Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berharap Rekor, Menghalau Tekor

Terancam sepi penonton tak membuat Kejuaraan Dunia Atletik di Edmonton senyap rekor.

5 Agustus 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WILAYAH Alberta, Kanada, memang tak pernah sepi dari embusan badai. Dan, selama pekan ini, dipastikan kota ini bakal diamuk badai besar. Tapi badai itu bukan tornado, yang sering datang tiba-tiba, melainkan badai ambisi para atlet dunia yang tengah bergumul di Kejuaraan Dunia Atletik, yang digelar di Edmonton sejak Jumat pekan lalu hingga Ahad kelak. Ambisi itu meletup dari atlet kaliber dunia, Marion Jones. Di Kejuaraan Atletik Dunia yang digelar untuk kedelapan kalinya itu, rencananya dia akan turun pada nomor lari 100 meter, 200 meter, dan kemungkinan pada nomor 400 meter serta nomor lari estafet 4x100 meter. Prestasi di Kanada ini amat penting baginya. Bila saja dia bisa kembali menang, praktis rekornya sebagai atlet yang tidak terkalahkan di nomor lari 100 meter sejak 1997 bisa diperpanjang. Begitu pun dengan rekornya di nomor lari 200 meter, yang juga belum pernah dikalahkan atlet mana pun sejak 1995, bisa langgeng. Hal serupa membekap rekan senegaranya, Maurice Greene. Pemegang rekor dunia dan juara Olimpiade untuk nomor lari 100 meter itu bertekad mempertahankan gelarnya sebagai juara dunia, sekalipun harus melawan cedera pada tendon kaki kirinya, yang sempat kembali kambuh di kejuaraan atletik di Inggris, Juli lalu. Misi lainnya adalah menundukkan saingannya, Tim Montgomery. "Dia bisa mengancam posisi saya sebagai pemegang rekor nomor 100 meter," katanya, menunjuk saingannya itu. Maka, tekadnya adalah merebut gelar juara di nomor 100 dan 200 meter. Maurice Green dan Marion Jones, keduanya asal Amerika Serikat, hanyalah sedikit nama-nama besar yang akan bertarung di kejuaraan ini. Nama besar lainnya yang turut dalam kejuaraan kali ini antara lain adalah Stacy Dragila (pemegang rekor dunia loncat galah asal AS), Khalid Khannouchi (pemegang rekor dunia lari maraton putra, warga AS asal Maroko), Angelo Taylor (peraih emas Olimpiade nomor lari gawang putra), dan Nick Hysong (peloncat galah putra peraih emas Olimpiade Sydney). Bintang yang absen tercatat Cathy Freeman. Atlet Australia ini memilih berkonsentrasi untuk pesta olahraga Commonwealth di Manchester, Inggris, tahun depan. Tak pelak, dengan hadirnya atlet kaliber dunia ini, dipastikan kejuaraan kali ini akan sarat dengan prestasi. Lalu, siapakah yang akan berjaya? Para pelari AS dan Eropa akan merajai nomor jarak pendek. Sedangkan pada jarak menengah, kans tampaknya dimiliki atlet asal Afrika seperti Kenya dan Ethiopia. Berapa rekor yang akan tercipta? Di lompat galah, peluang itu tetap terbuka. Stacy Dragila, yang terkenal dengan lompatan gilanya, memiliki peluang besar menciptakan rekor barunya. Sedangkan pada sprint, tampaknya sulit. Pasalnya, rekor dunia nomor lari 100 meter yang dibuat Maurice Green di Athena, empat tahun lalu, agaknya akan sulit ditembus. Catatan waktu 9,79 detik tergolong fenomenal. Waktu terbaik milik Tim Montgomery, yang disebut-sebut spektakuler, pun cuma menembus angka 9,84 detik. Sedangkan Green sendiri, pada penampilan terbaiknya di British Grand Prix, hanya bisa membuat catatan terbaiknya 9,98 detik. Namun, jangan lupa. Ada hal yang membuat hal itu bisa gugur. Hadiah yang disediakan panitia sepertinya bisa mendorong para atlet tampil lebih maksimal. Kejuaraan tahun ini menyediakan total hadiah sekitar US$ 5,2 juta alias Rp 52 triliun. Untuk mereka yang bisa merebut emas, disediakan bonus sebesar US$ 60 ribu atau sekitar Rp 600 juta! Heh, siapa yang tak ngiler dengan hadiah sebesar itu. Hadiah ini merupakan rekor hadiah terbesar dalam sejarah kejuaraan atletik. Ajang ini memang gila-gilaan. Biaya total yang digunakan mencapai US$ 83 juta atau Rp 830 triliun! Menguntungkan bagi peserta, tapi sebaliknya buat panitia. Di luar dugaan, hadirnya atlet-atlet kelas dunia itu tak lantas membuat kejuaraan ini mengundang penonton. Hingga dua pekan sebelum kejuaraan, penjualan tiket baru mencapai US$ 1,65 juta dari target yang di-tetapkan sekitar US$ 8,33 juta. Ternyata turnamen ini kurang diminati penduduk negeri itu. Atletik memang tidak populer di Kanada. Untuk itu, sampai-sampai nama Maurice Greene dan Marion Jones dijual untuk mendongkrak popularitas kejuaraan ini. "Ini adalah bagian dari tugas saya," ungkap Jones. Meski demikian, ketua panitia, Jack Agrios, tetap yakin pihaknya akan mencapai target penjualan yang ditetapkannya. "Saya optimistis akan mencapai US$ 12,5 juta. Saya sama sekali tidak khawatir," kata Agrios. Pemasukan lain diharapkan datang dari penjualan hak siar televisi. Sekitar 4 miliar penonton akan menyaksikan kejuaraan ini. Yang pasti, soal ini tidak mempengaruhi 2.000 atlet dari 200 negara yang berlomba di sana. Tujuan mereka cuma satu, yakni mem-perebutkan 46 medali emas. Indonesia sendiri mengirim utusannya, yakni Rika Fardani, 19 tahun, yang akan turun di nomor lari 200 meter putra, dan Hermahayu, 18 tahun, yang akan ambil bagian di nomor lari 100 meter putri. Tapi, keikutsertaan mereka tak lebih sebagai penggembira. Lucunya, ajang besar ini toh cuma dipakai untuk uji coba di SEA Games, yang kelak diadakan di Malaysia bulan depan. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus