MINGGAT dari Uni Soviet, empat tahun lalu, Viktor Korchnoi masih
membuktikan dirinya tangguh di papan catur. Ia sempat
merepotkan juara bertahan Anatoly Karpov, bekas rekan
senegaranya, dalam kejuaraan dunia di Baguio City, Filipina,
Oktober 1978. Korchnoi baru terkalahkan setelah permainan
mencapai 32 partai dan memakan tempo sekitar 10 minggu Kedudukan
akhir 6-5 (hasil remis tidak dihitung) untuk Karpov.
Korchnoi kini kembali mendekati posisi untuk menjadi kandidat
penantang gelar Terakhir -- dua jenjang sebelum bertemu lagi
dengan Karpov--ia mengalahkan pemain Soviet lainnya Lev
Polugayevsky di Buenos Aires, 20 Agustus. Dengan kemenangan
tersebut Korchnoi tinggal berhadapan dengan pemenang pertarungan
antara Robert Huchner (Jerman Barat) dan Lajos Portisch
(Hungaria). Ketika berita ini diturunkan pertandingan keduanya
di Abano Terme, Italia, belum berakhir.
Sukses Korchnoi banyak ditopang oleh kecermatan sekondannya:
Michael Stean (Inggris) dan Yasser Seirawan (Amerika Serikat).
Misalnya setelah dari 13 partai sebelumnya kedua pihak berbagi
angka 6 « lawan 6 «, para sekondan tersebut menganjurkan Korchnoi
untuk menggunakan variasi pembukaan Inggris. Rupanya mereka
memperhatikan berita bahwa Portisch yang memakai variasi itu
pada partai ke-5 hampir meraih kemenangan dari lawannya. Partai
ke-51 Huebner-Portisch itu berakhir remis.
Para pengamat catur menilai saran kedua sekondan Korchnoi itu
terlalu berani "Kami tahu bahwa variasi tersebut lebih
menguntungkan pihak yang memegang buah putih," kata Seirawan.
Tapi Portisch ternyata membuktikan bahwa buah hitam pun dapat
digunakan secara efektif." Waktu memainkan variasi pembukaan
Inggris itu Portisch memegang buah hitam.
Mengapa Polugayevsky pada partai ke-14 itu tidak bisa memaksakan
remis seperti Huebner. "Ia ternyata tidak membaca koran yang
memuat laporan pertandingan partai ke-5 Huebner melawan
Portisch," ujar Stean. "Hingga ia mengulangi kesalahan yang
dibuat Huebner, dan bahkan lebih buruk lagi."
Horchnoi memainkan variasi pembukaan Inggris itu setelah kedua
sekondannya melengkapi langkah yang dijalankan Portisch
membacanya dari koran Argentina, mereka mengolahnya dengan
kemungkinan lain. Dan menang.
Korchnoi, kini menjadi warganegara Swiss dan bermukim di Wohlen,
dari 14 partai melawan Polugayevsky mencatat tiga kali menang
(semuanya sewaktu memegang buah hitam), dan dua kali kalah. Bagi
Polugayevsky ini adalah kekalahannya kedua dari Korchnoi dalam
usahanya untuk menjadi kandidat penantang gelar. Yang pertama,
juga di babak semi final, tahun 1977.
Tentang peluang berikutnya, Korchnoi, 49 tahun, tak memberikan
komentar "Yang jelas pertandingan berikutnya, melawan Huebner
atau Portisch pasti akan seru," ungkap Stean.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini