Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Prospek catur indonesia anno ...

Kabar baik ketua koni erwin baharuddin sebelum kongres percasi, tentang pengiriman pemain ke berbagai turnamen internasional tidak terdengar lagi. tidak ada kabar tentang persiapan ikut olympiade catur 1976.

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH Adam dan Hawa melakukan dosa pertama umat manusia di Taman Eden, lalu diusir oleh Allah dari taman indah itu, Hawa mula-mula masih agak malu-malu menghadapi fenomena baru tersebut. Sekalipun ia jadi isteri Adam, ia toh masih menggunakan kulit hewan demi menyelubungi kewanitaannya. Lalu pernah bertanya Adam kepada Hawa yang sembunyi akibat malunya itu: di manakah kau Hawa? Demikian ceritanya yang dikonstruksi oleh banyak pengajar cerita Bibel kepada anak-anak muda agar lebih sederhana untuk ditangkap. Analog dengan cerita itu banyak penggemar catur pun kini bertanya: Di manakah kau PB Percasi Pada tanggal 20-21 Oktober 1975 lalu dalam Kongres Percasi di Medan telah terpilih pengurus baru untuk periode di muka kita. PB pimpinan Drs. Sumantri itu segera menginjak jejak baik PB lama. Sedikitnya dapat ditulis dalam buku sejarah Percasi bahwa PB sekarang sudah mengawali masa kerja dengan suatu tindakan baik. Ketua Umum, Drs. Sumantri telah berkenan mengutarakan program kerja PB-nya. Program itu tak dapat dikatakan ketinggalan ketimbang usaha yang telah jadi kenyataan dari PB lama. Malah menunjukkan beberapa unsur baru dalam aktivitas catur Indonesia. Misalnya, dalam PB baru tercantum Panitya Rating-di bawah pimpinan Drs. B. Logawa. Dipandang dari segi bakat catur, bangsa Indonesia tak pula ketinggalan. Bahkan dalam enthusiasmenya yang berlebihan Yuri Averbach (GM) dan Lodewijk Prins (Ml) pernah mengatakan bahwa bangsa Indonesia tergolong bangsa terkemuka di dunia ditilik dari sudut bakatnya terhadap catur. Namun apa gerangan yang menyebabkan kenyataan jadi pahit? Pada Olympiade Catur (1970) Indonesia menempati urutan ke-24 di dunia. Olympiade Catur (1972) ke 26. Dan terakhir di Nice (1974) turun lagi ke urutan 32. Adakah kenyataan itu dikarenakan negara lain sudah begitu maju? Pilipina 15 tahun lalu masih silih berganti tempat dengan Indonesia, di tahun 1974 sudah jadi negara catur nomor 12 di dunia--20 tempat di atas Indonesia. Mengapa pemain Indonesia yang kian banyak dan berbakat makin begitu jauh ditinggalkan? Sebabnya tak lain karena pemain-pemain Pilipina baik di luar maupun di dalam negeri sendiri mengikuti pertandingan terus-menerus. Sedangkan pemain-pemain Indonesia praktis banya main 5 kali dalam 4 tahun: setahun sekali dalam kejuaraan Indonesia. dan sekali 4 tahun dalam PON. Dan itu pun disertai beberapa catatan. Yakni bila tiap tahun memang diselenggarakan kejuaraan nasional. Dan si pemain dapat bertahan lama dalam kedudukannya tanpa bertanding. Sebaliknya pemain catur Pilipina main sampai 5 kali dalam setahun. Bila di sini disebut 5 kali main, maksudnya adalah dalam 5 turnamen. Tiga bulan lalu PB Percasi mengadakan suatu Panitya Rating yang bertugas menentukan kedudukan pemain. Kritik segera saya lancarkan, tapi dengan itikad baik. Kalau kita mau menentukan kedudukan pemain, maka pemain itu harus banyak bertanding. Sebab hasil pertandingan itulah yang dinilai. Di Nederland pun ada Rating Commissie, yang menilai pemain Belanda 3 bulan sekali. Tapi di Nederland dalam jangka 3 bulan itu cukup hanyak pertandingan. Sehingga banyak bahan yang diperlukan untuk mengadakan penilaian dan pembandingan. Bertolak dari kenyataan itu masyarakat catur di Indonesia mendapat kesan bahwa pengadaan Panitya Rating tersebut hanya untuk stunt, guna memberi gambaran bahwa PB baru bergairah sekali untuk "bekerja". Tapi kenyataannya PB Percasi melempem. Syukurlah dalam Musornas baru-baru ini banyak suara yang meminta KONI dan induk organisasi olahraga agar tahan kritik. Beberapa waktu sebelum Kongres Percasi, Ketua KONI Jaya, Erwin Baharuddin menyatakan maksud untuk mengirim beberapa pemain Jakarta (sayang hanya pemain Jakarta) ke berbagai turnamen internasional di luar negeri. Sayang, kini tak kedengaran lagi berita tentang maksud baik itu. Sehingga timbul kesan: si pembuat berita ingin dianggap sebagai orang yang aktip dalam pengiriman pemain ke luar negeri. Kalau memang "jatah" pemain Indonesia untuk bertanding kian kurang, maka apakah yang dapat dikatakan tentang prospek catur di Indonesia? Tahun ini -- seperti biasa dalam tahun-tahun genap -- akan diselenggarakan Olympiade Catur. Adakah persiapan ke arah turut sertanya regu Indonesia? Hingga sekarang belum terdengar kabar beritanya. Apalagi tentang persiapan suatu team. Di sini saya ingin mengemukakan beberapa catatan mengenai salah langkah yang dibuat PB lama di tahun 1974 dan 1975. Di tahun 1974 PB Percasi mengirimkan regu ke Olympiade Catur di Nice. Dalam regu itu turut serta Ardiansyah (Jakarta) -- yang kemudian turun pula di Amsterdam. Di buku "Veertiende IBM Schaaktoernooi 1974" dapat kita baca: " .... Ardiansyah diundang karena di Indonesia Jarang atau samasekali tidak diselenggarakan turnamen-turnamen internasional. Orang Insulinde ini tiba di Amsterdam dalam keadaan letih. Di Nice ia telah membanting tulang. Makanya startnya juga sederhana sekali. Kekalahannya lawan Ghizdavu membuat orang jadi sangsi. Adakah ia betul-betul seorang Master Internasional (MI)? Tapi kesangsian itu cepat pula berubah. Ardiansyah dalam babak kedua kembali dengan cara menakjubkan. Ia seorang yang keras hati. Manifestasi pribadinya yang pendiam dan sekaligus menarik, merupaan suatu selubung dari pada kekerasannya . . . ". Ardiansyah mencatat skors 1/2 angka dari 5 partai pertama. Dan 5 angka untuk 6 partai berikutnya (4 kali menang dan 2 kali seri). Kesalahan PB Percasi di tahun 1974 adalah mengikut sertakan Ardiansyah dalam regu Olympiade. Sehingga ia tiba dalam keadaan tersebut di atas. Pertengahan 1975 diadakan untuk pertama kalinya turnamen master se-Asia. Ardiansyah pun diikut-sertakan. Padahal waktu itu, ia dengan hasil penainannya dalam turnamen IBM 1974, sekalipun tak diundang (seperti tahun sebelumnya) berhak untuk turut dalam turnamen IBM 1975. Mengapa hak itu tidak dipergunakan? Padahal ahli catur di Nederland berpendapat bila Ardiansyah turut serta dalam Grup Master pada IBM dalam keadaan tidak terlalu letih, ia sanggup menjuarai Grup itu. Dengan demikian jadi "berhak" ikut dalam-Grandmaster Grup. Kapan lagi akan timbul kesempatan yang begitu baik bagi Ardiansyah? Entahlah. Yang jelas kepentingan nasional sudah dirugikan. Kesimpulannya, PB Percasi harus mengadakan lebih banyak pertandingan nasional dan internasional. Dan jangan sampai salah atur. Berikut ini sebuah partai -- tanpa komentar -- dari permainan Ardiansyah dalam Turnamen IBM 1974. Putih:Hitam: Ardiansyah Vogel. Perancis 1 e2-e4 e7--e6 2. d2--d4 d7--d5 3. Kbl-c3 Gf8--b4 4. e4-e5 b7--b6 5. Gcl-d2 Md8--d7 6. a2-a4 Kb8-c6 7. Kgl-f3 Gc8-b7 8. Gfl-d3 Gb4-f8 9. O--O Kc6-b4 10. Gd3--e2 a7--a5 11. Bfl--el c7c6 12. h2--h3 Kg8--e7 13. Kc3--b I Gb7--a6 14. Ge2xa6 Kb4xa6 15. c2--c3 c6-- c5 16. Kb I--a3 Ke7--c6 17. Ka3--b5 Ka6-c7 18. Md 1 -e2 Kc7 xb5 19. a4xb5 Kc6--a7 20. d4xc5 Gf8xc5 21. b2--b4! a5xb4 22. c-xb4 r,c5--e7 23. Bal--a6 Ba8-b8 24. Kf3--d4 O--O 25. Bfl--al Bb8--b7 26. f2--f4 Bf8-c8 27. f4--f5 e6xf5 28. e5--e6 f7xe6 2'). Ba6xa7 Ge7--f6 30 Kd4-c6 Gf6xal 31. Ba6xal Bc8xc632.b5xc6Md7xc6 33. Bal--a8+ Rg8 f7 34. Me-h5+ Rf7--f6 35. Gd2--g5t Rf6 e5 36. Mh5--e2+ Re5 d 37. Ba8--d8+ Bb7--d7 3. B-!8 40. Me2--a2 Menyerah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus