KANADA tiba-tiba mencuat di percaturan olah raga internasional. Prestasi yang paling spektakuler adalah munculnya Ben Johnson sebagai pelari tercepat di dunia. Ia membukukan rekor dunia baru lari 100 m dengan catatan waktu 9,83 detik, September silam. Sebelumnya, regu sepak bola Kanada secara mengelutkan tampil mewakili zone Amerika Utara dan Tengah di kejuaraan dunia sepak bola Meksiko tahun silam. Lewat atlet renangnya, Alec Bauman dan Victor Davis, negara itu mampu merebut medali emas di Olimpiade 1976 Montreal. Adakah semua itu berkat organisasi PARTICIPaction? "Kami sebenarnya tak bermaksud mencetak atlet-atlet andal. Tujuan kami cuma mengampanyekan olah raga agar masyarakat sehat dan segar," jawab Russ Kisby, 47 tahun, presiden organisasi itu, yang singgah di Jakarta akhir pekan silam. Ia diundang berbicara dalam simposium dan festival film olah raga Kanada yang diselenggarakan kantor Menpora. Sekaligus membeberkan pula kiat suksesnya dalam mengampanyekan olah raga di negara paling utara Benua Amerika itu. Kisby memang berpengalaman dalam mempromosikan kesegaran jasmani kepada warga Kanada yang pernah dilanda malas berolah raga. Ketika itu di awal 1970-an stastistik menunjukkan hanya 5 persen warga di sana (dari penduduk yang berjumlah 21,5 juta) punya kegiatan bergerak badan secara teratur. "Yang lainnya, seusai jam kantor, kerjanya cuma tidur atau bermalas-malasan di rumah," ujar Kisby, yang juga seorang pakar kesegaran jasmani. "Padahal, tingkat kesegaran jasmani sangat mempengaruhi keadaan umum kesehatan masyarakat," tuturnya. Mulanya, Kisby, yang dibantu dua temannya, pada 1972 mengembangkan ide untuk mendirikan badan promosi kesegaran jasmani. Ia memilih nama PARTlCIPaction gabungan dari kata participation dan action. Tujuannya cuma satu: membangkitkan kesadaran warga Kanada agar giat menjaga kondisi fisiknya dengan berolah raga. Organisasi yang sifatnya nonprofit ini kemudian membujuk Direktorat Kesegaran Jasmani setempat agar membantu kegiatan kampanye ini. Mereka berhasil. Pemerintah Kanada, yang dipimpin PM Pierre Trudeau -- waktu itu -- setuju membantu 50 persen dana yang dibutuhkan. Sisanya diperoleh dan dukungan swasta. Kisby sadar, cara penyampaian pesan sama pentingnya dengan isi pesan itu sendiri. Karena itu, ia lebih memanfaatkan media massa untuk mempromosikan olah raga di Kanada. Pesan-pesan yang disampaikan senantiasa harus terjaga agar lucu, segar, dan mengandung makna edukatif. "Pokoknya, pesan harus dirancang sebagus mungkin. Kalau tidak, orang tak akan tertarik," katanya. Sekitar 300 stasiun radio, 200 stasiun TV, 100 majalah, dan 500 surat kabar diajak mengampanyekan Sports for All. "Kalau dihitung-hitung, setiap tahunnya promosi kami di pelbagai media yang ada itu menghabiskan US$ 14 juta," kata Kisby. Ini berarti organisasi swasta tersebut masuk jajaran 10 besar pemasang iklan di Kanada. Tentu tak semuanya harus dibayar dari kocek organisasi -- yang kini hanya melibat 10 orang staf -- yang bahkan anggarannya untuk tahun ini cuma US$ 2 juta. Sebaliknya, banyak perusahaan swasta di Kanada berlomba-lomba menjadi sponsor gerakan mengampanyekan olah raga. Bisa dimengerti kalau perusahaan-perusahaan kakap di sana bersikap seperti itu. Hasil survei terakhir memperlihatkan, sekitar 78 persen warga Kanada kenal akrab dengan PARTICIPaction. Usaha keras Kisby dan kawan-kawannya itu mulai menunjukkan hasil. Dua tahun lalu, diperkirakan lebih dari 2,5 juta penduduk Kanada -- yang sekarang berjumlah 25 juta itu sudah menjalankan gaya hidup sehat lewat berolah raga secara teratur. Bagaimana Indonesia, yang mengibarkan slogan Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olah Raga-nya? Memang, kampanye besar-besaran yang didukung dana besar, tak ada di Indonesia. Apalagi pesan yang lucu, yang segar, belum dibikin. Tapi tak berarti Indonesia mengabaikan kesegaran Jasmani. Pada 1983, Presiden Soeharto menetapkan 9 September sebagai Hari Olah Raga Nasional. Tahun berikutnya, pemerintah menetapkan setiap Jumat pagi, semua sekolah serta kantor-kantor pemerintah dan swasta dianjurkan melaksanakan Senam Pagi Indonesia. Namun, data yang menunjukkan berapa jumlah warga yang giat berolah raga secara teratur tampaknya belum ada. Yang pasti, demam berolah raga di Indonesia setiap Jumat pagi menumbuhkan suasana kegembiraan, sekalipun kabarnya sering membuat karyawan membolos kerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini