SI macan tutul itu kini menyandang juara dunia kelas super bantam versi WBC Internasional. Nurhuda -- petinju yang selalu menggunakan celana warna gading dengan motif bak kulit macan tutul menang tipis atas juara bertahan Joe Hiyas dari Filipina setelah bertanding penuh 12 ronde, Kamis pekan silam di arena diskotek Stardust, Jakarta. "Saya gembira, tapi kok ya sakit juga ini rasanya. . . ," kata sang juara baru seusai pertarungan, sambil memoles-moleskan es batu ke pelipis kanannya yang memar. Kedua petinju yang berlaga itu memang menyuguhkan perkelahian yang menarik bagi sekitar 500 pecandu yang membludak di ruang diskotek Stardust, yang disulap menjadi arena tinju - dan utaan penonton lainnya yang menyaksikannya di TVRI yang menyiarkan secara langsung. Petinju asal Kedung Kandang, Malang, itu semula mengira lawannya memiliki tubuh yang tinggi dan memiliki gaya boxer. "Sebelum pertandingan saya tak pernah tahu tentang dia. Rekaman video yang saya eroleh tak bisa dilihat karena gambarnya itam putih dan tak jelas," tutur Huda. Itu sebabnya ia memilih mitra latih yang lebih tinggi badannya, seperti bekas juara dunia Hengky Gun dan Pulo Sugarai. Huda menyiapkan strategi menjadi fighter, lebih menekankan pada pertandingan yang rapat dan merangsak maju. Apa yang semula diperkirakan Huda itu meleset semua. "Postur badan Joe ternyata sama dengan aku," katanya. Di samping itu, lawannya adalah seorang petinju dengan gaya counter boxer. "Untung, saya bisa menahan emosi tak mengumbar pukulan. Padahal, di ronde-ronde awal saya sempat nafsu juga," sambung Huda yang dari pertarungan itu memperoleh uang Rp 3 juta, plus bonus sejumlah yang sama dari Promotor Yorrys Raweyai. Terlihat memang Huda lebih banyak mengambil inisiatif dengan banyak menghujamkan pukulan upper-cut dan book kiri kanannya di lima ronde pertama. Namun, pukulan Joe juga cukup banyak masuk dan darah segar mengucur dari sudut kelopak mata kiri dan kanan Huda. Menjelang ronde-ronde akhir - khususnya di dua ronde terakhir - Joe yang sudah ketinggalan pengumpulan angka mencoba bangkit kembali. Usahanya itu tak banyak berarti. Pertahanan elbo block yang diperagakan Huda cukup efektif mementahkan serangan Joe yang semakin frontal. Tentu saja Joe kecewa begitu diumumkan bahwa ia kalah tipis dalam pengumpulan angka. "Seharusnya Nurhuda yang kalah. Pukulan Joe lebih banyak yang masuk dan bersih," kata Ny. Laura S. Elorde, manajer Joe. Ia membandingkan wajah petinjunya yang mulus dengan tampang Huda yang babak belur. Sekalipun harus kehilangan gelar juara dunia, Joe tampaknya masih bisa terhibur dengan bayaran US$ 32.000. Hanya selang dua hari, sukses Huda tak dapat diulangi oleh rekan asal sekotanya. Gim Suryaman, 19 tahun, dipermalukan oleh juara bertahan Napa Kaitwanchai dalam pertarungan memperebutkan gelar kelas terbang mini versi WBC Internasional, Sabtu pekan silam di stadion Gajayana, Malang. Sekitar 7.500 penonton sepertinya sia-sia mendukung Gim. Petinju tuan rumah malah sempat sobek dagunya terhantam long-hook lawannya yang dari Muangthai itu. Tampaknya, hanya rasa kasihan yang membuat Napa tak tega menghabiskan lawannya yang masih "hijau" itu. "Dia memang masih mentah untuk diorbitkan," tutur Boy Bolang, yang ikut menyaksikan pertarungan yang berat sebelah itu. Gim, yang berbekal rekor bertinju: main 8 kali dan hanya sekali kalah, memang baru kali ini bertarung dalam kancah internasional. Sedangkan lawannya memiliki rekor bertarung 23 kali 22 menang dan sekali kalah - dan juga malang melintang di arena tinju Thai Boxing. Karena itu, Gim tak antusias mengomentari hasil pertandingannya. "Saya capek," ujarnya. A.K.S., Bachtiar Abdullah (Jakarta), dan Zed Abidien (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini