Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Bendera Galatama Khusus Jakarta

Tim yang terdiri dari anggota galatama Jakarta (sementara) dipersiapkan untuk melawan beberapa kesebelasan luar negeri dalam rangka mencari dana untuk PSSI. (or)

8 November 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PSSI akan mencari uang. Tiga kesebelasan luar negeri diundangnya ke Indonesia unthk melawan tim pilihan dari Galatama. Frans Hutasoit ditunjuk oleh Presidium PSSI untuk menangani Galatama Selection ini, sedang pelatihnya adalah Sinyo Aliandu. Dari pengalaman kompetisi satu tahun, "belum banyak pemain pilihan yang dapat dipergunakan," kata Aliandu. Kebetulan 18 klub Galatama sedang berkompetisi. "Tidak boleh (kita) mengganggu kelancaran kompetisi," kata Ketua Liga Nabon Noor yang juga ikut mengurus Galatama Selection. Sesuai dengan anjuran PSSI, Aliandu terpaksa hanya memilih para pemain Jakarta yang gampang didekati. Dari klub asuhannya sendiri, Tunas Inti, diambilnya F.X. Tjahyono, Antonius Tjahyono, Marselly Tambayong, Rusdin Lacanda dan Wahyu Tanoto. Hutasoit pun mengusulkan empat pemain asuhannya di Jayakarta--Iswadi Idris, Sudarno, Harry Muryanto, Catur Sudarmanto. "Sebetulnya dari Warna Agung, juara kompetisi lalu masih banyak calon, tapi sudah diambil PSSI Utama. Maka saya cuma mengambil Risdianto dan Gusnul Yakin," kata Aliandu. Dari Indonesia Muda, ia mendapat Johnny Fahamsyah, Djunaedi Abdillah dan Dede Sulaiman. Untuk melengkapinya sampai 16 pemain, ia mengambil Hasan Tuharea dari UMS 80 dan Harry Santoso dari Angkasa bersama pelatih Jopie Timisela, teman akrab Aliandu. Tidak Cemburu Iswadi Idris pertengahan tahun ini mengundurkan diri dari tim nasional PSSI, namun masih diandalkan untuk pertandingan insidentil. "Kalau mengikuti turnamen seperti Merdeka Games yang berhari-hari, orang seperti Iswadi, Risdianto dan Djunaedi Abdillah memang sudah tidak bisa diandalkan," ujar Timisela. Bahwa pemain khusus ditarik dari klub Jakarta untuk tim ini, Wakil Ketua Pardedetex, Rudolf Pardede, dari Medan merasa "kami tidak ditinggalkan atau cemburu." Cuma ia menambahkan, "sebaiknya namanya diganti menjadi Galatama Jakarta Centric Selection." Mulai pekan lalu di Stadion Utama Senayan. Iatihannya setiap Selasa-Rabu. Belum semua hadir, karena beberapa pemainnya terikat oleh kompetisi. 'Oom' Sinyo, begitu Aliandu dipanggil pemain, menyebut mereka boys. "Bermain kompak, dan bola harus bergulir terus," teriaknya di lapangan. Sekali latihan, mereka mendapat uang transpor Rp 5.000. "Kalau bertanding nanti, uang sakunya lebih besar," kata seorang senior. Anggaran yang diminta Aliandu untuk tim ini sekitar Rp 1 juta. "Yang diperlukan cuma 15 bola dan uang saku emain sebesar Rp 150.000 setiap kali latihan," katanya. Pelatih Tunas Inti yang bergaji lebih dari Rp 500.000 itu mengaku tidak menerima kontrak khusus untuk membina Galatama Selection. "Sesudah dua tahun absen di PSSI,saya senang menerima kepercayaan ini," uJarnya. Target Galatama Selection tidak ada kecuali mencari uang. Pertandingan pertamanya, 21 November, melawan Washington Diplomats dari AS. Mungkin itu suatu target. Kalau agal di situ, kata sang pelatih, "tentu kami tidak bisa mendapat banyak penonton melawan tim Hongkong dan Australia kemudiannya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus