.
Hari Bumi 2024 membawa pesan yang jelas: produksi dan konsumsi plastik kita telah melampaui batas kelestarian.