"PEMAIN catur bisa gila, tapi tidak untuk pujangga," tulis
sastrawan Inggris, G.K. Chesterton. Benarkah itu? Jutaan manusia
sekarang mungkin belum gila karena main catur, tapi memang
banyak yang sedang demam catur. Oktober ini, hampir setiap hari
sudah-seperti iklan yang dipajang pada halaman koran dan layar
televisi--muncul berita Kejuaraan Dunia Catur ke-30 yang
berlangsung di Merano, Italia.
Di sana, juara bertahan Anatoli Karpov (30 tahun) datang dari
Moskow, menginap di hotel Riz Stefanie bersama 18 pengiringnya.
Kopornya dipenuhi 4.000 jilid buku catur, sementara mulutnya
meluap-luap dengan penghinaan terhadap sang penantang, Victor
Korchnoi. Penyandang gelar juara dunia sejak 1975 itu--akibat
juara Bobby Fischer dari AS ngambek main karena masalah kecilnya
uang hadiah --datang ke Merano dengan memesan papan pemisah di
bawah meja pertandingan. Ia teringat pada pengalaman bertanding
dalam kejuaraan lalu di Filipina (1978), ketika tulang keringnya
sering terganggu oleh permainan kaki Korchnoi yang hiperaktif.
Kamp Siberia
Lawan yang dihadapinya memang penantang yang sama, yang
dilukiskan oleh rekan-rekan Korchnoi sendiri sebagai manusia
yang gila ketakutan (paranoid). Victor Korchnoi (50 tahun),
sejak melarikan diri dari Uni Soviet dan kini menetap di Swiss
ketakutan melulu jalan sendiri. Takut KGB menyusun kecelakaan
untuknya. Jarang pula ia sempat bertanding dibanding Karpov
karena Uni Soviet selalu berusaha memboikot turnamen yang
dimasukinya.
Korchnoi sendiri sudah berusaha memboikot kejuaraan dunia ini,
karena istrinya (Bella) dan putranya (Igor) yang ditahan di kamp
Siberia belum diizinkan menyusulnya ke Swiss. Tuntutannya ini
mengakibatkan pertandingan kejuaraan sudah beberapa kali
tertunda. Bulan lalu terbetik berita bahwa pejabat Soviet
bersedia mengabulkan. Nyatanya sampai hari pertandingan dimulai
(1 Oktober), Korchnoi terkibul tapi bersedia juga bertanding.
Seperti Karpov, kantor berita Soviet Tass ikut menyebarkan
berita keburukan Korchnoi. "Korchnoi sudah menyatakan kepada
pemerintah Soviet supaya membiayai hidup Bella, bila istrinya
sedia bercerai, padahal di depan umum iabersumpah bahwa Bella
sudah dimintanya tetap setia sampai mati," demikian antara lain
berita itu di Merano sehari sebelum pembukaan.
Perebutan gelar juara ini tampaknya bukan cuma antara kedua
pemain catur itu. Tajuk koran Inggris, The Daily Telegraph
menggambarkannya semacam perang Blok Timur (komunis) melawan
Blok Barat. Korchnoi, membawa bendera Swiss, didampingi ahli
siasat GM Inggris, Michael Stean. Ketegangan sarafnya juga
seolah ditenangkan oleh instruktur yoga, Victoria Sheppard,
seorang wanita Amerika yang gemar memakai baju sari India selaku
pemeluk sekte agama Anand Marg.
Selain meminta tanggungan penginapan di hotel berbintang lima
untuk rombongannya yang begitu besar, Korchnoi juga memesan
panitia agar sekitar papan pertandingan ditutupi kaca tahan
peluru. "Korchnoi bermain buat kita semua," tulis Tbe Daly
Telegraph.
Kedua pihak ogah salaman dan enggan bicara satu sama lain. Dalam
pertemuan pembukaan (30 September), pada acara pemilihan warna
biji catur yang disaksikan 500 undangan, misalnya, Karpov
menggenggam bidak hitam di tangan kiri dan bidak putih di tangan
kanan. Korchnoi tidk menyambut tangan Karpov, tapi cuma
mengacungkan telunjuknya ke arah tangan kanan lawannya.
Dalam partai pertama dengan biji putih itu sang penantang gagal.
Muncul dengan jas kelabu dan dasi serasi, ia membuka permainan
gambit menteri. Sebelumnya ia sempat meneliti ruang tunggu
kontingen Soviet, untuk meyakinkan diri bahwa tak ada keculasan
bakal muncul dari situ.
Karpov yang muncul belakangan, juga berpakaian seronok, sampak
lebih muda dari usianya. Ia tidak melirik ke wilayah kelompok
lawannya apakah ada mikropon pembisik di situ, seakan-akan yakin
panitia sudah membereskan semuanya. Istrinya, Irina, duduk tanpa
perasaan di wilayah pendukung Karpov.
Kedua pemain duduk di hursi bersanlaran hitam tinggi. Keduanya
diizinkan meninggalkan kursi, bila mau istirahat di ruang
tunggu sambil santai melonjor pada sofa berkulit hitam. Sekitar
100 wartawan dan creu televisi merekam suasana 10 menit awal
pertandingan yang disaksikan pula oleh 500 penonton yang membeli
karcis rata-rata 5.000 lire (Rp 5.500).
Karpov di partai pertama itu gelisah menghadapi langkah
pembukaan lawan yang mirip partai kekalahannya dari pecatur
Cekoslowakia, GM Hort, beberapa minggu sebelumnya di Amsterdam.
Beberapa kali ia resah memainkan kartu isian langkah permainan.
Korchno mengembangkan biji-bijinya dengan bagus sampai langkah
ke-14, tapi kemudian ternyata bertindak blunder, bahkan menyerah
di langkah ke-44.
Di partai kedua, Karpov tidak menyia-nyiakan kesempatan
memainkan biji putih. Akhirnya memang kemenangan kedua untuknya.
Partai ketiga, lagi-lagi Korchnoi gagal memanfaatkan biji putih,
sehingga lawannya bisa menahan remis. Karpov yang mula-mula
menyapa, singkat saja dalam bahasa Rusia, "saya usulkan remis."
Korchnoi terkejut atas sapaan itu, karena mereka belum pernah
bicara sejak 1978. Ia meninggalkan papan beberapa detik.
Sekembalina, ia memberi jawaban, bukan dengan bahasa sopan,
melainkan dalam bahasa prokern sipir penjara Rusia. Menurut
jurubicara Kotchnoi, Emanuel Sztein, kelahiran Polandia yang
mahir bahasa Rusia, biasanya sapaan dimulai dengan
gocpogron--artinya "tuan". Jawaban Korchnoi: "grasbdamn (bung),
kalau mau tawarkan remis, lakukan lewat wasit."
Partai ke-4, Karpov memainkan biji putih dan unggul lagi,
sesudah tertunda sehari. Tekanan mental semakin diderita
Korchnoi. Semakin berat baginya mengejar ketinggalan, 3
(partai remis tak mendapat angka). Ahli siasatnya, Stean, konon
masih optimistis pekan lalu. "Bukan tidak biasa bagi Korchnoi
kalah di ronde-ronde awal ronde akhirlah yang menentukan,"
katanya selalu.
Hak Berpongah
Pada kejuaraan dunia ke-29 di Baguio, Filipina, stamina Korchnoi
memang luar biasa. Mula-mula ia kalah drastis, lalu menuduh
lawannya memakai "mata jahil" ahli hipnotis Soviet. Kemudian ia
mengejar ketmggalan 2-5 menjadi 5-5 dalam pettandingan marathon
hampir 100 hari di tahun 1978 itu dan akhirnya kslah tipis 5.
Persyaratan pertandingan ini sama seperti tahun 1978. Siapa
duluan mrebut angka 6, dialah juara yang mengantungi pula
hadiah uang US$ 260.000 (Rp 163,8 juta) dan hak berpongah di
mana saja, sedangkan yang kalah menerima USS 160.000 (Rp 63
juta) plus penghinaan.
Kali ini kans Korchnoi tampaknya lebih buruk daripada keadaan
tiga tahun silam. Ia memang tidak mengutik-utik lagi tuntutan
pelepasar keluarganya. Karena memang itu tugas juru bicaranya,
Emanuel Sztein. Mengenakan kancing Solidaritas (gerakan buruh
Polandia), Sztein rajin menyebarkan kartupos berisi tuntutan
pelepasan Igor dan reuni Bella dengan suaminya. Tapi Sabtu lalu,
Korchnoi minta istirahat bertanding. Ia memanfaatkan waktu
luangnya dengan meditasi, berenang dan tennis meja. Sedangkan
Karpov bergandengan tangan dengan istrinya di kota, kalau tidak
istirahat di tempat rahasia di Pegunungan Alpen.
Korchnoi agaknya berusaha memperpanjang kejuaraan ini,
menantikan salju yang mulai turun menebal pada musim dingin.
Tiga pasang ski sudah disiapkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini