Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ada dokter di balik ben

George jamie astaphan,45, dokter yang menulis re- sep obat steroid untuk ben johnson,29, dinyatakan bersalah oleh dewan dokter di ontario, kanada. ia dilarang praktek 18 bulan dan denda rp 9 juta.

15 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terbukti, Ben Johnson memakai steroid atas anjuran dokter pnbadinya. INI babak akhir kasus doping sprinter Ben Johnson. George Jamie Astaphan, 45 tahun, dokter yang menulis resep obat steroid untuk Ben, Senin dua pekan lalu dinyatakan bersalah oleh dewan dokter College of Physicians and Surgeons di Ontario, Kanada. Astaphan dilarang praktek 18 bulan dan didenda hampir Rp 9 juta. Kini jelas, Astaphanlah di balik tragedi Ben Johnson yang membuat atlet ini harus menyerahkan kembali medali emas lari 100 meter Olimpiade Seoul 1988. Dua pengacara Astaphan, Martin Peters dan Julian Porter, minta keringanan agar kliennya dihukum enam bulan tanpa denda. Yang memberatkan Astaphan, mulanya ia tak mengakui adanya steroid di tubuh Ben Johnson. Malah, ketika laboratorium di Seoul yang dibangun dengan biaya US$ 3 juta dan punya 80 ahli memastikan Ben positif memakai doping, Astaphan masih mungkir. Pulang dari Seoul, dalam wawancara dengan jaringan televisi ABC, Astaphan masih mengatakan, "Saya tak pernah menggunakan doping dalam praktek saya." Ternyata, Astaphan sudah lama bergaul dengan obat-obat terlarang. Sepuluh tahun sebelum kasus Ben terkuak, kepolisian Toronto pernah menerima laporan Astaphan bahwa ia kehilangan sejumlah anabolic dari ruang prakteknya. Belakangan, Joe Kiefer, juru bicara perusahaan obat Sterling Drug Ltd.- yang memproduksi stanozol, turunan anabolic steroid- berkata bahwa Astaphan memang pelanggan setia obat itu. Ketika dikepung dengan fakta-fakta yang memberatkan inilah baru Astaphan menyerah. Ben Johnson sendiri sudah turun bertanding lagi sejak awal Januari lalu. Tapi agaknya ia juga tak akan direhabilitasi atas terbuktinya kelalaian Jamie Astaphan ini. Johnson, di depan Komisi Penyelidik Dope di Toronto, Kanada, akhir Juni tahun lalu, sudah mengakui ia memang memakai doping. Bahkan, obat tadi dipakainya sejak 1981, jauh sebelum ia berkenalan dengan Astaphan. Apa boleh buat, sekarang sprinter 29 tahun asal Jamaika ini harus menanggung semua akibat doping tadi walaupun sebagian dosa itu adalah dosa Astaphan. Rekor dunia 100 meter (yang sudah dicabut Federasi Atletik Amatir Internasional), yang diciptakannya di Kejuaraan Dunia Atletik di Roma dengan 9,83 detik, kini tinggal cerita kuno. Ia bahkan tak pernah mampu menembus waktu di bawah 10 detik. Ben sekarang sudah terlalu uzur dan lambat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus