Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan layanan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI mengungkap risiko besar pada industri perbankan. Tak cuma rawan digarong perampok, debitur nakal, atau pemilik bank yang culas, dana nasabah kini terancam peretas alias hacker. Memang, para penerobos jaringan komputer bank ini tak langsung menggangsir uang, namun mereka bisa mencuri data nasabah yang bisa dipergunakan untuk apa saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 8-15 Mei lalu, semua layanan BSI kolaps. Rupanya manajemen bank syariah terbesar di Indonesia ini mematikan sistem karena ada peretas. Ya, para peretas yang menamakan diri LockBit 3.0 bisa menjebol jaringan komputer BSI dan mencuri aneka jenis data. Mulai dari data 15 juta nasabah, informasi karyawan BSI, dan data lainnya berukuran total 1,5 terabita. LockBit mengancam akan menjual data tersebut ke pasar gelap jika BSI tak mau memberi tebusan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan LockBit merilis sampel data itu di media sosial. Mereka mengaku hal ini terjadi karena BSI tak mau membayar US$ 20 juta seperti yang mereka minta. Nasabah pun kian panik selain karena tak bisa bertransaksi, mereka khawatir datanya jatuh ke tangan para penjahat. Krisis ini yang merepotkan manajemen BSI hingga polisi dan Otoritas Jasa Keuangan.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kami menyajikan cerita di balik peristiwa pembobolan ini. Selamat membaca
Fery Firmansyah
Redaktur Utama
Apa Penyebab Sistem BSI Jebol?
Lockbit 3.0 membobol sistem keamanan BSI. Mengapa banyak perangkat komputer bank yang tak aman?
Mengapa Bank Rawan Serangan Siber
Bank dan lembaga keuangan di Indonesia rentan serangan peretas. Ada jutaan serangan setiap hari, sistem keamanan rentan jebol?
Bagaimana Hacker Putih Bekerja
Sejumlah peretas dikontrak untuk membantu perusahaan. Mencari celah keamanan hingga menghalau virus jahat.
OPINI
Pelajaran Pahit Peretasan BSI
SINYAL PASAR