Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sprinter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri mengikuti kejuaraan uji coba (test event) Olimpiade Tokyo pada Ahad, 9 Mei lalu.
Zohri lolos ke Olimpiade Tokyo yang akan digelar pada 23 Juli-8 Agustus mendatang setelah finis ketiga di kejuaraan kualifikasi Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019 dengan catatan waktu 10,03 detik.
Dalam ajang uji coba ini, Zohri berambisi menembus catatan waktu di bawah 10 detik. Targetnya, 9,99 detik.
BERADA di lintasan kedua di New National Stadium, Tokyo, Jepang, Lalu Muhammad Zohri terlihat mencolok dengan kaus putih bercorak merah dan celana pendek merah. Enam sprinter lainnya, lima orang Jepang dan juara lari 100 meter Kejuaraan Dunia 2017, Justin Gatlin, asal Amerika Serikat mengenakan kostum bernuansa biru gelap. Di babak final lomba lari 100 meter World Athletics Continental Tour Gold Tokyo 2021 pada Ahad petang, 9 Mei lalu tersebut, Zohri menyentuh garis finis di urutan ketujuh.
Zohri mencatatkan waktu 10,45 detik, lebih lambat 0,21 detik dari Gatlin yang menjadi juara dengan catatan waktu 10,24 detik. Sebelumnya, di babak penyisihan, Zohri mampu membuat hitungan waktu terbaiknya pada musim ini, yakni 10,34 detik. “Terima kasih banyak kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungan dan doanya. Saya mohon maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik di kejuaraan test event ini,” ucap Zohri melalui video yang dikirimnya via WhatsApp, Ahad malam, 9 Mei lalu.
Bagi Zohri, kesempatan berlomba dalam kejuaraan atletik tingkat internasional, seperti Ready Steady Tokyo yang merupakan test event Olimpiade Tokyo 2021, adalah sesuatu yang dia patut syukuri. Ini kejuaraan pertamanya setelah sekitar satu setengah tahun vakum terkena imbas pandemi. “Sejak pandemi Covid-19, kami sempat dipulangkan (ke daerah),” ujarnya. “Alhamdulillah dipanggil lagi untuk persiapan dan memang butuh sekali perlombaan untuk menguji latihan selama ini,” tutur peraih medali emas dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Finlandia pada 2018 itu.
Uji coba ini penting bagi Zohri sebagai pemanasan sebelum terjun di kejuaraan sebenarnya pada 23 Juli-8 Agustus nanti. Apalagi, venue dan lintasan yang digunakan sama, yakni stadion yang berlokasi di Kasumigaoka-machi, Shinjuku, itu. “Syukurlah bisa mencoba lapangan. Cari rasa-rasanya dulu,” ucapnya. Zohri lolos ke Olimpiade Tokyo setelah menempati peringkat ketiga di Seiko Golden Grand Prix Osaka, 19 Mei 2019. Ia mengukir waktu 10,03 detik, menembus limit kualifikasi 10,05 detik.
Sejak Rabu, 5 Mei lalu, Zohri telah berada di Shibuya Excel Hotel Tokyu yang menjadi wisma atlet bagi para peserta kejuaraan uji coba Olimpiade. Zohri berangkat bersama pelatihnya, Arya Yuliawan, dan Sapwaturrahman, atlet loncat jauh. Selama berada di Tokyo, Zohri mengaku mendapatkan pengawasan ketat dari panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo. “Di sini kita hanya boleh di kamar dan ke ruang makan hanya ambil makanan untuk makan di kamar,” ujarnya.
Tidak hanya di penginapan, menurut Zohri, pengawasan ketat berlaku ketika para peserta mengunjungi lokasi latihan. Menurut dia, atlet dan ofisial dipantau untuk memastikan penerapan protokol pencegahan Covid-19. Seperti pada Jumat, 7 Mei lalu, Zohri mendapatkan jadwal latihan di New National Stadium dari pukul 13.30 hingga 16.30. Jatah waktu itu sudah termasuk perjalanan dari hotel-stadion selama 20 menit. “Ke lapangan dijaga pulang-pergi,” ucap Zohri melalui WhatsApp, Jumat, 7 Mei lalu.
Mengenakan kaus dan celana pendek hitam serta legging dan sepatu dengan warna serupa, Zohri melakukan peregangan. Dia juga sempat menjajal lintasan lari dan mencoba menggunakan startblock—alat penahan kaki pada saat memulai lomba sprint. “Suhu di Tokyo sejuk sekitar 20 derajat (Celsius). Angin bagus. Semoga semua berjalan lancar,” ujar Zohri saat akan mulai berlatih. Pemakaian startblock memang menjadi salah satu “pekerjaan rumah” Zohri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu Muhammad Zohri (kedua dari kanan) saat berlaga dalam World Athletics Continental Tour Gold Tokyo 2021 di New National Stadium, Tokyo, Jepang, 9 Mei 2021./worldathletics.org
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut pelatih nasional nomor sprint Eni Nuraeni, perbaikan teknik juga terus digenjot untuk memaksimalkan potensi Zohri. Salah satu aspek yang dibenahi adalah startblock. Meski mengalami perbaikan, Eni mengatakan terkadang posisi start Zohri masih terlalu bungkuk. “Waktu 100 meter dengan flying start (start melayang tanpa startblock) itu sudah 9,56 detik. Kalau 100 meter pakai startblock, itu bisa 10 (detik) kecil,” tutur Eni saat dihubungi, Jumat, 7 Mei lalu.
Walau sudah memegang tiket Olimpiade, Zohri punya ambisi khusus dalam test event ini. Pelari berusia 20 tahun itu bertekad mencatatkan waktu di bawah 10 detik. “Target saya di ajang apa pun selalu ingin di bawah 10 detik. Ya, setidaknya 9,99 detik,” ucap pria yang lahir di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, 1 Juli 2000, itu. Meski belum berhasil, Zohri tak patah semangat. “Semoga di kejuaraan selanjutnya bisa lebih maksimal, bisa lebih baik, dan memberikan yang terbaik,” ucapnya.
Eni memang meminta Zohri tak terlalu ngotot saat tampil di test event. Eni berkaca dari kondisi Zohri yang baru pulih dari cedera lutut kiri yang dialaminya setelah mengikuti Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019. Zohri menjalani operasi pada Oktober 2020. “Kami sudah kasih tahu dia jangan terlalu ngotot. Semaksimalnya saja, karena peak-nya nanti di Olimpiade Tokyo,” kata Eni. “Kalau terlalu memaksakan bisa cedera. Jadi harus dijaga,” ujar Eni, mengulang pesannya ke Zohri.
Menurut Eni, kondisi Zohri saat ini sudah mencapai 90 persen. Bahkan, menurut Eni, Zohri sudah kembali dalam performa terbaiknya seperti sebelum mengalami cedera lutut. “Dalam latihan kan selalu kami lihat pakai stopwatch memang sudah kembali seperti sebelum cedera. Belum dites sih, tapi untuk 60 meter kami tes dia sudah 6,63 detik. Itu sudah bagus,” ujar Eni, yang terpilih sebagai Pelatih Terbaik 2019 oleh Asosiasi Atletik Asia.
Zohri mengaku kondisinya sudah 100 persen dan siap berlomba. “Yang penting siap mental dan teknik saja,” ucap peraih medali perak nomor 100 meter Kejuaraan Atletik Asia di Doha 2019 itu. “Mungkin pelatih dan saya beda keinginan. Kalau saya pribadi dari dulu ingin lari di bawah 10 detik. Jadi harapan saya, di kejuaraan apa pun, harus bisa di bawah itu,” tutur peraih medali perak Asian Games Jakarta-Palembang 2018 untuk nomor 4 x 100 meter estafet putra bersama Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara itu.
Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan siap memberikan bonus kepada Zohri jika bisa mencapai target waktu di bawah 10 detik. “Lalu punya kecepatan 10,03 detik. Menurut saya dia bisa masuk semifinal (Olimpiade),” ujar Luhut saat mengunjungi sesi latihan Zohri sebelum bertolak ke Tokyo di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Senin, 3 Mei lalu. “Karena ini pertama juga untuk Indonesia ada di bawah 10 detik,” Luhut menambahkan.
Menanggapi isu soal bonus, Zohri tak acuh. Baginya, yang terpenting dia menemukan kembali puncak performanya. Ia berharap test event bisa menjadi pemanasan yang ampuh. Di final test event, Zohri bersaing dengan Gatlin yang kini menduduki peringkat kedua dalam daftar Men's Overall Ranking yang dirilis World Athletics—organisasi cabang olahraga atletik internasional (dulu IAAF)—per 4 Mei 2021. Di Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019, Gatlin juga menjadi juara dengan waktu 10,00 detik, disusul sprinter Jepang Yoshihide Kiryu (10,01 detik).
Atlet-atlet Jepang yang berlomba di final test event itu juga peringkatnya jauh di atas Zohri, seperti Yuki Koike yang berada di peringkat ke-26, Shuhei Tada (46), Ryuichiro Sakai (132), Daisuke Miyamoto (186), dan Bruno Dede (286). Aska Cambridge (187) tidak ikut start (DNS) dalam final test event. Adapun Zohri berada di peringkat ke-1.487 dalam daftar Men's Overall Ranking World Athletics dengan skor 1.155. “Gugup sih enggak, karena sudah beberapa kali melawan senior dan pelari elite. Mungkin gugupnya sedikit-lah,” ucap Zohri.
IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo