Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JOSE Mourinho sungguh awas benar matanya. Tak lama setelah menggaet Didier Drogba, yang dibeli dengan harga 24 juta pound sterling, dia nekat merengek agar Chelsea mengambil Michael Essien dengan harga yang lebih mahal, yakni Rp 378,24 miliar atau 24,4 juta pound sterling.
Angka tersebut membuat Essien menjadi pemain Afrika paling mahal, sebelum rekor itu dipatahkan Emmanuel Adebayor—yang bergabung dengan Manchester City setelah ditebus 25 juta pound sterling.
Harga itu pantas bagi Essien. Dia merupakan pemain paling komplet dari Benua Hitam. Tongkrongannya yang kekar pas benar untuk menguasai lini tengah. Daya jelajahnya luar biasa. Napasnya tak pernah tersengal. Fisiknya prima. Instingnya pun selalu tepat dalam mengoper bola kepada kawan.
Istimewanya lagi, dia bisa langsung on—beraksi prima—bila ditempatkan di posisi mana saja: menjadi gelandang serang atau pemain bertahan. Alhasil, tak berlebihan bila julukan Bison atau binatang sejenis banteng yang luar biasa kuat disematkan pada pemain kelahiran Akra, 3 Desember 1982, ini. Dia juga sekaligus menjadi roh dan otak tim Bintang Hitam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo