Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Beras kencur dll ... doping ?

Amang mulachela, 29, pelari kaki ayam dari ja-tim peraih medali emas nomor 5.000 m dan 10.000 m dituduh menggunakan obat perangsang. ia mengaku hanya minum enervon c dan beras kencur. (or)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAWAKANNYA hampir tak meyakinkan: kecil dan kurus. Tinggi badan 157 Cm dan berat 42 Kg. Tapi di lintasan lomba lari 5.000 meter dan 10.000 meter tingkat nasional, untuk saat ini, ia adalah atlit tanpa saingan. Dialah, Amang Mulachela 29 tahun, pelari kaki ayam asal Pandaan, Jawa Timur. Dalam PON IX lalu ia meraih 2 medali emas. Waktu tempuhnya untuk nomor 5.000 meter dan 10.000 meter tercatat 15 menit 53,4 detik dan 33 menit 28,9 delik - rekor nasional 14 menit 24,0 detik dan 30 menit 47,2 detik, keduanya atas nama Gurnam Singh. Pemunculan Amang dalam perhedaan prestasi yang terpaut jaul1 dengan saingannya pemegang medali perak untuk kedua nomor tersebut masing-masing Rivai Raba dari Jatim (16 menit 07,7 detik) dan pelari NTB. M. Said (33 menit 50 detik) tak kurang menghebohkan. Ia dituduh menggunakan obat perangsang (doping). Amang yang mencapai finish dalam kondisi fisik segar ketimbang lawan-lawannya itu, tak ayal diperiksa air seninya (urine) di Pusat Kedokteran Olahraga. Menurut sumber berita Harian Kompas, 6 Agustus 1977 hasil pemeriksaan terhadap Amang positif. Bahkan secara pasti disebutkan pula nama obat yang dipakai: amphelamine. Obat ini mengandung unsur cafeine dan belladona dalam dosis tinggi guna menstimulir pusat sistim urat syaraf. Sehingga membuat pemakai mampu mengatasi kelelahan fisiknya. Tapi kondisi fisik serupa bukan pertama kalinya terlihat pada diri Amang. Juga dalam pertandingan atletik nasional lainnya. Bahkan ia sermpat berjogetjoget dan memberi hormat kepada penonton VIP begitu lewat di panggung kehornlatan pada putaran terakhir. "Ia memang punya watak yang senang dibombong (dipuji)," kata tim menejer kontingen atletik PON IX Jawa Timur Mayor (L) Jootje Gosal. Barangkali, "tingkahnya itulah yang menyebahkan orang punya kesan lain terhadap dirinya." Kesan tidak baik memang telah menggayuti diri Amang. Betulkah ia telah menelan amfetamin tersebut menjelang pertandingan? Amang membantah tuduhan itu. Kepada pembantu tetap TEMPO di Surabaya, Slamet Urip Prihadi, ia mengatakan bahwa selama PON IX ia hanya memakan obat yang diberikan dokter kontingen saja. Obat itu adalah lnervon C yang merupakan gabungan antara vitamin B Complex dan vitamin C dosis tinggi. Jenis obat ini tidak termasuk dalam daftar larangan untuk dipergunakan dalam pertandingan olahraga. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah tahu bagaimana bentuk dan warna amfitamin itu. "Saya ini orang kecil. Dituduh demikian saya tidak bisa berbuat apa-apa," kata Amang yang gemar minum beras kencur dan telur untuk menjaga kondisi fisiknya. "Sebagai orang Islam saya cuma berdoa agar dilindungi dari fitnahan." Permainan Itu Fitnah atau bukan memang belum jelas. Yang pasti selain Amang, juga pelari NTT, Othniel Takaeb dan atlit dayuslg Jawa Timur, Abdul Hamid telah diberitakan sebagai olahragawan yang memakai obat perangsang dengan hasil pemeriksaan positif. "Saya heran kenapa urine saya saja yang dinyatakan positif," kata Abdul Hamid. Padahal, "Djajadi dan Rumi Hartono (tim dayung Jawa Timur) juga memakai obat yang sama pula." Obat yang dimakan mereka adalah Enervon C dan Supradin (multivitamin + mineral). Ketiga atlit tersebut sama-sama diambil air seninya untuk diperiksa. "Barangkali ini ada permainan' tamball Abdul Hamid menolal tuduhan penggunaan obat perangsang tersebut. Ada kekeliruan bukan suatu hal yang mustahil, memang. Mengingat atlit yang diperiksa air seninya jumlahnya 125 orang. Siapa tahu label botol air seni atlit yang satu tertukar dengan yang lain, bukan? Apalagi Sekretaris Bidang Pertandingan PB PON IX, Soeworo dengan pasti mengatakan tak seorang pun di antara atlit yang dicurigai menunjukkan hasil pemeriksaan yang positif. Artinya: tidak ada yang terlibat penggunaan obat perangsang. Akan dokter Abubakar Saleh asisten medis PON IX hanya membenarkan adanya pemeriksaan terhadap 125 dari 2.500 atlit. Tapi, ia menolak utltuk membeberkan hasil pemeriksaan itu. Sebab seluruh keterangan mengenai hal tersebut disalurkan lewat Bidang Pertandingan PB PON IX. Apa yang disampaikan Bidang Pertandingan PB PON IX jelas sudah. Tidak ada doping. Adakah keterangan itu berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebenarnya? Sebab sumber yang menyatakan hasil pemeriksaan positif itu juga dari Bidang Pertandingam Lalu apa sebetulnya maksud pihak yang satu menyatakan negatif, sementara yang lain menyebut positif? Inikah yang disebut permainan itu? Wallahualam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus