DUA kesebelasan berintikan pemain muda usia yang dipersiapkan
PSSI untuk menggantikan pemain senior angkatan Iswadi dkk, akhir
minggu lalu telah diuji ketrampilannya di stadion utama Senayan,
Jakarta. Lawan yang didatangkan untuk kedua tim yang diberi nama
PSSI Muda A dan B itu adalah kesebelasan nasional mahasiswa
Jepang.
Dalam pertandingan pertama, Minggu 26 Maret malam tim yang
mendapat kehormatan menguji kekuatan lawan adalah PSSI Muda B.
Kesebelasan yang diharapkan mampu menampilkan sesuatu yang
bermutu, mengingat mereka adalah pemain nasional juga, ternyata
tak banyak memberi harapan, bila mereka dihadirkan sebagai
pengganti dalam waktu yang pendek.
Kita mulai saja membedah penampilan mereka dari lini belakang.
Di bawah tiang gawang, kesempatan diberikan kepada kiper
Sugiarto. Pilihan ini ternyata tidak menampakkan Sugiarto
sebagai penjaga gawang yang ideal. Ia kelihatan masih kurang
bisa membaca gerak lawan yang tengah membawa bola. Ini terlihat
jelas ketika penyerang tengah lawan, Hasegawa menerobos daerah
pertahanan PSSI Muda B. Sugiarto yang mengira musuh akan
menceploskan bola sendirian mencoba memperkecil ruang tembak
dengan bergerak maju di antara kawannya yang menjaga pertahanan.
Tapi perhitungannya meleset. Hasegawa malah mengirim bola kepada
kiri luar Yamaguchi yang berdiri bebas. Untuk berbalik, Sugiarto
tak sempat lagi. Untunglah back kanan Berty Tutuarima cepat
mengisi kekosongan yang ditinggalkan Sugiarto. Sehingga tembakan
Yamaguchi berhasil diselamatkan.
A Yang Terbaik
Sebetulnya, Sugiarto tak perlu melakukan itu. Sebab daerah
pertahanannya tengah dikawal rapat. Kelemahan lain yang tampak
dari Sugiarto adalah dalam menangkap bola. Tangkapan masih
kurang lengket dibandingkan penampilan kiper PSSI Muda A,
Purwono dari sejumlah pertandingan percobaan dengan tim dalam
negeri.
Di depan tiang gawang, tugas pertahanan dipikul oleh kwartet
Berty Tutuarima-Suratman-Malik-Jusuf Malle pun masih tampak
rapuh. Teknik sapu bersih yang mereka perlihatkan tak selamanya
menguntungkan. Tidak jarang bola yang mereka kuasai dikirimkan
tak terarah. Sering kembali ke kaki lawan.
Dari 4 muka penjaga pertahanan itu, hanya Yusuf Malle yang
tampak bermain bagus. Ia bergerak dengan arah yang pasti dalam
memotong gerak lawan. Disamping itu, ia juga ulet, keras dan
lugas.
Di lapangan tengah, tugas penghubung yang ditangam oleh Marseli
Tambayong-Syamsul Arifin-Johny Fahamsyah juga hanya memunculkan
seorang pantas ditempatkan untuk tugas itu. Dialah, Johny
Fahamsyah motor penyerang dari kesebelasan Persebaya dalam
pertandingan final PSSI lampau. Ia bukan cuma rajin mencari
bola, juga bisa membangun serangan dengan baik. Umpan yang
dikirimkannya cukup terarah dan sering merepotkan lawan. Tak
ragu, Johny-lah bintangnya.
Ketrampilan membangun serangan dari Johny Fahamsyah itulah yang
memunculkan permainan baik dari kiri luar Dullah Rahim. Tapi
untuk mengharapkan Dullah Rahim mampu menggerebek pertahanan
kesebelasan mahasiswa Jepang seorang diri agak sukar juga. Sebab
musuh juga tidak bodoh untuk tak mengawal ketat pemain ini.
Akan pemain depan Duaramuri yang tak begitu diawasi lawan,
kelihatan masih kurang berhasil menempatkan dirinya sebagai
pemain berbahaya. Ia sering kesusu dan suka mati langkah bila
berhadapan dengan musuh. Juga penyerang tengah Hamzah Arfaah.
Melihat permainan demikian, orang mau tak mau berpaling pada
Joko Malis dan Hadi Ismanto dari PSSI Muda A.Sekalipun ketika
berita ini diturunkan mereka belum turun ke lapangan. Karena
kelebihan kedua pemain ini dalam memperdaya lawan di depan
gawang. Mereka mampu bergerak cepat dengan arah yang sukar
dibaca.
Sekalipun PSSI Muda B berhasil menahan kesebelasan tamu dengan
angka seri 1-1, nilai tersebut bukanlah ukuran penampilan
terbaik mereka. Sebab tim mahasiswa Jepang, sekalipun menurut
mereka dipersiapkan untuk Olympiade 1980 di Moskow, juga tak ada
apa-apanya. Pemain yang menonjol dari mereka cuma barisan
penyerang Hasegawa dan Kawaguchi. Itu pun tak terlalu luar
biasa. Ke-6 pemain nasional yang diagung-agungkan ternyata cuma
pemain nasional mahasiswa.
Tapi bahwa PSSI bisa menampilkan suatu tim yang bermutu dari
gabungan PSSI Muda A dan B untuk masa mendatang bukan pula
sesuatu yang tidak mungkin. Karena di tim PSSI Muda A berkumpul
nama-nama yang memberi harapan seperti Suapri, Riono Asnan
Effendy Marico, dan lain-lain. Tinggal kini bagaimana
mengarahkan mereka saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini