Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Dua hari setelah pengecekan fakta debat calon presiden (capres) secara langsung, situs koalisi antar-media untuk memerangi kabar bohong, Cekfakta.com, dijahati peretas.
- Seperti yang sudah-sudah, setiap kali debat usai, tim sukses masing-masing kandidat memberikan klarifikasi atas berbagai klaim yang gagal dielaborasi Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam debat. Kami kumpulkan apa-apa saja yang belum terjawab untuk Anda.
Dua topik di atas menjadi pembahasan kami di nawala CekFakta Tempo edisi ketiga pada 20 Februari 2019 ini. Selamat datang pelanggan baru yang mendaftarkan surel di Instagram kami! Terima kasih atas kesediaan Anda menerima nawala kami setiap pekan. Yang terutama, terima kasih karena sudah peduli dengan isu mis/disinformasi yang kini semakin beredar luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah nawala ini diteruskan kepada Anda? Jika ingin menerimanya secara gratis saban Rabu, kirimkan surel ke sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Edisi ini ditulis oleh Astudestra Ajengrastri dalam kerangka program TruthBuzz untuk tempo.co. Ketahui lebih lanjut tentang program ini dan misi saya di bagian bawah surel.
KAMI MENULIS SEJARAH, LALU PERETAS BERULAH
Situs pengecekan fakta yang merupakan hasil kerja koalisi 24 media daring arus utama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Cekfakta.com, diretas pada 19 Februari 2019. Peretasan dilakukan sejak pagi, namun baru disadari setelah banyaknya komplain yang masuk di media sosial pada sekitar pukul 18.00 WIB.
Pembobol melakukan “DNS hijacking” dan mengubah sistem penamaan domain (domain name system atau DNS) laman CekFakta ke video hantu di YouTube. Ia mengganti kata sandi dan nama pengguna surel anggota CekFakta pendaftar domain dan menggantinya dengan nama Elliot Alderton dengan surel thegreatfsociety(at)gmail.com. Beruntung, seluruh backup data yang tersimpan tak hilang.
Pembajakan ini mau tak mau dikaitkan dengan acara pengecekan fakta bersama yang sebelumnya digelar oleh koalisi pada debat capres kedua, 17 Februari 2019. Acara ini adalah sejarah baru, karena inilah pertama kalinya belasan media berkumpul bersama untuk melakukan periksa fakta langsung di Indonesia. Tempo menjadi salah satu yang bergabung dalam gelaran ini.
MENJAWAB YANG TAK TERJAWAB SAAT DEBAT
Debat di Hotel Sahid Jaya mungkin sudah selesai. Namun, sampai beberapa hari kemudian, penjelasan, pembenaran, dan penggalian fakta atas klaim-klaim Jokowi dan Prabowo masih ramai diperbincangkan.
- Jokowi menyinggung kepemilikan lahan oleh Prabowo di Kalimantan Timur dan Aceh seluas 340 ribu hektare. Penelusuran Tempo bersama kelompok sipil Auriga Nusantara mengungkap politikus dan pengusaha di lingkaran Jokowi “berdosa” akan hal sama.
- Setelah pemeriksa fakta dan lembaga lingkungan menyebut klaim Jokowi akan tidak adanya kebakaran hutan dalam tiga tahun terakhir salah, presiden meralat ucapannya.
- Perbedaan data Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik soal jagung jadi pembenaran klaim petahana saat debat. Bukan kali ini saja perbedaan data antar-lembaga jadi gara-gara. Sebelumnya, perbedaan data antar-lembaga soal impor beras juga memantik polemik. Waktunya berbenah dan menyamakan data, pemerintah!
- Prabowo menjanjikan Indonesia yang berdikari tanpa impor. Namun transaksi perdagangan internasional adalah hal lumrah karena tak ada satu negara yang bisa memenuhi semua kebutuhan dalam negerinya seorang diri. Bila ada negara yang tak melakukan kegiatan ekspor/impor, biasanya karena adanya sanksi internasional atau memiliki ideologi tertutup. Terlebih, perdebatan soal swasembada pangan kini sudah usang. Saatnya bicara tentang ketahanan pangan.
- Kekayaan Republik Indonesia ada di mana? Lari ke luar negeri bersama unicorn, kata Prabowo. Pemeriksa fakta mendapati klaim ini tak tepat. Oh ya, tema unicorn dan jagung kemudian jadi meme-meme yang ramai beredar di sosial media.
DI SISI LAIN...
Hal-hal menarik lain yang (masih) berkaitan dengan debat capres putaran kedua yang lalu:
- Transkrip keseluruhan debat yang dikumpulkan oleh Notula ini bisa membantu Anda menyelami kata-per-kata yang diucapkan semua orang di atas panggung debat. Deep learning dalam mesin Notula memetakan, dari 5.948 kata yang diucapkan kedua capres, Jokowi mendominasi dengan persentase 51,4 persen, sementara Prabowo 48,6 persentase.
- Sebelumnya, Drone Emprit memetakan percakapan Twitter paling populer tentang isu infrastruktur, energi, dan pangan dari masing-masing pendukung paslon.
- PoliticaWave menemukan Jokowi juga mendominasi percakapan dunia maya saat debat. Lembaga yang sama menakar jumlah rata-rata akun bot yang difilter per hari di masa pilpres tahun ini sebanyak 60 ribu, sementara jumlah rata-rata hoaks per hari mencapai 18 ribu.
- Direktur Eksekutif WALHI Nur Hidayati dalam konferensi pers di Kantor WALHI, Mampang, Jakarta Selatan, Senin, 18 Februari 2019, mengatakan: "Secara umum, pada proses debat ini ada kecenderungan calon 01 yang klaim terlalu berlebihan. Pada sisi lain calon 02 terkesan tidak menguasai masalah, dan menyampaikan secara umum dan terkesan hanya jargon.” Kami mengamini.
- Kabar baik, ISHG ditutup menguat setelah debat. Sementara di televisi nasional saat debat berlangsung, sinetron masih lebih banyak ditonton dan meraih rating jauh lebih tinggi ketimbang debat.
MASA DEPAN KABAR BOHONG DI TANGAN KECERDASAN BUATAN
Mari menyelam lebih dalam soal isu deepfake. Akhir tahun 2017, publik Amerika Serikat dikagetkan dengan munculnya video Presiden Obama yang ternyata palsu, dibuat dengan teknologi face-swaping yang sangat detail.
- Teknologi ini sebelumnya marak dipakai di video pornografi untuk mengubah wajah pemainnya menjadi wajah orang-orang terkenal.
- Para peneliti yang membuat video deepfake Obama membutuhkan lebih dari 40 jam rekaman mentah untuk mempelajari setiap detail gerak Obama asli, termasuk bagaimana saraf-saraf di sekitar mulut bekerja sampai gerak kedipan mata.
- Jelang pemilu Amerika Serikat di 2020, diramalkan video-video deepfake akan beredar luas, mengacaukan garis antara apa yang benar dan yang bohong. Alat penelusuran gambar atau video tak akan bisa mendeteksi kepalsuan ini, karena pada dasarnya ini bukan editan dari video yang sudah ada.
- Tak hanya video, teknologi kecerdasan buatan kini bahkan bisa membuat deepfake dalam bentuk artikel berita, seperti yang diuji coba oleh Axios.
- Ngerinya, belum ada teknologi yang bisa melawan deepfake. Dalam jangka panjang, yang bisa menyelamatkan kita adalah pola pikir yang kritis.
PERIKSA FAKTA SEPEKAN INI
Kami menyadari, dengan sosial media yang menuntut kami menyingkat konten supaya menarik pembaca, unggahan periksa fakta Tempo di sosial media tak bisa secara lengkap menampilkan penelusuran klaim kedua capres saat debat.
Buka tautan ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca lebih lengkap semua materi yang kami sajikan di sosial media:
- Denda Rp 18,3 triliun terkait illegal logging dan kebakaran hutan
- Pengembangan biofuel berupa B20 sebagai alternatif energi baru terbarukan
- Ketergantungan Indonesia pada energi fosil
- Tolak ukur keberhasilan bangsa oleh PBB
- Rp 187 triliun dana desa dalam tiga tahun
- Perusahaan tambang yang telah melakukan penghutanan kembali dan reklamasi
- Pemerintah membagikan 5 juta sertifikat tanah dalam dua tahun
TENTANG TRUTHBUZZ
TruthBuzz adalah program fellowship dari International Center for Journalists (ICFJ) yang bertujuan untuk memperluas literasi dan mengatasi permasalahan disinformasi di lima negara ,yakni Indonesia, India, Nigeria, Brazil, dan Amerika Serikat. Saya adalah penerima fellowship ini di Indonesia. Salah satu misi saya bersama tempo.co adalah untuk menyebarkan hasil kerja tim pemeriksa fakta yang menangkis berbagai hoaks.
Kenal seseorang yang Anda rasa tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: