HAMPIR setahun Marah Halim tidak lagi menjabat gubernur Sumatera
Utara. Kini dia tenang-tenang saja di Medan dan tak diketahui
jelas apa kegiatannya. Setelah dia digantikan Mayjen EWP
Tambunan, orang Medan lebih mempertanyakan nasib turnamen yang
memperebutkan piala emas lebih 5 kg atas namanya itu, ketimbang
prestasi pemerintahannya. Orang Medan menguatirkan bahwa dengan
penggantian gubernur turnamen tersebut juga bakal "padam"
setelah berlangsung sampai 7 kali. Selama ini fasilitas
penyelenggaraannya justru dicampuri unsur Pemda Sumatera Utara.
Tambunan pernah mencanangkan tentang perlunya ada turnamen
sepakbola yang memperebutkan "Piala Gubernur Sumatera Utara" dan
tak harus atas nama pribadi seseorang. Kemudian ada spekulasi
bahwa pada masa mendatang turnamen Piala Marah Halim, jika
dipertahankan, tak lagi berkelanjutan di Medan. Sebelumnya,
kegiatan tersebut telah masuk kalender tetap PSSI dan diakui
FIFA.
Marah Halim sendiri tidak menanggapi Tambunan. Hanya ia
menyebutkan, "soal turnamen Piala Marah Halim kini saya serahkan
kepada pengurus KONI Sumatera Utara." KONI Sum-Ut yang ketuanya
masih Kamaruddin Panggabean (dan secara permanen juga ketua
panitia penyelenggara turnamen Piala Marah Halim) menyambut baik
keinginan bekas gubernur tersebut. Setelah itu soaljawab
mengenai nasib turnamen tadi diam sebentar.
Hasrat Medan untuk menyelenggarakannya ternyata muncul lagi,
bukan atas nama KONI Sumatera Utara. Apa yang disebut Yayasan
Piala Marah Halim telah dibentuk 17 Januari. Dan yayasan inilah
yang menangani turnamen ke-8 yang dijadwalkan 27 April s/d 9
Mei.
Panggabean tetap sebagai ketua pelaksana turnamen -- mengatakan
nanti akan ikut 4 tim dalam negeri -- Persija, Persebaya, PSMS
dan Persiraja Banda Aceh. Juga sudah diundang: tim-tim dari
Iran, Burma (juara tahun lalu), Thailand, Jepang, Kora Selatan.
Negeri Belanda dan Timur Tengah.
Keempat peserta domestik yang diundangnya itu adalah pengikut
Kompetisi Divisi Utama PSSI baru-baru ini. Ternyata PSM Ujung
Pandang, meski dalam turnamen sebelumnya dipanggil ke Medan,
kini dilupakannya (?)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini