Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menyambut Ketua Orbitan

Sukendro baru 1 tahun menjabat ketua umum persija didemisionerkan. dianggap kurang dedikasi. penggantinya dicalonkan urip widodo. tantangan diduga datang dari pimpinan kesebelasan tenar yang tersisih.(or)

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SOEKENDRO yang diorbitkan oleh , Persatuan Sepakbola Mahasiswa ke kursi Ketua Umum Persija dalam rapat tahunan anggota, Nopember 1975 silam tampak tak putus dirundung cobaan. Begitu ia mulai memangku jabatan, kepemimpinannya segera diuji oleh berbagai tantangan. Diawali dengan terhentinya putaran roda kompetisi pada kwartal pertama kepengurusannya yang diakibatkan oleh faktor alam -- hujan lebat turun sepanjang akhir tahun, hingga menyebabkan lapangan utama stadion Menteng rusak berat dan tak dapat dipergunakan untuk pertandingan. Ujian berikutnya tiba dengan pengunduran diri beberapa anggota pengurus teras: Dick Latumahina, Ketua: Sukarman Dipo Pemimpin Kompetisi II dan Sahala Siregar, Ketua Panitia Lapangan. Dirongrong Mengatur jalannya organisasi dengan tenaga pembantu yang terbatas, agak merepotkan Soekendro, memang. Apalagi kondisi persepakbolaan di Jakarta tengah menghadapi berbagai tantangan kemajuan. Lahirnya bond Persija TimurUtara, Persija Selatan-Barat, Persatuan Sepakbola Antar Perusahaan Jakarta (Persapja), munculnya gagasan sepakbola profesional, semua itu tak kurang meminta jawaban yang cepat dan tepat dari pengurus. Tapi apa lacur, di saat Soekendro bersama pengurus lain sedang mencari jawaban terhadap tantangan yang tumbuh, kepemimpinannya segera dirongrong oleh sebagian klub yang memang sudah menunjukkan sikap antipati dari awal pengorbitannya. Dan puncak dari pertentangan sikap itu meledak ketika Soekendro atas nama Persija menyatakan tuntutan Kongres Luar Biasa terhadap PSSI. Sikap pro dan kontra terhadap kebijaksaulaan yang diambil Soekendro dengan cepat melahirkan pendemisioneran kepemimpinannya -- sekalipun masa kepengurusannya baru berjalan 1 tahun kurang 8 hari dari jangka 2 tahun yang ditetapkan. "Mengingat pekerjaan dan tugas kami (dalam rapat Soekendro menyebutkan bahwa ia kini diserahi tugas memimpin 38 perusahaan) yang banyak meminta tenaga dan waktu, sehingga untuk memimpin Persija tidak terdapat tempo terluang sebanyak yang diperlukan. Maka dengan segala kerendahan hati dan rasa tulus ikhlas kami mengundurkan diri dari jabatan ketua Umum Persija", tutur Soekendro di depan rapat anggota, Senin 1 Nopember lampau. Pernyataan pengunduran diri Soekendro -- sekalipun itu memang dikehendaki oleh sebagian klub -- tak urung mendapat kecaman pedaS. Dalam pandangan umum rapat tahunan Persija, Minggu 14 Nopember lalu, Ketua PS Mahasiswa, Baron Harahap tak urung menyebut Soekendro sebagai Ketua Umum Persija kurang berdedikasi. Lantas kini siapakah calon pengganti yang dinilai cukup berdedikasi? PS Mahasiswa cukup mafhum dengan tuntutan itu. Mereka segera memajukan nama yang cukup tenar dan nampaknya pun disegani:Wakil Gubernur DKI Jakarta, Urip Widodo. Seperti juga dengan Soekendro, calon pengganti tak kurang diorbitkan lewat PS Mahasiswa. Melalui SK tertanggal 13 Nopember 1976 -- sehari sebelum pemilihan -- yang ditanda tangani oleh Baron Harahap, Wagub Urip Widodo diangkat sebagai Pelindung klub PS Mahasiswa. Dan sidang memang seolah menanti kehadiran Urip Widodo dalam tubuh Persija. Dari 9 calon untuk formaturschaap 3 orang, Urip Widodo segera menempati urutan teratas dalam pemilihan. Ia meraih 63 suara dukungan dari 225 jumlah suara yang masuk. Di bawahnya menyusul SK Wibowo (Setia) dan Jilis Taher SH (Hercules) masing-masing dengan 37 suara dan 34 suara. Adakah trio formatur ini akan berhasil menampilkan suatu kepengurusan yang kompak dan didukung penuh oleh klub? Itulah masalahnya kini. Sebab di luar calon formatur yang 3 orang itu, tak kurang ada nama-nama tenar dalam sepakbola yang tersisih dalam potensi dukungan yang cukup lumayan. Mereka adalah Erwin Baharuddin (Jakarta Putera) 24 suara, Soeparjo Pontjowinoto (Angkasa) 20 suara, Acub Zaenal (Perkesa) 20 suara, dan Bob Hippy (Maluku) 12 suara. Memasukkan nama mereka ke dalam kepengurusan bukannya tak punya risiko pula. Hubungan harmonis dengan PSSI seperti yang disarankan Baron Harahap mungkin akan "terganggu". Mengingat mereka adalah tokoh-tokoh yang kurang berkiblat kepada kepengurusan PSSI di bawah Bardosono sekarang. Tidak memasukkan mereka, kesulitannya bukan tak muncul pula. Dukungan penuh dari klub sukar untuk didapatkan. Sebab mereka adalah tokoh dari klub berprestasi. Mungkinkah Urip Widodo menurut kedua formatur lain telah disepakati untuk jadi Ketua Umum Persija -- mampu mengatasi friksi yang bakal timbul dari dilema yang dihadapi? "Saya percaya Pak Urip akan berhasil mengatasi semua itu", komentar Soekendro. Sejalan dengan fikiran Soekendro sebuah sumber lain yang tak mau disebut nama mengatakan kepada TEM PO bahwa nama-nama seperti Soeparjo, Acub Zaenal, dan dr. Suhantoro (Jayakarta) hampir dapat dipastikan akan duduk dalam kepengurusan di bawah Urip Widodo. Susunan ini sudah barang tentu mendapat tentangan keras dari pihak dua formatur lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus