PENCETAK pemain sepak bola muda berbakat tidak semudah yang di bayangkan. Untuk itu, diperlukan waktu minimal 4 tahun. Tentunya dibarengi dengan kerja keras, kesabaran, dan rasa tanggung jawab yang tinggi dari para pelatih. Itulah yang diajarkan oleh Jack Gallagher, Instruktur Senior dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), dalam kursus selama 3 hari yang diselenggarakan oleh Program Pendidikan Sepak Bola FIFA, bekerja sama dengan Coca-Cola yang berakhir Minggu pekan lalu, di Jakarta. Kursus pelatih FIFA/Coca-Cola ini diikuti oleh 10 pelatih nasional berpredikat lanjutan (S1) serta 20 orang guru-guru olahraga SLTA dan beberapa wakil dari sekolah sepak bola di Jakarta dan sekitarnya, yang secara langsung akan menangani bibit-bibit pemain muda berbakat. Beberapa orang wartawan olahraga juga ikut dalam kursus ini. Materi pelajaran yang diberikan selama 36 jam, sekitar 60% dipergunakan untuk teori. Sedangkan sisanya dipergunakan untuk praktek, pemutaran video, serta diskusi. Sasaran yang hendak dicapai dalam kursus kilat yang diberi nama Coke-Go For Goal ini adalah untuk memperkenalkan paket pelajaran teori dan teknik dasar ilmu persepakbolaan. Ada 10 teknik dasar permainan yang diajarkan, misalnya cara mengoper bola (passing) yang baik, teknik membawa bola (dribbling), penguasaan bola, teknik menendang bola, menyundul bola serta prinsip bertahan dan menyerang, secara individu maupun tim. Menurut Gallagher, sebaiknya dasar-dasar bermain bola yang baik dan benar sudah diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin, paling tidak dimulai sejak usia 8-10 tahun. Karena untuk mencetak mereka menjadi pemain kaliber dunia diperlukan waktu sekitar 8 tahun. "Tanpa dasar-dasar yang kuat, jangan berharap anda bisa mendapat pemain berbakat dikemudian hari," tambah bekas pelatih kepala tim nasional sepak bola AS ini. Gallagher juga menekankan, seorang pelatih perlu memperhatikan aspek kemanusiaan sebelum menjalankan program latihan yang akan diberikan. Misalnya, faktor lingkungan asal pemain, faktor psikologi, serta motivasi mereka dalam berlatih sepak bola. Sebaiknya, data-data di atas sudah dikuasai seorang pelatih sebelum melaksanakan tugasnya. "Karena pendekatan kepada setiap pemain dalam latihan harus disesuaikan dengan latar belakang kehidupan mereka," kata Gallagher, bekas manajer pelatih tim nasional Irlandia Utara di bawah 16 tahun ini. Dan jangan lupa, tambahnya, jika ingin mengajarkan dasar-dasar bermain bola yang benar, kepada mereka harus diterangkan seluk beluk teori sepak bola mulai dari A s/d Z. Tidak bisa sepotong-sepotong. Dalam menjabarkannya pun pergunakanlah bahasa sepak bola yang mudah dimengerti. "Tekankan disiplin dalam berlatih dan ini harus dimulai dari diri Anda sebagai seorang pelatih," ucap Gallagher. Sebenarnya program ini sudah dimulai sejak 1977, bahkan sudah merupakan pelajaran standar di klub-klub sepak bola di Jerman Barat, Belanda, Inggris, Cekoslovakia, Spanyol, Italia, Argentina, dan Brasil. Pemain kaliber dunia, Diego Maradona serta Paulo Rossi, merupakan hasil produksi dari program Coke-Go For Goal ini. Di Indonesia kursus semacam ini baru pertama kali diadakan. Sebelumnya, Indonesia sudah empat kali menjadi tuan rumah kursus-kursus yang diadakan oleh FIFA, tapi dengan materi yang berbeda. Malaysia dan Muangthai sudah menjalankan program semacam ini sejak 1983. Tidak heran kalau Ketua Umum PSSI Kardono, meminta kepada 10 pelatih S1 yang mengikuti program ini, agar membantu menyebarluaskan ilmu ke daerah-daerah. "Nantinya mereka inilah yang akan menatar pelatih-pelatih maupun guru-guru di daerah," ujar Kardono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini