Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bagaimana, Kalau A+B

2 tim kesebelasan yang dipersiapkan PSSI untuk menggantikan pemain senior diuji ketrampilannya di Senayan, Jakarta. Hasil permainan PSSI muda A+B melawan kesebelasan mahasiswa jepang kurang memuaskan.(or)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA kesebelasan berintikan pemain muda usia yang dipersiapkan PSSI untuk menggantikan pemain senior angkatan Iswadi dkk, akhir minggu lalu telah diuji ketrampilannya di stadion utama Senayan, Jakarta. Lawan yang didatangkan untuk kedua tim yang diberi nama PSSI Muda A dan B itu adalah kesebelasan nasional mahasiswa Jepang. Dalam pertandingan pertama, Minggu 26 Maret malam tim yang mendapat kehormatan menguji kekuatan lawan adalah PSSI Muda B. Kesebelasan yang diharapkan mampu menampilkan sesuatu yang bermutu, mengingat mereka adalah pemain nasional juga, ternyata tak banyak memberi harapan, bila mereka dihadirkan sebagai pengganti dalam waktu yang pendek. Kita mulai saja membedah penampilan mereka dari lini belakang. Di bawah tiang gawang, kesempatan diberikan kepada kiper Sugiarto. Pilihan ini ternyata tidak menampakkan Sugiarto sebagai penjaga gawang yang ideal. Ia kelihatan masih kurang bisa membaca gerak lawan yang tengah membawa bola. Ini terlihat jelas ketika penyerang tengah lawan, Hasegawa menerobos daerah pertahanan PSSI Muda B. Sugiarto yang mengira musuh akan menceploskan bola sendirian mencoba memperkecil ruang tembak dengan bergerak maju di antara kawannya yang menjaga pertahanan. Tapi perhitungannya meleset. Hasegawa malah mengirim bola kepada kiri luar Yamaguchi yang berdiri bebas. Untuk berbalik, Sugiarto tak sempat lagi. Untunglah back kanan Berty Tutuarima cepat mengisi kekosongan yang ditinggalkan Sugiarto. Sehingga tembakan Yamaguchi berhasil diselamatkan. A Yang Terbaik Sebetulnya, Sugiarto tak perlu melakukan itu. Sebab daerah pertahanannya tengah dikawal rapat. Kelemahan lain yang tampak dari Sugiarto adalah dalam menangkap bola. Tangkapan masih kurang lengket dibandingkan penampilan kiper PSSI Muda A, Purwono dari sejumlah pertandingan percobaan dengan tim dalam negeri. Di depan tiang gawang, tugas pertahanan dipikul oleh kwartet Berty Tutuarima-Suratman-Malik-Jusuf Malle pun masih tampak rapuh. Teknik sapu bersih yang mereka perlihatkan tak selamanya menguntungkan. Tidak jarang bola yang mereka kuasai dikirimkan tak terarah. Sering kembali ke kaki lawan. Dari 4 muka penjaga pertahanan itu, hanya Yusuf Malle yang tampak bermain bagus. Ia bergerak dengan arah yang pasti dalam memotong gerak lawan. Disamping itu, ia juga ulet, keras dan lugas. Di lapangan tengah, tugas penghubung yang ditangam oleh Marseli Tambayong-Syamsul Arifin-Johny Fahamsyah juga hanya memunculkan seorang pantas ditempatkan untuk tugas itu. Dialah, Johny Fahamsyah motor penyerang dari kesebelasan Persebaya dalam pertandingan final PSSI lampau. Ia bukan cuma rajin mencari bola, juga bisa membangun serangan dengan baik. Umpan yang dikirimkannya cukup terarah dan sering merepotkan lawan. Tak ragu, Johny-lah bintangnya. Ketrampilan membangun serangan dari Johny Fahamsyah itulah yang memunculkan permainan baik dari kiri luar Dullah Rahim. Tapi untuk mengharapkan Dullah Rahim mampu menggerebek pertahanan kesebelasan mahasiswa Jepang seorang diri agak sukar juga. Sebab musuh juga tidak bodoh untuk tak mengawal ketat pemain ini. Akan pemain depan Duaramuri yang tak begitu diawasi lawan, kelihatan masih kurang berhasil menempatkan dirinya sebagai pemain berbahaya. Ia sering kesusu dan suka mati langkah bila berhadapan dengan musuh. Juga penyerang tengah Hamzah Arfaah. Melihat permainan demikian, orang mau tak mau berpaling pada Joko Malis dan Hadi Ismanto dari PSSI Muda A.Sekalipun ketika berita ini diturunkan mereka belum turun ke lapangan. Karena kelebihan kedua pemain ini dalam memperdaya lawan di depan gawang. Mereka mampu bergerak cepat dengan arah yang sukar dibaca. Sekalipun PSSI Muda B berhasil menahan kesebelasan tamu dengan angka seri 1-1, nilai tersebut bukanlah ukuran penampilan terbaik mereka. Sebab tim mahasiswa Jepang, sekalipun menurut mereka dipersiapkan untuk Olympiade 1980 di Moskow, juga tak ada apa-apanya. Pemain yang menonjol dari mereka cuma barisan penyerang Hasegawa dan Kawaguchi. Itu pun tak terlalu luar biasa. Ke-6 pemain nasional yang diagung-agungkan ternyata cuma pemain nasional mahasiswa. Tapi bahwa PSSI bisa menampilkan suatu tim yang bermutu dari gabungan PSSI Muda A dan B untuk masa mendatang bukan pula sesuatu yang tidak mungkin. Karena di tim PSSI Muda A berkumpul nama-nama yang memberi harapan seperti Suapri, Riono Asnan Effendy Marico, dan lain-lain. Tinggal kini bagaimana mengarahkan mereka saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus