SABTU malam Minggu tanggal 25 Maret yang lalu, para anggota MPR
dari fraksi PP mengadakan malam ramah tamah di rumah K.H. Dr.
Idham Chalid. Hadir antara lain Nuddin Lubis, K.H. Syaifuddin
Zuhri, Chalid Mawardi, Thayb M. Gobel, dan K.H. Masykur. Macam
orang kenduri, semuanya duduk di lantai yang dilapis oleh tikar.
Gobel mengenakan stelan safari warna cokJat. Masykur mengenakan
pakaian putih-putih dan Nuddin Lubis, seperti biasa, selalu
sibuk dengan pipa di mulut.
Acara cukup berlangsung dengan santai. Ketika satu-satu tamu
Idham Chalid akan pulang, tiba-tiba tuan rumah bertanya: "Eh,
siapa ya yang bisa ngajari saya main golf? Saya pengin main
golf." Tidak jelas apakah Idham menemukan guru golf, tapi
tentang niat mau main golf ini memang mempunyai cerita
tersendiri, yang lucu.
Begini. Tahun 1970, Presiden Suharto memberi hadiah empat
tongkat golf kepada Idham Chalid. Idham (yang mahir empat
bahasa: Arab, Inggeris, Jepang dan Belanda) kemudian membaca
buku tentang main golf. Dia juga telah membeli bola golf. Tapi
kesempatan berlatih baginya tak kunjung tiba. Beberapa bulan
kemudian malahan tongkat golfnya itu dijadikan alat untuk
menggebuki kasur oleh pembantunya.
Dan Idham memang mempunyai alasan sendiri, mengapa dia hingga
kini belum juga latihan golf. "Habis, main golf itu 'kan sore,
waktu sembahyang asar," ujar Idham mencoba menangkis. "Kan bisa
pagi Pak, sesudah subuh," sela seorang tamu. Idham menjawab
cepat: "Wah, sesudah subuh? biasanya saya kembali tidur."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini