TINGGI otoklaf -- wadah untuk memasak berbagai bahan dengan
tekanan tinggi seraya mengaduk -- itu hanya 45 cm dan dibuat Dr.
Ir. Ida Bagus Agra dengan berbagai besi bekas. Dengan alat hasil
desainnya sendiri, Dr. Agra, dosen Teknik Kimia di FT-UGM
Yogyakarta, melakukan penelitian membuat pulp (bahan baku untuk
membuat kertas) dari limbah pertanian seperti batang jagung dan
kelopak batang pisang. Hasil penelitiannya itu ia sampaikan pada
Konvensi ke-2 Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia
(BKK-PII) yang berlangsung di Hotel Indonesia pekan lalu.
Agra memang selalu menaruh perhatian pada limbah. Gelar doktor
ia raih dengan disertasinya tentang pembuatan natrium bikarbonat
dan kalium-khlorida dari ekstrak abu kelopak batang pisang dan
kulit buah salak. Ia juga dikenal dengan percobaannya membuat
bahan bakar cair dari sampah plastik dengan metode pirolisis.
Semua penelitiannya itu ia kerjakan dengan peralatan yang ia
buat sendiri dengan bahan dari pasar loak.
Kali ini Agra tertarik pada kemungkinan membuat pulp dari limbah
pertanian. Sebagian besar pulp saat ini masih diimpor dari
berbagai negeri, padahal bahan bakunya banyak terdapat di
Indonesia. Pulp biasanya dibuat dari merang, jerami, ampas tebu,
bambu dan kayu, terutama pinus. Merang dan jerami -- merupakan
hasil samping tanaman padi -- umumnya pendek-pendek. Sedang
ampas tebu tak cukup tersedia untuk dijadikan pulp, karena
pabrik gula sendiri memakainya sebagai bahan bakar. "Dan pinus,
masa panennya lama, mencapai 8 tahun," ujar Agra "Selain itu
pinus membutuhkan tanah yang luas."
Sampai kini pemanfaatan batang jagung masih terbatas. Sebagian
dijadikan bahan bakar atau makanan ternak. Sedang kelopak batang
pisang: sedikit dipakai sebagai bahan bakar atau pembungkus
tembakau, dan umumnya dijadikan tali. Jika penganekaragaman
makanan digalakkan, jagung tentu semakin luas ditanam. "Batang
jagung yang tersedia akan semakin banyak," kata Agra.
Begitu pula halnya dengan batang pisang. Agra berpendapat cukup
luas tanah di luar Jawa yang bisa ditanami pisang. Dan semua
batang itu, katanya, sebetulnya akan bisa dimanfaatkan.
Dalam penelitiannya, batang jagung itu dipotong-potong sepanjang
3-4 cm dengan tebal 0,1-0,2 cm, yang kemudian dikeringkan dengan
panas matahari. Sedang kelopak batang pisang, juga dikeringkan
lebih dahulu dengan sinar matahari. Baru kemudian diiris-iris
sepanjang 4-5 cm dengan lebar 0,51 cm.
Cacahan batang jagung dan kelopak batang pisang itu kemudian
dimasukkan ke dalam otoklaf, yang dilengkapi dengan pemanas
listrik dan alat pemutar. Bersama larutan soda api (NaOH), di
dalam otoklaf yang digulingkan melalui sumbunya, cacahan itu
direbus seraya mengalami bantingan. Hasilnya, pulp dapat dibuat.
Proses yang relatif baik diperoleh pada penggunaan 12,5 ml NaOH
per gram bahan baku, suhu sekitar 120 derajat Celsius dan waktu
perebusan 90 menit. Kelopak batang pisang lebih banyak
menghasilkan pulp dibanding batang jagung, tetapi bilangan
permanganat dan kadar abunya juga jauh lebih tinggi. Tingginya
bilangan permanganat ini berarti lignin dan zat warna lainnya
lebih sulit dihilangkan. "Dari sudut warnanya, pulp batang
jagung lebih baik," kata Agra. "Tapi pulp dari kelopak batang
pisang yang masih segar, warnanya lebih pucat dibanding pulp
hasil bahan yang kering."
Agra juga melakukan pengujian atas mutu kertas dari pulp batang
jagung dan kelopak batang pisang itu. Antara lain diuji
kuatjebol (bursting strength) dan kuat-sobek (tearing
strength). "Kertas yang dibuat dari pulp hasil penelitian ini
agak rendah kekuatannya," kata Agra. Kadar selulosenya memang
rendah, hanya sekitar 35%. "Padahal kadar selulose pinus bisa
mencapai 50%, sedang merang 40%," kata Agra.
Dalam konvensi itu tak banyak yang menanggapi hasil penelitian
Agra, juga karena terbatas waktu untuk menyampaikan makalah dan
diskusi. Namun ada yang mempertanyakan aspek ekonomisnya,
mengingat rendahnya kadar selulose yang dihasilkan. "Kami memang
belum meneliti nilai ekonomisnya," jawab Agra. "Tapi setidaknya,
batang jagung dan kelopak batang pisang dapat dipakai untuk
mengurangi pemakaian pinus." Pulp dari merang dan jerami selama
ini juga dicampur dengan pinus.
Pabrik kertas Padalarang dan Blabak memakai jerami. Sedang
pabrik kertas Leces sudah memakai ampas tebu. Bagaimana
kemungkinan hasil penelitian Agra itu? Batang jagung dan batang
pisang sulit didapat di Ja-Bar. Tapi pabrik pulp mini dapat
didirikan di daerah yang banyak menghasilkan jagung dan pisang.
"Pabrik mini berkapasitas 1 ton dengan tekanan 2-3 Atmosfir bisa
dibuat," kata Ir. Satijatmo dari pabrik Padalarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini