Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Alih Wahana Novel Gabriel Garca Mrquez ke Film

Novel Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel Garca Mrquez, sastrawan Kolombia peraih Nobel Sastra, diangkat ke film.

28 Februari 2025 | 20.00 WIB

Alih Wahana Novel Gabriel Garca Mrquez ke Film
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Novel Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel García Márquez, sastrawan Kolombia peraih Nobel Sastra, diangkat ke film miniseri One Hundred Years of Solitude di Netflix. Film sepanjang 16 episode yang dipecah dalam dua bagian itu memvisualkan teks Márquez yang dikenal rumit dan beralur maju-mundur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua sutradara Kolombia, Alex García López dan Laura Mora, menata ulang keping-keping cerita dari novel menjadi adegan-adegan dalam film yang tertata dan visual yang merujuk pada budaya dan sejarah Kolombia, meskipun masih setia pada novelnya. Film juga membuat apa yang nyata dan khayal--yang dalam novel berbaur--menjadi visual. Bagaimana perubahan-perubahan dari novel ini muncul dalam film?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Novel Márquez juga membuat realisme magis—gaya sastra yang membaurkan khayalan dan realitas—mempengaruhi karya sastra di berbagai belahan dunia. Liputan ini mengurai bagaimana karya Márquez mempengaruhi sastra Indonesia.

Di edisi kali ini, kami juga menulis fenomena tumbler yang tak hanya menjadi bagian dari kampanye untuk mengurangi sampah plastik. Dia kini sudah menjadi simbol gaya hidup masyarakat urban. Indra Perdana, misalnya, kreator digital dengan 74.000 pengikut di TikTok, kerap membawa wadah minuman dengan jenama Stanley seharga Rp 799 ribu ke kantor. Dia mengoleksi 30 botol berbagai merek.

Selain itu, kami menuliskan obituari Seiichi Okawa, wartawan Jepang yang mencitai Indonesia. Okawa wafat di kediamannya di Nerima, Tokyo, pada Jumat, 6 Desember 2024 di usia 72 tahun. Eks koresponden Tempo di Jepang itu banyak menulis tentang Indonesia sejak 1970-an dengan penuh cinta. Okawa telah menjelajah berbagai benua, termasuk Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Di Papua, ia diangkat anak oleh kepala suku Momuna. Selamat membaca.

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus