Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Terbanglah Terbang, Pengungsiku?

Jutaan burung tiap tahun mengungsi dari kawasan bersalju ke negeri tropis. Sebagian mereka mampir ke Indonesia.

18 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Terbanglah Terbang, Pengungsiku?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sepagi itu, Susanna Sunarno sudah bersiap di puncak Paralayang, Bogor, Jawa Barat. Mengenakan kaus putih, celana lapangan hitam, sepatu kets putih, dan kacamata hitam, ia terlihat segar. Ransel di punggung makin mempertegas kesan kasual gadis 28 tahun itu. Mau camping? ?Oh, enggak? aku mau ngeliat migrasi burung.?

Migrasi? Ya, setiap akhir tahun, dari September sampai Desember, saat musim dingin menggigit kawasan Asia Utara, Eropa, dan Amerika, jutaan burung mulai terbang mengungsi ke kawasan selatan. Sebagian mereka akan menuju kawasan Papua Nugini, sebagian yang lain singgah di pulau-pulau di sekitar Nusa Tenggara.

Musim pengungsian inilah yang sangat dinanti orang seperti Susan. Tiba-tiba Susan berteriak dan melompat kegirangan. Dari kejauhan, ia melihat titik-titik kecil kawanan burung melayang anggun di angkasa. Buru-buru ia mengintip lewat teropong Nikon berukuran 7 x 35 milimeter. Yess?, penantian sejak pukul 08.00 pagi akhirnya tidak sia-sia. ?Itu tadi burung apa ya, elang alap nipon atau elang alap cina? Aduh, ada berapa jumlahnya?? ujarnya ke salah seorang panitia pengamatan burung migrasi dari BirdLife Indonesia?salah satu kelompok pencinta burung.

Platform Paralayang, tempat Susan dan beberapa orang berdiri, memang lokasi favorit mengintip burung yang melayang di angkasa. Dari bukit setinggi 1.300 meter dari permukaan laut inilah hampir tiap hari bisa terlihat ribuan burung terbang melintas.

Menurut Jeni Shannaz dari BirdLife Indonesia, burung yang bermigrasi umumnya adalah jenis pemangsa, predator. Kadang, mereka disebut raptor, burung elang, atau alap-alap. Dari kelompok ini, yang sering terbang melintas antara lain elang alap nipon/jepang (Accipiter gularis atau Japanese sparrowhawk), elang baza (Aviceda leuphotes atau black baza), sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus torquatus atau oriental honey buzzard), sikep kepala abu-abu (Butastur indicus atau grey-faced buzzard), dan elang alap cina (Accipter soloensis atau Chinese goshawk). ?Sejak pagi tadi sudah dua ratus lebih burung melintas di kawasan Puncak dari arah barat ke timur,? kata Jeni kepada Tempo.

Beranjak siang, terlihat sekelompok burung sikep madu melintas ke arah timur. Tak lama kemudian dari arah utara muncul empat elang alap nipon yang tampaknya terpisah dari kawanannya. Mereka terbang rendah sehingga bisa dilihat tanpa teropong. Sekitar pukul 12.30 WIB, terlihat lagi rombongan burung elang alap cina. Kali ini, mereka terbang begitu tinggi, nyaris menyentuh awan, sehingga jumlahnya sulit ditebak.

Direktur BirdLife Asia, Richard Grimmet, yang ikut memantau migrasi burung, mengatakan bahwa setiap tahun Indonesia menjadi tujuan akhir migrasi jutaan burung dari Siberia. Wilayah yang dituju biasanya kawasan Indonesia Timur seperti Nusa Tenggara. Di kawasan ini, kata Grimmet, masih banyak makanan yang tersedia selama dalam pengungsian, sampai burung-burung itu pergi lagi pada awal Februari. ?Tapi, jika hutan di Indonesia makin banyak yang rusak, bisa saja mereka tak mau lagi ke sini,? kata Grimmet. Ia lalu bercerita, dua tahun lalu, kawanan burung itu mengurungkan niatnya ke arah Nusa Tenggara karena ada kebakaran hutan di kawasan Sumatera.

Migrasi burung pemangsa sebetulnya adalah fenomena alam global. Diperkirakan sekitar 63 persen dari seluruh burung pemangsa di dunia (183 dari 292 jenis) bermigrasi setiap tahunnya. Umumnya, alasan mereka berpindah adalah karena menipisnya makanan akibat musim dingin, atau kebutuhan mendapatkan lokasi yang cocok untuk berbiak, merawat, dan membesarkan anak. ?Dalam kasus ekstrem, migrasi dapat terjadi dalam jarak ribuan kilometer, seperti migrasi burung dari belahan bumi utara ke daerah khatu-listiwa,? kata Dewi M. Prawiradilaga, peneliti Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor.

Menurut hasil pengamatan BirdLife, dari daerah asalnya di kawasan bumi utara, burung-burung itu perlu waktu sekitar 45 hari untuk sampai di kawasan Nusa Tenggara. Tentu mereka tidak terbang terus-menerus. Rata-rata mereka terbang 10 jam di siang hari. Mereka hanya mendarat ketika gelap tiba atau ketika harus mencari makan.

Saat bergerak ke Indonesia, menurut Rudyanto, aktivis Sahabat Burung Indonesia?juga organisasi pencinta burung?kawanan itu datang dari arah utara melalui dua pintu. Pertama, pintu timur (eastern inland corridor) di Siberia, Cina bagian timur. Kedua, pintu masuk Pasifik (Pacific corridor) ke Jepang, lalu masuk Indonesia lewat Kalimantan dan Sulawesi (lihat infografis).

Dari Indonesia, cukup banyak tempat untuk menyaksikan kawanan itu terbang beriringan. Selain dari kawasan Puncak, mereka bisa dilihat dari Bengkalis, Riau, Pulau Dua, Ujung Kulon. Untuk kawasan Bogor, tempat yang juga ideal untuk mengamati adalah daerah Cimandala, Sukamantri, Kota Batu, Kebun Raya Bogor, Cibulao. Kawasan gunung seperti Tangkubanperahu, Dieng, Ungaran, juga ideal. Mereka pun bisa dilihat dari Gilimanuk, Bali, Pulau Laut, Marabatuan, Pula Kamabu, dan Pulau Masakambing.

Jika beruntung, kawanan burung itu akan terbang cukup rendah sehingga gerak anggun sayapnya terlihat jelas. Pada saat seperti inilah, Susan akan menatap dengan mata bercahaya. ?Duhai, cantiknya.?

Raju Febrian, Deffan Purnama (Bogor)


Jalur Penerbangan

Elang alap nipon/jepang (Accipiter gularis atau Japanese sparrowhawk) Ukuran 25-30 sentimeter. Jenis accipiter terkecil. Bagian dada cokelat abu-abu gelap, strip putih. Selaput mata, paruh dan kaki kuning kemerahan. Penyebaran: Wilayah timur Rusia, Cina, dan Jepang; musim dingin melewati Jepang, Cina, Asia menuju Sunda dan Sulawesi.

Elang baza (Aviceda leuphotes atau black baza) Ukuran 33 sentimeter. Warna sebagian besar hitam, makin ke bawah abu-abu, dada putih bercampur merah marun. Paruh dan kaki abu-abu. Penyebaran: India, Cina, Myanmar, dan selatan Thailand; musim dingin menuju Sri Lanka, Asia, Sumatera, dan Jawa.

Jenis burung raptor yang bermigrasi

Sikep kepala abu-abu (Butastur indicus atau grey-faced buzzard) Ukuran 41-46 cm. Sa-yap panjang mencapai ekor. Kepala abu-abu, badan sebagian besar cokelat, diselingi krem. Mata dan kaki kuning. Penyebaran: Timur Jauh Rusia, selatan Cina, Korea dan Jepang; migrasi ke Asia, Indonesia, dan Papua Nugini.

Elang alap cina (Accipter soloensis atau Chinese goshawk) Ukuran 30-36 cm. Warna abu-abu gelap, diselingi putih, bagian dada bergaris-garis. Bagian ekor berwarna kegelapan. Penyebaran: Korea dan China; migrasi melalui Asia dan Indonesia menuju Papua Nugini.

Sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus torquatus atau oriental honey buzzard). Ukuran 51-61 cm. Sayap, ekor dan le-her panjang seperti merpati. Atas coklat atau krem, diselingi strip putih. Kepala abu-abu, kaki kuning. Penyebaran: Palearktika Asia, India, dan tenggara Asia; migrasi ke Sunda dan Filipina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus