Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berkat lobi bob hasan ?

Dewan federasi sea games xv 1989 di kuala lumpur memutuskan 24 cabang olah raga yang dipertandingkan. indonesia masih punya peluang untuk menjadi juara umum.

23 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARAPAN Indonesia untuk kembali merebut gelar juara umum Pesta Olah Raga Asia Tenggara (SEA Games) masih terbuka. Sabtu dua pekan lalu, dalam rapat Dewan Federasi SEA Games XV 1989, di Kuala-Lumpur, Malaysia, telah diputuskan 24 cabang olah raga yang akan dipertandingkan. Itu berarti 5 cabang lebih sedikit dibandingkan SEA Games XIV di Jakarta, akhir 1987 lalu. Dari 24 itu, 15 cabang diusulkan oleh Malaysia, yaitu atletik, renang, bulu tangkis, basket, boling, balap sepeda, sepak bola, hoki, karate, sepak takraw, menembak, pencak silat, tenis meja, taekwondo, dan layar. Sedangkan yang diusulkan Indonesia: panahan, anggar, angkat besi, bola voli, golf, tenis, tinju, Judo, dan senam. Lima cabang yang tidak akan dipertandingkan adalah dayung, softball, bilyar, gulat, dan ski air. Bina raga, bagian dari cabang angkat besi, juga tidak dipertandingkan. "Ini semua berkat lobi yang dilakukan sebelum sidang dimulai, sehingga keputusan dalam sidang berjalan mulus," tutur Bob Hasan, juru bicara delegasi Indonesia, sekembalinya dari Kuala Lumpur. Dalam sidang ini Indonesia sengaja meredam ambisinya untuk memperjuangkan cabang olah raga yang bisa menghasilkan banyak medali, seperti gulat dan dayung. "Bukannya tidak diperjuangkan, kita ingin menunjukkan pada pesera lainnya bahwa Indonesia mampu keluar sebagai juara umum tanpa ditunjang oleh cabang olah raga yang merupakan tambang medali emas itu," ujar Bob Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri KONI Pusat. Dengan ditetapkannya 24 cabang di atas, Indonesia bisa jadi bakal kehilangan 45 medali emas dibandingkan perolehan pada SEA Games XIV lalu. Sebab, dari nomor yang dihapuskan itu Indonesia pernah panen medali emas, yaitu gulat (20 emas), dayung (15), ski air (7). Sedangkan bilyar dan bina raga hanya menyumbangkan 3 emas. Sebenarnya, tanpa kelima nomor itu pun perolehan medali Indonesia masih jauh di atas peserta lain. Dalam SEA Games 1987 lalu, Indonesia meraih 185 medali emas, Muangthai 84, Filipina 59, Malaysia 36, Singapura 19, dan Burma 13. Indonesia tampaknya sangat ngotot agar bisa memasukkan 9 cabang tambahan yang akan dipertandingkan. Delegasi Indonesia, yang langsung dipimpin oleh Ketua Umum KONI Pusat Surono, membawa 9 orang anggota agar bisa melakukan "pendekatan" kepada peseIta lainnya. "Tanpa melakukan lobi terlebih dahulu, saya tidak bisa membayangkan hasil akhirnya," ujar dr. M. Sarengat, Sekjen KONI Pusat. Muangthai tidak terlalu kecewa dengan hasil sidang. Untuk tahun-tahun mendatang, mereka mengusulkan agar cabang olah raga yang dipertandingkan jangan diubah-ubah, disesuaikan dengan keinginan tuan rumah. "Untuk itu, perlu disiplin agar mutu dan standar atlet dapat dipertahankan," kata dr. Nat Indrapana. wakil delegasi Muangthai yang juga Sekjen Komite Olimpiade-Muangthai. Malaysia tampaknya bergembira dengan diterimanya 15 cabang pilihan mereka. Tan Sri Dato Seri Hamzah bin H. Abu Samah, Desember lalu, pernah mengatakan, dengan dipertandingkannya cabang olah raga di atas, Malaysia diharapkan mampu memperbaiki posisi pengumpulan medalinya. Untuk melawan Indonesia dan Muangthai cukup berat, "Karena itu, kami berusaha menggeser Filipina di urutan ketiga," ujar Presiden Majlis Olimpik Malaysia (OCM) ini. Namun, yang mengganjal di hati tuan rumah adalah dipertandingkannya angkat besi wanita untuk pertama kalinya di SEA Games, meski dengan janji akan dibatalkan jika pesertanya hanya dua negara. Soalnya, cabang ini di Malaysia belum dikembangkan. "Setiap negara memang mau merebut sebanyak mungkin medali emas, tapi jangan merugikan perkembangan olah raga di Asia," tutur Mazlan Ahmad, Dirjen Majlis Sukan Negara. Rudy Novrianto, Budiono D., Ekram H.A., dan Yuli Ismartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus