Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sekali Lagi Mencari Nessie

Makhluk besar misterius yang dijuluki "nissie" di danau ness di Skotlandia masih terus diselidiki. Para sarjana anggota Academy Of Applied Sciences menggunakan pesut sebagai jurupotret. (iltek)

28 Juli 1979 | 00.00 WIB

Sekali Lagi Mencari Nessie
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI tahun 1880 seorang penyelam bernama Duncan McDonald mencebur ke dalam Danau Ness di Skotlandia. Di bagian barat danau sepanjang 39 Km itu, ada kapal tenggelam. Ia harus menyelidikinya. Tapi tiba-tiba McDonald muncul ke permukaan air dan gemetar sejadi-jadinya. Ia baru saja melihat seekor makhluk ganjil, "seekor kodok raksasa", katanya. Sejak itu cerita tentang makhluk besar yang seram di Danau Ness -- yang sudah disebut-sebut sejak tahun 565 -- beredar kembali. Sampai abad ini. Di tahun 1934 seorang dokter, Kol. Robert Wilson, malah menyatakan berhasil mengambil potretnya. Bentuknya tak seperti kodok: kepalanya yang nongol di permukaan danau lebih mirip jerapah air atau ular besar karena lehernya yang panjang. Selama 40 tahun lebih ini tercatat sudah 3000 orang mengaku melihat monster itu -- yang akhirnya dijuluki "Nessie" terutama oleh mereka yang setengah tak percaya. Kenapa tak percaya betul? Jawab karena tak pernah ada bukti yang meyakinkan. Tapi dengan itu berlangsunglah pelbagai penyelidikan yang berbeaya mahal. Di tahun 1969, sebuah kapal selam khusus, bernama Pisces, dikirim buat menjejaki Nessie dengan dilengkapi layar sonar. Tapi hasilnya nihil. Kapal selam yang lain, Viperfish, juga gagal. Bam di tahun 1972 tanda-tanda baru nampak. 40.000 ASA Tujuh tahun yang silam itu sebuah tim Amerika berhasil mengambil potret "sesuatu" di bawah permukaan air. Regu ini mempergunakan kamera yang menjepret tiap menit, tiap kali sebuah sinar elektroniknya berkedip. Kamera ini dikaitkan dengan sebuah alat yang bisa menimbulkan bunyi bernada tinggi yang mengikuti bentuk sebuah benda, lalu mengirimkan bentuk itu ke sebuah layar yang ada di atas kapal. Hasilnya diperoleh gambar "sirip ", antara lain. Tapi pada dasarnya peralatan fotografi yang rumit itupun belum menangkap jelas wujud si Nessie. Danau Ness yang dalamnya 230 m itu berair kelam, sarat dengan lapisan batu-bara muda. Jadi? Si Nessie masih tetap misterius, dan orang masih tetap penasaran. Bulan ini Academy of Applied Sciences yang berkantor di Boston, AS, mau mencoba lagi. Dan dengan cara istimewa: kali ini jurupotret hidup dikerahkan, dan mereka adalah dua ekor pesut. Pesut -- yang dikenal sebagai hewan cerdas -- memang sudah dikaryakan oleh Angkatan Laut AS dalam pelbagai kerja sulit di bawah permukaan air. Tapi baru kali inilah hewan laut yang menyusui itu dikerahkan buat membuntuti hewan lain (kalau benar-benar itu hewan) di Danau Ness yang tersohor. Alasannya dikemukakan oleh Howard Curtis, wakil ketua Academy of Applied Sciences. Di waktu lampau, usaha pemotretan monster Loch Ness dilakukan dengan menempelkan kamera di bawah kapal. Cara ini kurang bebas. Kata Curtis sebagaimana dikutip New Scientist, "Kami ingin bisa lebih banyak bergerak, . . . dan timbullah ide menggunakan pesut." Pesut itu akan mengenakan abah abah -- seperti kuda -- yang membawa sebuah kamera yang diaktifkan dengan sistim sonar. Bila pesut itu mendekati sebuah benda yang lebih dari dua pertiga meter panjangnya, dalam jarak 1 meter atau kurang, sistem sonar itu akan mengaktifkan kamera. Kameranya akan memotret dengan bantuan lampu yang menyala tiap detik. Nampaknya tak banyak bedanya dengan teknik kamera ekspedisi yang terdahulu. Tapi kali ini jelas diperlukan kamera yang sangat ringan, dan cukup kecil untuk bisa dipasang di sebuah silinder yang diameternya 10 senti dan panjangnya 30 senti. Juga proses pencucian filmnya harus istimewa. Seorang ahli yang pernah bekerja untuk NASA dalam memproses film ekspidisi ke bulan Charles Wyckoff, berhasil meningkatkan film Ektachrome dari jenis 400 ASA menjadi 40.000 ASA -- hingga 100 kali lebih peka terhadap cahaya. Piring Terbang Dan kini tinggal menyiapkan juru kameranya, yang berupa dua ekor pesut. Mereka sudah dilatih baik-baik. Sayangnya, tiba-tiba Susie, salah seekor pesut yang disiapkan, meninggal dalam umurnya yang 14 tahun. Itu terjadi dua hari setelah ia dipindah dari Florida ke sebuah akuarium di Boston. Maka Howard Curtis pun terpaksa mengumumkan, bahwa rencana untuk menyelidik Nessie buat sementara ditangguhkan. Para penggemar cerita Nessie sedikit kecewa, tentu. Tapi itu tak berarti ikhtiar akan berakhir. Betapapun banyak yang menduga bahwa cerita monster itu semacam takhayul dan hasrat menyelidikinya nyaris kekanak-kanakan, tapi kisah Nessie agaknya sudah dianggap serius ketimbang cerita piring terbang. Ada dugaan bahwa monster itu, bila benar ada, merupakan sisa zaman pra sejarah. Fosil makhluk Elasmosaurs yang hidup 70 juta tahun yang silam dianggap mirip dengannya. Dan jenis makhluk setua itu ternyata memang bisa tak punah, seperti halnya ikan coelacanth yang ditemukan para ahli di pantai Afrika Selatan di tahun 1938. Tapi perlu juga dicatat: Danau Ness cuma salah satu danau di Skotlandia yang dikatakan punya monster. Juga di luar Skotlandia banyak cerita serupa. Di Norwegia misalnya orang bercerita tentang adanya "ular (besar) Hvaler" di sebuah danau. Suatu hari beberapa orang menampak ponok besar menonjol di permukaan air. Segera mereka menuju ke sana -- setengah nekad. Yang mereka temukan ternyata cuma unggunan sayur-mayur busuk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus