INGGRIS tidak berjaya lagi di lautan, namun kini ia memilih dua
"raja" lari jarak menengah--Sebastian Coe (24 tahun) dan Steve
Ovett (25 tahun). Walaupun berasal dari satu negara -- Coe dari
Yorkshire dan Ovett dari Scotlandia--keduanya tak pernah ingin
bertemu tapi selalu bersaingan.
Ovett adalah juara Olympiade 1980 dalam nomor 800 m, dan
pemegang rkor internasional 1.500 m (3 menit, 32.1 detik) yang
diciptakanna di Zurich I5 Agustus 1979. Coe juga memegang rekor
1.500 m, sama seperti Ovett, yang dipatoknya di Oslo, 15 Juli
1980. Selain itu, Coe juga memegang rekor internasional 800 m,
I.000 m dan lari 1 mil.
Mereka bersaing terutama pada lari 1 mil (1.609 m), lari
tradisional Inggris yang kini mulai dipopulerkan di ropa dan
Amerika. Balapan keduanya itu tidak dilakukan di Inggris, dan
juga tidak dalam track yang sama. Waktu tercepat atau rekor saja
yang menunjukkan siapa lebih unggul.
Persaingan antara Coe dan Ovett itu "dipertandingkan" mirip caNr
surat, berdasar kegagalan mereka bersama di Praha tahun 1978.
Waktu itu mereka sama-sama ikut lomba 800 m. Karena saling
menyikat, akhirnya pace mereka rusak dan medali emas direbut
pelari Jerman Barat, Olaf Bayer. Ovett kebagian medali perak dan
Coe mendapat perunggu.
Selanjutnya keduanya saling menghindar ketemu di satu arena.
"Terlalu memalukan. Orang selalu menanyakan siapakah pelari
lebih unggul, siapa akan memukul pelari lain," kata Ovett, bekas
mahasiswa jurusan seni yang berlatih lari 160 mil seminggu di
pantai Brighton. Mengetahui Sebastian Coe sudah mendaftar ikut
lomba Golden Mile (Mil Emas) yang disponsori negara minyak Dubai
17 Juli 1979 di Oslo (Swedia) misalnya, Ovett yang kaku dan
pendiarn itu tidak ikut.
Di Oslo itulah, rekor internasional lari tradisional nggris itu
direbut kembali dari Johny Walker (Australia), setelah lepas
dari tangan Inggris (Roger Bannister) sejak 1954. Jam elektronik
menunjukkan 3:48.95 detik untuk prestasi pelari yang "cuma"
latihan 50-70 mil seminggu itu. Namun sesuai peratutan track
internasional waktu itu, angka yang tidak bulat harus dibulatkan
sampai bilangan persepuluh detik berikutnya bila dicatat sebagai
rekor internasional. Maka rekor Coe waktu itu dicatat menjadi 3
menit 49 detik.
Giliran Ovett pula berlomba di Oslo, 17 Juli 1980. "Rekor-rekor
itu cuma dipinjamkan pada atlet. Cepat atau lambat akan
dipecahkan orang lain," komentar Ovett setelah menandingi
prestasi Coetahun sebelumnya. Di sini Ovett menciptakan rekor
waktu 3:48.8 detik. Tahun 1980 tampaknya lebih baik bagi Ovett,
dibandingkan untuk Coe. Ia berani masuk satu arena dngan Coe di
arena Olympiade Moskow yang diboikot PM Inggris Margaret
Thatcher tapi tidak oleh atlet-atlet Inggris.
Sabtu sore yang sejuk, 2 Agustus 1980 di Stadion Lenin, Ovett
mengejutkan penggemar atletik. Ia melesat melewati pelari
Soviet, Nikolasi Kirov dan mendahului Coe -- memasang dadanya di
finis 800 m. Ovett merebut medali emas, sedang Coe yang memegang
rekor internasional 800 m kebagian perak. Baru pada nomor 1.500
m, Coe membalasnya. Coe merebut emas, sedang Ovett di tempat
ketiga. Justru dalam pertemun itu, keduanya gagal menciptakan
rekor baru internasional atau olympiade Tahun 1981, agaknya
bintang keberuntungan berada di atas kepala Co.
Juni, ia memperpendek rekor dunia atas namanya sendiri di
Florence pada nomor 800 m dengan waktu G1/100detik lebih cepat
dari 2 tahun sebelumnya dl Oslo (1 42.4 detik). Kemudian, 19
Agustus, ia merebut kembali rekor 1 mil yang dioper Ovett tahun
lalu. Coe menembus garis finis di Zurich dengan waktu 3: 48.53
detik.
Ovett --yang tahun ini gagal melulu dalam berbagai kesempatan di
Eropa untuk membuat rekor baru--jadi penasaran. Ia meminta pada
panitia kejuaraan atletik di Koblenz (Jerman Barat), agar nomor
1.500 m yang hendak diikutinya (26 Agustus), diubah menjadi
1.609 m atau satu mil. Jelas niat Ovett hendak merebut kembali
gelar satu mil. Panitia mengabulkan keinginan Ovett. Dan ia
menciptakan waktu lebih pendek baru lagi, 3:48.40 detik.
Karena nomor ini tidak dicantumkan panitia dalam buku program
yang diajukm untuk kalender IAAF, prestasi Ovett sempat
diributkan, tak bisa diakui IAAF (Federasi Atletik Amatir
Internasional). Coe tidak ikut memprotes, tapi mengejek prestasi
Ovett. Belum sempat IAAF mencatat rekor baru Ovett, dua hari
kemudian Coe menghapus rekor saingannya.
Semula, katanya, ia tak berniat menciptakan rekor baru 1 mil
piala kejuaraan Golden Mile di Brussel 28 Agustus itu,
melainkan "cukup menang saja". Berita rekor Ovett membuat Coe
berlari seperti tak menginjak tack lagi di hadapan 40 ribu
penonton sore itu di Brussel. Masih jarak 1.000 pertarna, pelari
AS, Tom Byers, memimpin dan mengatur pace pelari-pelari lainnya.
Pada sisa 609 m, Coe melesat sendirian sampai finis.
stabilkah ini cukup telak, 1.07 detik lebih cepat dari Ovett
di Koblenz. Waktunya, 3:47.33 detik menjadi rekor 1 mil
internasional terbaru.
Kalangan penggemar atletik semakin yakin bahwa Sebastian Coe,
atlet terbaik 1979 (pilihan wartawan olahraga Inggris) ini masih
lebih unggul dari Steve Ovett. Baru 3 kali ia ikut lomba 1 mil
sejak 1979, setiap kali menghasilkan rekor baru. Dalam karirnya
sebagai pelari sejak usia 12 tahun dengan bimbingan ayahnya
sendiri, bekas pembalap sepeda Peter Coe, Sebastian sudah
delapan kali menciptakan rekor. Ia adalah atlet pertama di
cabang atletik yang pernah (1979) memegang rekor-rekor 4 nomor
sekaligus. Sarjana muda yang masih kuliah di Universitas
Loughlorough dan ingin menjadi pengusaha atau wartawan politik
itu memang lebih disenangi banyak orang, dibanding Ovett yang
pendiam dan kadang-kadang angkuh.
Sementara ini musim panas sudah hampir berakhir di Eropa, dan
kedua jago lari menengah ini tidak akan bersaing lagi sampai
tahun depan. Pekan lalu keduanya muncul sama-sama di Roma
mewakili Persatuan Atletik Eropa (EAC) dalam perebutan Piala
Dunia Atletik (4 - 6 September). EAC menurunkan Coe pada nomor
800 m dan Ovett pada 1.500 m. Keduanya merebut medali emas tapi
tidak memecahkan rekor.
Dari Roma juga ada berita menarik untuk atlet amatir. Kongres
IAAF, induk organisasi atletik dunia, 3 September telah mencapai
kata sepakat bahwa atlet atletik amatir boleh menerima uang dari
sponsor atau pemasang iklan, dan boleh berlatih pada pelatih
profesional. Keinginan mayoritas anggota IAAF itu telah
menyebabkan Adriaan Paulen. (Belanda), yang sangat mencela atlet
amatir menerima uang, melepaskan kursi Presiden IAAF. Ia
digantikan oleh Primo Nebiolo, 58 tahun, dari Italia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini