INI mungkin tidak hanya terjadi di Banjarmasin. Festival II
"folk song" maunya. Dalam kartu undangan tidak jelas diterangkan
bagaimana-bagaimananya, sehingga penduduk setempat bermula
menyangka pertarungan bunyi-bunyian itu bakal rampung dalam satu
gebrakan pada hari itu juga. Itulah sebabnya akhir Desember
lalu, muda-mudi musik non elektronik kawasan sana, segera angkat
kaki menuju hutan "Banjar Raya" -- tempat kerepotan tersebut
berlangsung. Tapi sampai pukul 11 siang, pihak panitia
membiarkan saja para penonton tetap menanti. Banyak orang mulai
putus harapannya, kalau tidak tengah hari protokol menyuruh
salah satu dari 9 peserta (yang terdaftar 11 grup) untuk segera
mulai saja merayukan lagu-lagu. Tetapi apa lacur, begitu mereka
membuka mulut untuk tarik suara begitu saja tiba-tiba -- dorrrr
-- bunyi petir tanpa diundang dikuntit oleh hujan yang dahsyat.
Seluruh hadirin, termasuk para peserta yang memenuhi arena
terbuka itu basah kuyup. Acara dihentikan kontan.
Digusur Dari Kursi
Sejenak dua jenak, hujan suka berdamai. Di bawah naungan langit
yang menimbulkan kcsangsian, festival diteruskan sampai peserta
terakhir. Hasilnya, 6 grup dinyatakan boleh masuk final. Akan
tetapi GPSM/Kosgoro Banjarmasin yang punya kerja sore itu lantas
mengumumkan sesuatu yang agak mengecewakan, yakni perihal final
yang baru akan dilangsungkan 13 hari kemudian di Gelanggang
Remaja Hasanuddin. M. Damanik, ketua panitia tak sempat
memberikan keterangan kenapa.
Untunglah pada tanggal 10 Januari yang lalu, janji final
tersebut ditepati. Tetapi -- tetap terus -- sampai pukul 10
malam acara puncak tersebut tak kunjung mulai. Para penonton
jadi gemas dan nyaris bubar. Persoalannya baru ketahuan
kemudian. Ternyata pihak Celanggang Remaja tak sudi gedungnya
dijejali kursi. "Ini panitia bagaimana?" tanya penonton. Tapi
karena ngebet nonton mereka bersabar juga dan sudi digusur dari
kursi sedang kursi dinaikkan ke balkon. Keramahan tersebut
membantu festival yang kemudian menghasilkan Grup Nusantara --
dari SMPP yang dinyatakan berhak menyimpan sementara Piala
Bergilir dari Kadapol XIII/Kalra, hasil yang memang sudah diduga
juga oleh penonton. Juara lainnya adalah grup SMEAN 11 diikuti
oleh grup SMAN 11.
Nelly Luhulima, perempuan setengah baya yang duduk di samping 4
juri pria lainnya memberi komentar: "Keberanian anak-anak itu
untuk tampil di depan publik, pantas dipuji. Tapi lihatlah,
kenapa ada lagu-lagu sedih mereka bawakan dengan mimik yang
gembira?" Nelly yang sering juga dinobatkan sebagai bintang
seriosa ini lantas scgera menganjurkan supaya segera diadakan
pembinaan, mengingat festival yang sudah sampai ke-2 itu akan
diadakan saban tahun. Menurut penilikannya minat musik di "kota
asin" itu cukup besar. Benar juga, apalagi festival menjadi
cukup penting -- meskipun diselenggarakan dengan acak-acakan --
karena menjadi tempat memupuk kembali lagu-lagu daerah.
Lagu-lagu daerah Banjar seperti: Kambang Goyang, Paris Barantai,
Tambangan Balarut telah dicuatkan kembali sebagai lagu wajib,
sementara lagu-lagu Batak banyak sekali ditampilkan sebagai lagu
pilihan. Lagu terkenal seperti A Sing Sing So yang tersohor itu
misalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini