Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Apa Kata Tony ?

Teknik jemput bola belum menjadi kebiasaan para pemain pssi. pemain harus menguasai teknik penguasaan lebar & panjang lapangan dan menembak terus. perlu stamina tinggi dan perangsang lumayan. (or)

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEPAS 3 pertandingan percobaan dengan kesebelasan luar negeri, Tony dan Aliandu pekan lalu sempat mengadakan pertemuan pers di asrama Ragunan, Pasar Minggu. "Saya belum sepenuhnya puas dengan permainan anak-anak", kata Tony, "tapi ada tanda-tanda bahwa mereka mempunyai kemauan untuk mempraktekkan apa yang kami inginkan". Tony tak lupa membeberkan teori-teori sepakbola dasar antara lain seperti menjemput bola, yang hingga kini masih harus dijadikan kebiasaan pemain-pemain PSSI. Pelaksanaannya lewat proses pentahapan. Singkatnya, tahap pertama membiasakan semangat jemput-bola. Tahap kedua, pemain harus memperhatikan dua petunjuk: menggunakan sebaik-baiknya "lebar dan panjang" lapangan menggunakan kesempatan menembak sebanyak-banyaknya. Jarak tembak yang paling efektif, menurut Tony dan Aliandu, sekitar 25 meter dari gawang. Kesadaran akan lebar dan panjang lapangan permainan sangat menentukan gerak membuka gawang lawan dan lapis-melapis antara pemain depan, tengah dan belakang, baik dalam waktu menyerang maupun bertahan. Sehingga terhindar gap antara lapisan yang satu dengan yang lain. Teori tersebut belum sepenuhnya dapat dipraktekkan. Sebab makan stamina. Jadi, kalau pada pertandingan pertama lawan Kristiansand misalnya, para pemain hanya mampu mengembangkan pola permainan tersebut hanya dalam waktu 15 menit, "itu memang sudah instruksi", kata Aliandu. "Mereka memang diminta memperlambat tempo permainan. Dan mereka diminta menghadapi ejekan penonton seperti masuk kuping kiri keluar kuping kanan". Pertandingan berikutnya baru ditingkatkan. Sampai pada waktunya baru kondisi puncak dicapai. "Untuk mencapai timing dan memelihara kondisi puncak", kata Tony menambahkan, "adalah soal yang paling sulit". Tak banyak yang baru, kecuali dalam menilai Hadi Ismanto, pemain produk TC Salatiga. Tony menilai pemain ini terlalu mengandalkan kekuatan fisik dan keberanian. "Padahal bodycharge (benturan) memakan lebih banyak tenaga daripada start 10 meter". Tanpa menyinggung Coerver, Tony pun mengecam latihan yang lebih ditekankan pada kepribadian individuil. "Yang kita inginkan adalah kepribadian satu team". Pertemuan pers tersebut banyak menjelaskan gagasan Tony dalam sepakbola, meskipun nampaknya tidak banyak berbeda dari ajarannya 20 tahun yang lampau. Menjawab pertanyaan TEMPO tentang perbedaan team PSSI dulu dan sekarang, Tony menilai pada umumnya sama saja. "Hanya dulu perbedaan kwalitas lebih menonjol: Liong Houw dan Rukma misalnya. Yang satu jauh lebih menonjol dari yang lain. Sekarang rata-rata sama. Dulu saya harus mulai dari bawah. Tapi sayang semuanya habis ditelan Skandal Senayan akhir 1961 ". Untuk menghindarkan malapetaka serupa, agaknya Tony kini lebih bijak menghadapi para asuhannya. Mereka satu-per-satu diminta tumplekan isi hati mereka, termasuk daftar kebutuhan material sehari-hari. Tercapai persetujuan: uang-saku sehari Rp 3000 insentif dari pertandingan lokal (pungut bayaran) Rp 50.000 dan internasional Rp 75.000. Agaknya faktor perangsang ini yang sesungguhnya ikut memperlancar sukses PSSI di Singapura nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus