DEPAN pintu VII Stadion Utama Senayan, Selasa 20 Januari malam
lalu. Beberapa wartawan olahraga Jakarta tampak
berbincang-bincang dengan tokoh sepakbola mengenai kekalahan
(1-0) team Pre Olimpik Indonesia di kaki pemain rasshoper,
Swiss. Mereka di situ sambil menunggu kedatangan Ketua Umum
PSSI, Bardosono. Tak lama, orang yang dinanti itu pun muncul
menuruni tangga. Wajahnya tidak secerah 4 hari lampau. ketika
kesebelasan Pre Olimpik menahan kebolehan team tamu: 3-3 (2-3).
"Kita serahkan saja semuanya pada Tuhan", jawab Bardosono
sewaktu seorang wartawan menanyakan komentarnya mengenai
kekalahan itu. Ketua Umum PSSI itu tampak bimbang untuk
memberikan penilaian lebih lanjut. Ia bergegas memasuki
mobilnya.
Kekalahan itu memang bukan merupakan titik akhir dari perjalanan
kesebelasan Pre Olimpik. Tapi kecemasan akan keberhasilan mereka
untuk merebut tiket Olympiade Montreal bukannya tak menghantui
publik.Sebab dari 2 pertandingan percobaan itu team Pre Olimpik
belum memberikan kesan yang meyakinkan. Ketimpangan masih tampak
di beberapa sektor. Di lini belakang kekurangan itu terlihat
dari bentuk permainan yang disuguhkan oleh back kiri, Johannes
Auri. Sekalipun caranya menghadang lawan tidak begitu jelek,
tapi ia hampir selalu kesulitan untuk berkelit bila lawan telah
meliwati dirinya. Lain dengan gaya Rusdi Bahalwan. Tapi
keletihannya bukan tak ada pula. Auri punya keberanian menyusup
ke daerah lawan, dan cepat pula kembali ke sektor yang
dipercayakan kepadanya. Juga tackling-nya keras. Dan punya
kemampuan untuk kontak badan.
Di rusuk pertahanan kanan penempatan diri Sutan Harhara agaknya
tidak menjadi persoalan lagi. Karena ia adalah yang terbaik
untuk memikul beban itu saat ini. Pernah Coerver mencoba
Suhatman menggantikan tugasnya dalam pertandingan pertama dengan
Grasshopper. Namun pemain Diklat Salatiga ini tak begitu mampu
mengambil alih tanggungjawab itu sepenuhnya. Sehingga langgam
permainan di garis pertahanan menjadi sedikit goyah. Barulah
ketika Suhatman ditarik ke tengah pada babak kedua, dan
tempatnya digantikan Sutan, pertahanan Pre Olimpik kembali utuh.
Akan poros halang, Oyong Liza kekurangannya barangkali adalah
dalam pengaturan strategi. Meski kemampuan individunya bisa
diandalkan, tapi ia kurang cepat dalam membaca serangan lawan
dan menempatkan tenaga bantuan pertahanan.
Mengenai pemain di lapangan tengah, agaknya Suaeb Rizal-lah yang
tak begitu memperlihatkan bentuk permainan yang apik. Ia memang
cukup rajin mencari bola. Tapi masih kurang cermat dalam
memberikan operan pada teman. Tak jarang bola yang disodorkannya
mampir di kaki lawan. Untuk mengharapkan tenaganya memperkuat
barisan pertahanan di waktu kritis, ia pun tak lebih sigap dari
Nobon atau Sofyan Hadi. Bertolak dari kenyataan itu, tidak heran
bila Junaedi Abdillah sering turun jauh ke belakang buat
mengambil bola guna disodorkan pada kwartet
Waskito-Risdianto-Iswadi-Andi Lala, bila dibandingkan tempat
Suaeb dihuni oleh Nobon atau Sofyan.
Begitulah Adanya
Beralih ke lini depan, kerja sama yang terjalin antara Waskito,
Risdianto, dan Iswadi bo]eh dikatakan baik. Yang belum begitu
masuk dalam langgam penyerangan barisan ini hanya Andi Lala.
Gaya permainannya hampir dari kebolehan masa lalu, di mana ia
lebih banyak mengandal kemampuannya dalam beradu lari. Tapi
jarang membahayakan gawang lawan. Kalau saja ia bisa
mengendalikan dan menyesuaikan diri ke dalam bentuk yang telah
terjalin antara Waskito-Risdianto-Iswadi, agaknya masalah
barisan depan tak terlal menguatirkan lagi.
Adakah kekalahan team Pre Olimpik atas Grasshopper, pekan lalu
itu sepenuhnya merupakan gambaran kelemahan dari kesebelasan
Indonesia? Tidak seluruhnya begitu. Meski gol satu-satunya yang
dicetak gelandang kanan, Bosco Alfons tidak sempat berbalas,
tapi tak kurang dari beberapa peluang bagi team Pre Olimpik
hilang lantaran ketidak-cermatan wasit O. Soetedjo SH. Meski
kenyataan curang ini bisa dijadikan dalih kekalahan, namun
persoalan pokok sebetulnya terletak dari belum mantapnya kerja
sama antar pemain yang diturunkan Coerver. Dengan pernyataan
klasik yang diucapkan Bardosono seusai pertandingan ulangan itu,
secara tak langsung pimpinan PSSI itu mengakui bahwa team Pre
Olimpik memang begitulah adanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini