KE mana uang duka untuk Agus Souisa? Dua pekan yang lalu, istri petinju pro itu, Ny. Hardia Souisa, mengirim surat ke TEMPO. "Saya tidak pernah menerima uang duka dari promotor," kata Ny. Hardia Souisa, 25 tahun. Janda itu mengaku hanya menerima Rp 192.000,00 dari Eddi, sebagai pembayaran honoranum suaminya untuk naik ring. Menurut kontrak, jumlah itu sebenarnya Rp 200.000,00 tapi dipotong Rp 8.000,00 -- entah untuk apa. Agus Souisa meninggal 19 September lalu setelah terpukul jatuh di ronde kedelapan oleh lawannya, Michael Arthur dari sasana Javanoea Malang. Pukulan Arthur mengenai dagu Agus dan membuatnya jatuh telentang, kepalanya membentur kanvas. Diduga Agus tewas karena gegar otak. Promotor Eddi Soebiantoro melapor ke KTI bahwa ia telah memberikan uang duka Rp 10 juta kepada keluarga Agus. Dalam wawancara dengan TEMPO pun Eddi mengaku memberi uang duka Rp 1O juta. Lalu kenapa Ny. Hardia tak terima duit? Ketua Harian KTI Mohamad Anwar segera menelegram Eddi Subiantoro ke Semarang. "Kalau promotor itu berbohong, tentunya lisensinya akan dicabut KTI," kata Anwar. Kepada TEMPO pekan lalu Eddi Subiantoro bertahan sudah memberi uang Rp3 juta kepada Ny. Hardia: Rp 2,5 juta berupa pembayaran uang asuransi, ditambah Rp 500.000,00 sumbangannya pribadi. Kok Ny. Hardia cuma dapat RP 192.000,00? Eddi berjanji akan segera mengeceknya. Bagaimana dengan uang duka Rp1O juta? Menurut Eddi, itu sumbangan dari para pengusaha di Irian Jaya untuk Ny. Hardia dan tiga anaknya. "Apakah sudah diterima keluarganya atau belum saya tidak tahu karena yang menerima sumbangan itu adalah KTI Irian Jaya," kata Eddi. Ketua KTI Irian Jaya, H.E. Nanlohy, membantah. "Yang Rp3 juta itu saja kami dapat dari promotor setelah ngotot-ngototan semalam suntuk," katanya. Uang itu sekarang dipegang Nanlohy dan baru akan diberikan akhir bulan ini dalam upacara adat sesuai dengan permintaan Bram Souisa, kakak Mendiang. Selain itu, ada sumbangan masyarakat, tapi jumlahnya hanya Rp1 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini