Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ada juga kompetisi di pinggir ada juga kompetisi di pinggir...

Biaya sea games xiv mencapai rp 13 milyar, 85 % dari pemerintah. rekor tertinggi dalam sejarah sea games. 40 perusahaan memanfaatkan sebagai arena promosi. banyak yang kecipratan untung.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MATA merah? Perih? Tenang saja, ada Visine, obat tetes mata resmi SEA Games. Kalau haus, ada Aqua, minuman resmi pesta olah raga itu. Mau memotret, jelas dengan Fuji, yang juga pakai embel-embel "film resmi". Yang resmi lainnya, Seiko. Perusahaan elektronik Jepang itu kini tercatat sebagai satu-satunya penunjuk waktu resmi SEA Games. Demikianlah, para atlet SEA Games XIV tak perlu khawatir. Mereka dikelilingi dengan pelbagai merk dagang. Persisnya, merk dagang tertentu. Merk lain di luar yang resmi-resmi tadi harus "out" dari Senayan dan gelanggang SEA Games lainnya. Sebab, untuk mendapat predikat "resmi" itu ternyata tak murah. Seiko misalnya, harus memasang peralatan pencatat waktu di 15 venues, scoring board di Stadion Utama, finish camera, dan timer. Juga, mendatangkan 30 orang teknikus dari Jepang. Semua itu senilai Rp 500 juta. Sedang Aqua harus memasok sekian ribu liter air selama pesta olah raga Asia Tenggara itu berlangsung. Aqua dan Seiko hanya dua dari sekitar 40 perusahaan yang memanfaatkan SEA Games XIV sebagai ajang promosi. Dan, bagi Organizing Committee (OC), ini tentu saja melonggarkan beban. Alasan: sampai saat berlangsungnya pesta olah raga Asia Tenggara pekan ini, pihak OC masih berteriak kekurangan dana Rp 1,4 milyar untuk suksesnya pesta. Terutama untuk keperluan transportasi dan perbaikan sarana yang terus bertambah. "Saya harap ada dermawan yang mau menyumbang," tutur Ketua Harian OC, Eddie M. Nalapraya. Semula, dana berasal dari pelbagai sumber: dari Bantuan Presiden Rp 2 milyar, dari APBD DKI Rp 4,45 milyar, dan dana Porkas Rp 1 milyar. Dari Sekneg juga ada, Rp 2 milyar. Total Rp 9,45 milyar. Dana sebesar itu diancer-ancerkan sudah memadai, kalau jumlah atlet (dan ofisial) yang akan bertanding -- seperti SEA Games XIII, 1985, di Bangkok adalah 2.500 orang, buat 19 cabang olah raga. Tapi rencana berubah. Delapan cabang baru masuk, serta jumlah atlet dan ofisial pun menjadi 3.560. Berarti bertambah 1.060 orang. Itu beban besar. Sebab, tiap hari seorang atlet diperhitungkan akan menghabiskan US$ 27. Sebesar US$ 20 ditanggung negara masing-masing dan US$ 7 disubsidi OC, untuk selama 22 hari di Jakarta. Pihak OC masih harus memperbaiki venues, yang ongkosnya Rp 4,3 milyar. Ditambah transportasi dan lain-lain, total dibutuhkan Rp 13 milyar. Maka, untuk menambal pos yang masih bocor, pihak OC mengerahkan cewek-cewek manis di pintu jalan tol: menjual stiker SEA Games. Juga, atas dasar SK Gubernur DKI, ada pungutan dari biaya STNK kendaraan bermotor. Juga rekening telepon kena tambahan -- dan karcis steam-bath. Terkumpul Rp 1 milyar. Ada sumber lain lagi. Dari penjualan hak iklan pada PT Humpuss Madya Pratama, masuk lagi RP1, 2 milyar. Maka, seluruhnya sudah ada Rp 11,6 milyar. Atau kurang Rp 1,4 milyar dari RP 13 milyar yang dibutuhkan. Angka Rp 13 milyar sendiri memang membelalakkan mata: inilah rekor biaya penyelenggaraan SEA Games yang tertinggi sejak dimulainya multievent games itu pada 1959 di Bangkok. Bahkan jika dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan SEA Games XIII, 1985, di Bangkok, yang menghabiskan 65 juta bath atau Rp 4,2 milyar, angka di Jakarta itu lebih dari tiga kali lipat -- kalau devaluasi rupiah pada September 1986 tidak dimasukkan dalam perhitungan. Malah biaya keseluruhan di Bangkok itu, ternyata, masih lebih kecil dibanding dengan biaya yang keluar hanya buat perbaikan venues di SEA Games XIV ini, yakni Rp 4,3 milyar. Yang agak berbeda dengan Jakarta, sebagian besar dana SEA Games Bangkok itu ditanggung pihak swasta. Dipimpin harian terbesar Thai Bath, yang memelopori proyek "Muangthai Juara SEA Games", dengan penyumbang terbesar Kodak, Singha Beer, dan lainnya, terkumpul 43 juta bath. Pemerintah Muangthai hanya mengeluarkan 22 juta bath (sekitar Rp 1, 5 milyar) atau 34% dari seluruh biaya. Beban tak berat bagi pemerintah, dan ternyata bisa untung. Masyarakat di sana sangat antusias menonton SEA Games 1985 itu. Di akhir pesta, panitia mengumumkan keuntungan sekitar 20 juta bath, atau sekitar RP 1,3 milyar. Sebagian laba itu dibagikan ke pengurus cabang olah raga. Lain Bangkok, lain Jakarta. Di SEA Games XIV ini, boleh dibilang 85% biaya penyelenggaraan berasal dari kantung pemerintah, termasuk dari Porkas. Sisanya dari swasta. Dalam jumlah itu, termasuk Rp 1, milyar hasil penjualan iklan pada PT Humpuss Madya Pratama. Berkecimpung di periklanan sejak 1985, Humpuss Madya Pratama -- sebuah anak perusahaan Humpuss Group -- mulai Juni lalu bergerak mencari klien yang mau pasang iklan di arena SEA Games. Dalam waktu singkat, 40 perusahaan yang dirangkul. Delapan perusahaan -- di antaranya Fuji, Gudang Garam, Bentoel, Aqua, dan Seiko -- tergolong kakap. Mereka membeli paket iklan sebesar Rp 100-Z00 juta. Dan produk mereka pun berhak pegang predikat "resmi" alias official product. Namun, tak semua cabang bisa laku diiklankan. Bilyar, menembak, atau panahan, yang tak begitu populer, tak menank pemasang iklan. Juga, 'kan aneh kalau ada peluru, pistol, atau busur resmi SEA Games, misalnya. Tapi keseretan di sini diimbangi di olah raga seperti sepak bola. Di Stadion Utama Senayan, tempat sepak bola dipertandingkan dari 32 board iklan sudah laku 90% -- meiampaui target yang diharapkan. "Alhamdulillah," kata Gatot Teguh Arifianto, Direktur Utama PT umpuss Madya Pratama. "Minimal break even point bisa tercapai." Alhamdulillah, malah mungkin untung besar. Pelayanan Humpuss umumnya memuaskan. Tapi bukannya tak ada keluhan tentang tarif. Kata Ida Siagian, manajer promosi PT Wirabuana Intrent, distributor air mineral Aqua, satu billboard ditarik sekitar lp 20 juta. "Ini jauh lebih mahal dibandingkan biro iklan lain, yang hanya sekitar Rp 15 juta," kata Ida Siagian pula. Sebab itu, ia tak mau pasang billboard sembarangan. Menghemat. Apalagi untuk melayani pemakaian air, Aqua akan menurunkan 150 orang selama SEA Games berlangsung. Setengah jumlah itu karyawan honorer, yang dibayar Rp 7.500 sampai Rp 15.000 sehari. Fuji Film juga mengeluarkan dana cukup besar: sekitar Rp 275 juta. Antara lain untuk memasok enam ribu rol film, menggaji 100 karyawan yang siap di venues melayani cuci cetak dengan korting 50%, dan membayar biaya iklan ke Humpuss. Juga, mendatangkan balon raksasa Zeppelin dari Swedia. Balon sepanjang 28 meter dan bergaris tengah 12 meter ini akan mengudara di Kompleks Senayan. Harapannya tentu: laris, laris, laris. Juga buat pengusaha katering seperti Ny. Marry Lubis. Ia dapat jatah melayani 230 atlet. Dibaptu 25 orang -- yang bergaji Rp 25.000 sampai Rp 75.000 -- Marry mengaku tak mengejar untung melayani atlet yang bertarung untuk sang Merah Putih itu. Dengan biaya makan atlet Rp 10 ribu sehari, untungnya tipis saja, tuturnya. Ia juga memasok pakaian untuk kontingen. Juga, ketiban bulan Grand Oskar. Penjahit di kawasan Jakarta Timur ini kebagian membuat 3.250 setel seragam kontingen Indonesia, termasuk 1.400 setel untuk atlet Indonesia. Order besar itu sudah dikebutnya sejak 35 hari yang lalu. Tak ayal, Oskar, sang direktur, mengerahkan 125 tukang jahit yang bekerja siang dan malam. Ia sudah menerima Rp 125 juta untuk pesanan itu. Untung? "Wah, belum sempat dihitung," tutur Oskar, di antara deru mesin jahit, mesin obras, dan denting gunting. Pengusaha hotel juga senang. Dengan tarif yang ditentukan US$ 27 per orang, pihak hotel bisa mengharapkan kamarnya terisi, paling tidak selama 22 hari ini. "Pokoknya seimbang, 'gitu," tutur Yunita Budi, dari Hotel Kartika Chandra, yang kebagian 127 tamu. Maksudnya, dana sebesar itu pas dengan fasilitas tiga kali makan dan cucian yang ditanggung hotel. SEA Games memang mencipratkan untung ke pelbagai penjuru, dan membuat Jakarta semarak. Umbul-umbul warna-warni sudah dipasang sejak awal di tepi-tepi jalan. Poster, billboard, dan spanduk tampak di mana-mana -- meskipun kalau perlu dengan bahasa Inggris yang keseleo. SEA Games is the arena in manuring the sense solidari .... Maksudnya manuring tentu: memupuk. Rupanya, biar salah asal meriah. Toriq Hadad, Laporan Biro Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus