APAKAH yang akan anda katakan tentang seorang aki yang
mempertaruhkan nama dengan menempuh jarak 98, km? Ia adalah
seorang perokok berat. Menurut pengakuannya, ia menghabiskan 2
bungkus kretek setiap hari. Perawakannya kecil -- tinggi 146 cm
dengan bobot tubuh 46 kg. Ia dilahirkan di Tuban, Jawa Timur
pada tahun 1901. Dialah, Abdul Aziz, peserta tertua lomba gerak
jalan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang mengayunkan
langkah dari Surabaya, dan mengakhirinya di Jakarta.
Untuk kakek seusia dia, prestasi Az termasuk luar biasa, memang.
Dan ia belum merasa perlu merubah pola kebiasiannya. Tiap pagi,
ia selalu melemaska otot-ototnya dengan berjalan kaki. Frekwensi
jaraknya tak tentu. Kadang-kadang ia cuma menempuh jarak 2 km.
Lain hari bisa lebih. Ia tak pernah bangun lewat dari jam 4
subuh. Hanya saja waktu masuk ke peraduannya yang suka tak
menentu. Tapi tak pernah lebih dari jam 12 tengah malam. "Bagi
saya, jalan kaki adalah olahraga yang terbaik," kata Aziz
sembari menyampaikan pengakuan bahwa dengan jalan kaki ia
terhindar dari sakit ginjal dan kencing manis. Ia memulai
olahraga gerak jalan sejak tahun 1921.
Selama perjalanan dari Surabaya ke Jakarta selama 12 hari,
menurut Aziz, ia sama sekali tak mengalami kesulitan secara
fisik. Meski masa istirahatnya tak begitu panjang. Ia cuma tidur
satu malam di Sleman. Selebihnya hanya mengaso 10 menit di tiap
pos. Ia tidak menyebutkan berapa jumlah pos seluruhnya.
Jalan Rodi
Terhindarnya Aziz dari kesulitan itu tak lain lantaran ia memang
telah mempersiapkan dirinya secara baik. Sejak awal Juni, begitu
ia mendengar berita akan diselenggarakannya gerak jalan
Surabaya-Jakarta, ia telah mulai melatih diri setiap hari.
Mula-mula jarak tempuhnya adalah 2 sampai 5 km. Kemudian
berangsur meningkat jadi 25 km. Sebulan kemudian sudah menjadi
60 sampai 75 km.
Persiapan yang dilakukan Aziz bukan cuma di jalan. Di rumah ia
tak kurang mengatur menu sendiri. Ia mulai mengurangi jumlah
nasi yang dimakan. Sebagai penggantinya ia memakan 2 butir telor
ayam mentah setiap pagi. Selain itu porsi teh manis pun
ditambahnya. Menurut Aziz, dalam perkara makan, ia tak suka hal
yang berlebihan. Ia sudah lama tak menjamah daging. Ia
menggantinya dengan ikan, telor, dan sayur-sayuran. Sebagaimana
orang Jawa, Aziz sangat menyukai sekali tahu dan tempe.
Aziz, pensiunan Departemen Aga na dan kini menjadi agen surat
kabar Bhirawa, hampir saja tidak diperkenankan ikut berlomba.
Sebab peserta harus terdiri dari regu. Untung ia tak kehabisan
akal. Dikumpulkannya 23 peserta perorangan untuk bergabung dalam
satu regu. Sehingga ia bisa ikut. Tapi regu Aziz ini bubar
sampai di Mojokerto. Karena dari sim anggota regunya segera
mengawali peruntungan dalam nomor perorangan. Start untuk lomba
perorangan memang dimulai dari Mojokerto.
Menurut Wakil Presiden, Adam Malik ketika menyambut para peserta
gerak jalan Surabaya-Jakarta ini, hikmahnya adalah lembaran
hitam dalam kehidupan nenek moyang waktu pembuatan jalan raya
Anyer-Banyuwangi pada zaman Daendels telah lipur. "Lembaran
hitam ini sebenarnya tidak bisa dihapus. Tapi dengan long march
menyusuri jalan rodi itu, saudara-saudara telah menghapusnya,"
kata Malik.
Lepas dari prestasi yang melibatkan 102.007 orang peserta gerak
jalan Surabaya-Jakarta dari tanggal 23 Juli s/d 3 Agustus
kemarin, kegemaran untuk hidup sehat melalui olahraga paling
murah tampak mulai menyentuh masyarakat. Termasuk Aziz yang
bertekad untuk tetap bergerak jalan dan berlomba selama masih
bisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini