PERAWAKANNYA hampir tak meyakinkan: kecil dan kurus. Tinggi
badan 157 Cm dan berat 42 Kg. Tapi di lintasan lomba lari 5.000
meter dan 10.000 meter tingkat nasional, untuk saat ini, ia
adalah atlit tanpa saingan. Dialah, Amang Mulachela 29 tahun,
pelari kaki ayam asal Pandaan, Jawa Timur.
Dalam PON IX lalu ia meraih 2 medali emas. Waktu tempuhnya untuk
nomor 5.000 meter dan 10.000 meter tercatat 15 menit 53,4 detik
dan 33 menit 28,9 delik - rekor nasional 14 menit 24,0 detik
dan 30 menit 47,2 detik, keduanya atas nama Gurnam Singh.
Pemunculan Amang dalam perhedaan prestasi yang terpaut jaul1
dengan saingannya pemegang medali perak untuk kedua nomor
tersebut masing-masing Rivai Raba dari Jatim (16 menit 07,7
detik) dan pelari NTB. M. Said (33 menit 50 detik) tak kurang
menghebohkan. Ia dituduh menggunakan obat perangsang (doping).
Amang yang mencapai finish dalam kondisi fisik segar ketimbang
lawan-lawannya itu, tak ayal diperiksa air seninya (urine) di
Pusat Kedokteran Olahraga.
Menurut sumber berita Harian Kompas, 6 Agustus 1977 hasil
pemeriksaan terhadap Amang positif. Bahkan secara pasti
disebutkan pula nama obat yang dipakai: amphelamine. Obat ini
mengandung unsur cafeine dan belladona dalam dosis tinggi guna
menstimulir pusat sistim urat syaraf. Sehingga membuat pemakai
mampu mengatasi kelelahan fisiknya.
Tapi kondisi fisik serupa bukan pertama kalinya terlihat pada
diri Amang.
Juga dalam pertandingan atletik nasional lainnya. Bahkan ia
sermpat berjogetjoget dan memberi hormat kepada penonton VIP
begitu lewat di panggung kehornlatan pada putaran terakhir. "Ia
memang punya watak yang senang dibombong (dipuji)," kata tim
menejer kontingen atletik PON IX Jawa Timur Mayor (L) Jootje
Gosal. Barangkali, "tingkahnya itulah yang menyebahkan orang
punya kesan lain terhadap dirinya."
Kesan tidak baik memang telah menggayuti diri Amang. Betulkah ia
telah menelan amfetamin tersebut menjelang pertandingan? Amang
membantah tuduhan itu. Kepada pembantu tetap TEMPO di Surabaya,
Slamet Urip Prihadi, ia mengatakan bahwa selama PON IX ia hanya
memakan obat yang diberikan dokter kontingen saja. Obat itu
adalah lnervon C yang merupakan gabungan antara vitamin B
Complex dan vitamin C dosis tinggi. Jenis obat ini tidak
termasuk dalam daftar larangan untuk dipergunakan dalam
pertandingan olahraga. Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak
pernah tahu bagaimana bentuk dan warna amfitamin itu. "Saya ini
orang kecil. Dituduh demikian saya tidak bisa berbuat apa-apa,"
kata Amang yang gemar minum beras kencur dan telur untuk menjaga
kondisi fisiknya. "Sebagai orang Islam saya cuma berdoa agar
dilindungi dari fitnahan."
Permainan Itu
Fitnah atau bukan memang belum jelas. Yang pasti selain Amang,
juga pelari NTT, Othniel Takaeb dan atlit dayuslg Jawa Timur,
Abdul Hamid telah diberitakan sebagai olahragawan yang memakai
obat perangsang dengan hasil pemeriksaan positif. "Saya heran
kenapa urine saya saja yang dinyatakan positif," kata Abdul
Hamid. Padahal, "Djajadi dan Rumi Hartono (tim dayung Jawa
Timur) juga memakai obat yang sama pula." Obat yang dimakan
mereka adalah Enervon C dan Supradin (multivitamin + mineral).
Ketiga atlit tersebut sama-sama diambil air seninya untuk
diperiksa. "Barangkali ini ada permainan' tamball Abdul Hamid
menolal tuduhan penggunaan obat perangsang tersebut.
Ada kekeliruan bukan suatu hal yang mustahil, memang. Mengingat
atlit yang diperiksa air seninya jumlahnya 125 orang. Siapa tahu
label botol air seni atlit yang satu tertukar dengan yang lain,
bukan? Apalagi Sekretaris Bidang Pertandingan PB PON IX, Soeworo
dengan pasti mengatakan tak seorang pun di antara atlit yang
dicurigai menunjukkan hasil pemeriksaan yang positif. Artinya:
tidak ada yang terlibat penggunaan obat perangsang.
Akan dokter Abubakar Saleh asisten medis PON IX hanya
membenarkan adanya pemeriksaan terhadap 125 dari 2.500 atlit.
Tapi, ia menolak utltuk membeberkan hasil pemeriksaan itu. Sebab
seluruh keterangan mengenai hal tersebut disalurkan lewat Bidang
Pertandingan PB PON IX.
Apa yang disampaikan Bidang Pertandingan PB PON IX jelas sudah.
Tidak ada doping. Adakah keterangan itu berdasarkan hasil
pemeriksaan yang sebenarnya? Sebab sumber yang menyatakan hasil
pemeriksaan positif itu juga dari Bidang Pertandingam Lalu apa
sebetulnya maksud pihak yang satu menyatakan negatif, sementara
yang lain menyebut positif? Inikah yang disebut permainan itu?
Wallahualam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini