Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Tembaga Di Hulu Lamasi

Eksplorasi tambang tembaga dipegunungan sangkaropi tana toraja, oleh pn. aneka tambang mungkin dihentikan. bupati luwu dan bupati tana toraja memprotes, kawatir limbah pabrik mencemari lingkungan. (ling)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Tembaga Di Hulu Lamasi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DEMI kelestarian lingkungan, sebuah usaha penambangan tembaga mungkin harus dihentikan. Ini terjadi di Sulawesi Selatan sejak PN Aneka Tambang melakukan eksplorasi di Pegunungan Sangkaropi, Kabupaten Tana Toraja yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten- Luwu. Di sana ditemukan kandungan tembaga -- juga emas, timah hitam dan seng. Areal itu hampir seluas 3 hektar. Selain di Sangkaropi, Kabupaten Tana Toraja, kandungan mineral yang sama juga terdapat di Rumanga, Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu seluas 24 hektar, serta di Pilolo 3 kilometer dari Rumanga. Menurut Ir. Sudirman Tjakradinata, salah seorang tenaga peneliti Aneka Tambang, sejak dimulai 1974, eksplorasi itu sudah memasuki tahap studi kelayakan. Tapi usaha itu mendadak menghadapi hambatan. Karena kemudian ternyata Bupati Luwu dan Bupati Tana Toraja tidak setuju eksplorasi itu diteruskan, apalagi dengan usaha penambangan. "Saya mengkhawatirkan kemungkinan pencemaran lingkungan akibat pembukaan tambang itu kelak," kata Bupati Luwu, Drs. Abdullah Suara, yang rupanya telah menulis surat kepada Menteri Negara PPLH Emil Salim dan Sesdalopbang Solihin G.P. untuk menyatakan keberatannya. Pencemaran itu terutama dikhawatirkan terhadap Sungai Sa'dang dan Lamasi yang berhulu di Pegunungan Sangkaropi. Apalagi sekarang ini sedang dibangun sebuah bendungan di Batusitanduk (Kecamatan Walenrang, salah satu lokasi eksplorasi) yang menampung air Sungai Lamasi. Bendungan yang akan mengairi 18.000 hektar itu merupakan rangkaian proyek irigasi Luwu, meliputi irigasi Kalaena, Kanjiro dan Pompengan . Proyek eksplorasi tambang tembaga itu bertabrakan dengan proyek irigasi, menurut seorang pejabat di Provinsi Sul-Sel yang membidangi pembangunan, karena nampaknya memang tidak ada saling kontak antara Aneka Tambang dan pemda setempat. "Aneka Tambang melakukan eksplorasi secara diam-diam, sedang bupati mengirim surat langsung ke pusat tanpa setahu provinsi," kata pejabat tersebut. Menurut Humas PN Aneka Tambang di Jakarta, Ali Erman, tahun lalu sudah dibentuk sebuah tim gabungan yang antara lain terdiri atas pemda, agraria, perindustrian untuk mensurvei kemungkinan pencemaran itu. "Dan sekarang Aneka Tambang sedang menunggu hasilnya," katanya. Mengenai kemungkinan pencemaran, menurut Ali Erman, "itu baru kekhawatiran, sebab yang dilakukan sekarang ini baru eksplorasi, sedang usaha penambangannya belum dilakukan. " Selain itu Aneka Tambang juga sudah menyediakan sebuah tempat khusus untuk menampung limbah, bila kelak pabrik tembaga mulai bekerja. "Penampungan itu di kawasan yang lebih rendah, dan saya kira tidak mengganggu sungai yang menjadi sumber air minum penduduk," kata Ali Erman pula. Celakanya justru tempat penampungan itulah, namanya Lembah To'dao, yang juga dikhawatirkan. Sebab ada anak-anak sungai yang berhulu di sana. Selain itu lembah itu juga dikhawatirkan akan mengalami erosi karena buangan limbah kelak. Di tengah gencarnya kritik itu, kini Aneka Tambang sedang mencari jalarl keluar: bagaimana menambang tanpa mencemari lingkungan. "Misalnya penambangan itu dilakukan secara tertutup, artinya di bawah tanah. Tapi hal itu makan banyak biaya," kata Ir. Sudirman. Kalau diiakukan secara terbuka, diatas tanah, tentu harus membabat hutan. Sekarang di lokasi eksplorasi sudah banyak hutan lindung yang mulai dibabat. Tapi sebaliknya menurut Sudirman, kini sedang dilakukan penghijauan. Bahkan sudah ada sejumlah tanaman yang tumbuh. Menurut Humas Aneka Tambang Ali Erman, penghijauan itu memang otomatis merupakan keharusan setiap usaha penambangan. Selat Bone Sudirman kini juga sedang merumuskan berapa batas ambang mineral yang didapat di sana. Dengan begitu kelak sistem pembuangan limbahnya dapat disesuaikan agar bisa mengurangi perembesan limbah yang dikhawatirkan dapat mencemari sungai itu. Kalanpun anak-anak sungai di kawasan penambangan itu kelak tercemar, Sudirman punya teori buat menanggulanginya. Yaitu: air anak-anak sungai yang tercemar itu dinetralisasikan oleh aliran Sungai Lamasi. Anak-anak sungai itu bergabung di hulu Lamasi, sedang aliran Lamasi jauh lebih deras, lagi pula datang dari jurusan lain. Dengan kata lain, limbah yang mengotori anak-anak sungai itu kelak dapat "diglontor" oleh Lamasi. Tetapi seorang sarjana Unhas, yang dikenal sebagai tokoh lingkungan dan tak mau disebut namanya, meragukan teori itu. "Mana mungkin mineral tembaga yang berat itu dapat dinetralisasikan," katanya. Menurut pengamatannya, Sungai Lamasi bisa dipastikan bakal tercemar bila kelak penambangan itu dimulai. Lamasi akan mati, tidak bisa lagi untuk irigasi, dan untuk mandi serta minum penduduk. Ahli lingkungan itu memang melihat kemungkinan membuat sungai baru untuk membuang limbah. "Tapi karena harus bermuara di Selat Bone, selat ini pun nantinya juga akan tercemar," katanya. Jadi bagaimana jalan keluarnya? "Masalah ini sudah di tangan pusat. Kami tinggal tunggu komando saja," kata seorang pejabat di kantor Gubernur Sul-Sel. Dari kantor Meneg PPLH Emil Salim, juga tidak diperoleh kepastian. Sebab seperti kata seorang staf Humas PPLH, Syariful Salim, "kalau seorang bupati keberatan, itu tidak berarti menteri lantas menyetujui keberatan tersebut." Sebab, katanya pula, Emil Salim harus membicarakannya dengan menteri-menteri lain, kalau perlu membawanya ke sidang kabinet terbatas. "Kalau dalam sidang kabinet juga tidak bisa diputuskan, biasanya menteri lantas minta pertimbangan Presiden. Pokoknya Pak Emil tidak berwenang memutuskan sendiri, ia hanya memberi pertimbangan saja," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus