Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bangkitnya klub tua prancis

Semi final piala champions ac milan melawan klub marseille, perancis di stadion giuseppe meazza, italia marseille diunggulkan. bernard tapie merekrut para bintang sepak bola.

16 Maret 1991 | 00.00 WIB

Bangkitnya klub tua prancis
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
STADION Giuseppe Meazza seperti tungku besar di tengah Kota Milano yang dingin, Rabu pekan lalu. Sekitar 85 ribu orang berdesakan di sana. Asap kembang api yang dibakar penonton membuat lapangan berkabut. Sore itu, tuan rumah AC Milan bertanding dengan klub Marseille, Prancis, dalam putaran Piala Champions -- kejuaraan antarklub Eropa yang paling bergengsi, karena diikuti oleh juara-juara kompetisi di negara masing-masing. Dan kebangkitan sepak bola Prancis dimulai sore itu. AC Milan, klub juara dunia pemegang Piala Toyota dan pemegang Piala Champions dua tahun terakhir, dipaksa main imbang 1-1. Setelah Ruud Gullit (AC Milan) mencetak gol di menit ke-15, Jean-Pierre Papin membungkam para tifosi Milan yang terkenal ganas, dengan golnya di menit ke-28. Papin, stricker berusia 27 tahun, membuktikan bahwa dialah top scorer sejati kompetisi Prancis selama dua tahun terakhir -- tahun lalu ia mencetak 30 gol. Hasil imbang ini menguntungkan Marseille, klub milik taipan Bernard Tapie itu. Kalau 20 Maret nanti, di kandangnya sendiri, Marseille menahan Milan 0-0 saja, tamatlah riwayat Milan -- praktis akan kehilangan gelar juara dunia. Gengsi Piala Champions memang jauh di atas perebutan Cup Winners Cup -- diikuti juara Liga masing-masing negara Eropa -- dan UEFA Cup (pesertanya juara piala FA tiap negara). Tahun ini di Piala Champions, selain Milan dan Marseille, ada Real Madrid (juara Spanyol), Bayern Munchen (Jerman), Spartak Moskow (Soviet), Dynamo Dresden (eks Jer-Tim), FC Porto (Portugal), dan Red Star Beograd (Yugoslavia). Yang diunggulkan memang Milan, Marseille, Munchen, dan Madrid. Bernard Tapie benar-benar bernafsu agar klub yang dikelolanya sejak 1986 itu keluar sebagai juara. Ini kebanggaan yang belum pernah diraih Marseille, selain 16 kali juara Liga Prancis dan 10 kali juara kompetisi di negerinya. Sejak diserahi Wali Kota Marseille, Gaston Deferre, untuk mengelola klub ini, Tapie langsung membeli pemain-pemain kelas wahid. Chris Waddle, gelandang elegan asal Tottenham Hotspur, dibeli seharga Rp 17 milyar lebih. Bintang Uruguay Enzo Francescoli juga dibelinya lebih dari Rp 7 milyar -- tapi Frances- coli rupanya tak berjodoh dan meninggalkan Marseille. Tapie masih membeli libero asal Brasil, Jose Carlos Mozer. Pemain gelandang Abedi Pele asal Ghana juga direkrut untuk mendampingi Waddle di lapangan tengah. Manuel Amoros, bek tangguh asal Monaco, juga ditarik Tapie. Puncaknya, pelatih Jerman Franz Beckenbauer diboyong ke Marseille. Belakangan, Beckenbauer diangkat jadi direktur teknik, dan jabatan pelatih dipercayakan pada Raymond Goethals asal Belgia, yang digaji US$ 35 ribu alias hampir Rp 70 juta sebulan. Untuk menggapai angan-angannya, milyarder itu sudah mengeluarkan lebih dari Rp 70 milyar. Sebelumnya, Marseille selalu keok di tingkat Eropa. Tahun lalu, di Piala Champions, klub ini dijegal Benfica Portugal gara-gara kalah banyak mencetak gol di kandang lawan. Di kandang sendiri, Marseille menang 2-1, tapi ketika main di Portugal, kalah 0-1. Pada kompetisi Piala Champions 1972-73, Marseille mencatat kemenangan 1-0 dan kemudian kalah 0-3 dari Juventus. Di Piala UEFA 1973-74, Marseille bahkan dihajar habis Cologne dengan 0-6. Marseille adalah klub tua, sudah berdiri 1899. Namun, baru 25 tahun kemudian, klub ini menjuarai kompetisi Prancis. Bahkan gelar juara Liga pertama baru mereka raih pada 1937. Tapi inilah klub Prancis yang paling banyak merekrut pemain asing. Pada tahun 1942-43, Marseille punya ujung tombak hebat, Joseph Eisenhoffer dari Hungaria. Lalu, ada macan Afrika asal Kamerun Joseph Antonio Bell, yang menjaga gawang Marseille pada 1985-89. Bintang Brasil Paulo Cesar dan Jairzinho pernah juga main pada pertengahan 1970-an. Kini, selain Chris Waddle dan Mozer, pemain asing lainnya adalah Karl Heinz Foster asal Jerman. Tapi sumbangan Marseille untuk pemain nasional juga besar. Misalnya Jean Tigana, Didier Six, Alain Giresse. Dan kini, mampukah Marseille memboyong Piala Champions untuk pertama kalinya buat klub Prancis? Banyak yang menunggu. Toriq Hadad (Jakarta) dan Lisa Salusto (Napoli)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus