Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KENDATI Inggris telah tersingkir dari ajang Piala Eropa, masih ada pemainnya yang bisa dikenang. Dialah Wayne Rooney, striker yang baru berusia 18 tahun 7 bulan. Saat Inggris dikalahkan Portugal di babak perempat final, ia tidak bisa menunjukkan kelihaiannya menjebol gawang. Rooney ditarik keluar pada menit ke-10 gara-gara cedera. Namun, dalam pertandingan sebelumnya, aksinya sungguh memukau.
Lihatlah saat pasukan Sven Goran Eriksson menghancurkan Kroasia, 4-2, Selasa pekan silam. Dia mampu menyumbangkan dua gol. Ayahnya, Wayne Rooney (senior), tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. ?Wayne fantastis, dia tak sekadar bermain dengan kaki dan kepala, tapi juga dengan hatinya,? katanya.
Sepanjang penyisihan grup, Rooney menjadi top scorer dengan mencetak empat gol. Dua gol lainnya dicetak saat Inggris melawan Swiss di grup B. Saat mencetak gol pertamanya ke gawang Swiss, Rooney ditabalkan menjadi pencetak gol termuda pada putaran final Piala Eropa. Ia memecahkan rekor Dragan Stojkovic dari Yugoslavia, yang mencetak gol pada usia 19 tahun 3 bulan dalam Piala Eropa 1984.
Boleh dibilang Euro 2004 telah memunculkan bintang-bintang muda yang cemerlang. Selain Rooney, ada nama seperti Johan Vonlanthen, 18 tahun (Swiss), Cristiano Ronaldo, 19 tahun (Portugal), Zlatan Ibrahimovic, 23 tahun (Swedia), dan Milan Baros, 23 tahun (Republik Cek).
Gebrakan Vonlanthen tak kalah monumentalnya. Empat hari setelah Rooney memecahkan catatan Stojkovic, ia langsung memecahkan rekor bintang Inggris itu. Penyerang Swiss yang berasal dari klub PSV Eindhoven ini mampu membobol gawang Prancis kendati timnya kalah 1-3. Usia Vonlanthen lebih muda dari Rooney, baru 18 tahun 4 bulan.
Ketika Swiss menghadapi Inggris, empat hari sebelumnya, Vonlanthen melakukan debutnya di Piala Eropa. Untuk ukuran rekor pemain termuda yang bermain di putaran final Piala Eropa, Vonlanthen belum dapat memecahkan rekor usia Enzo Scifo. Dalam Piala Eropa 1984, gelandang Belgia itu melakukannya pada usia 18 tahun 115 hari.
Di antara pemain muda, Cristiano Ronaldo paling ngetop. Dia mengisi posisi David Beckham, sayap kanan, di Manchester United. Semula ia diperkirakan hanya bakal menjadi cadangan Luis Figo sebagai sayap kanan Portugal. Nyatanya, pelatih Portugal, Luis Felipe Scolari, memainkannya di tim inti kendati sebagai sayap kiri. Umpannya akurat, gocekannya yahud, dan satu gol ia lesakkan saat Portugal kalah 1-2 dari Yunani pada partai pembuka.
Kendati sudah tidak begitu muda lagi, aksi Ibrahimovic dan Baros pun patut diberi perhatian khusus. Ibrahimovic mencetak dua gol selama putaran grup?salah satunya dengan tendangan tumit ketika Swedia melawan Italia. Baros malah menyumbangkan tiga gol, sementara dua umpannya mengantarkan Cek menang 3-2 atas Belanda.
Bukan rahasia lagi, selain untuk menjunjung nama negara, kejuaraan besar semacam ini menjadi ajang promosi para pemain yang tampil. Klub tempat Rooney bermain, Everton, mematok harga 50 juta poundsterling atau sekitar Rp 675 miliar bagi yang berminat membelinya?harga yang fantastis. Ini sama dengan dua kali harga Beckham saat dijual Manchester United ke Real Madrid. Klub Chelsea hanya berani menawar 30 juta poundsterling untuk Rooney.
Sudah pantaskah Rooney dihargai setinggi itu? Sven Goran Eriksson setuju. Pelatih nasional Inggris ini menyamakan fenomena Rooney dengan kemunculan Pele pada Piala Dunia 1958. Saat itu ?si Mutiara Hitam? membawa pulang gelar juara pada usia 17 tahun.
Luis Felipe Scolari berpendapat lain. ?Rooney memang hebat. Tapi sebagus Pele? Saya kira cuma ada satu Pele di dunia,? katanya.
Membandingkan bakat dua pemain beda generasi memang sulit. Rooney baru menapak prestasi, sedangkan Pele sudah membuktikan diri. FIFA menganugerahinya gelar ?Pemain Abad ini? karena turut membawa Brasil menjadi juara dunia tiga kali.
Rooney? Dia masih harus membuktikan diri lagi pada ajang Piala Dunia mendatang. Yang jelas, kini kesempatannya untuk unjuk kemampuan pada Piala Eropa 2004 telah tertutup karena Inggris tersingkir lebih awal.
Kecemerlangan pemain muda tak selalu bisa berlanjut pada usia matang. Sebagai pemegang rekor pemain termuda Piala Eropa, Enzo Scifo terbukti hebat sampai pensiun. Tapi Dragan Stojkovic ternyata biasa-biasa saja. Pada usia baru 28 tahun, ia sudah ?ikhlas? bermain untuk Nagoya Grampus Eight di Liga Jepang.
Yang lebih apes lagi Norman Whiteside. Saat berusia 17 tahun, dia sudah membela tim Irlandia Utara pada Piala Dunia 1982. Namun striker ini harus gantung sepatu pada usia dini, 27 tahun. Mantan pemain Manchester United dan Everton ini terhantam cedera berkepanjangan.
Whiteside tidak ingin kasusnya menimpa bintang muda sekarang. ?Anda lihat pemain seperti Rooney beberapa kali cedera di pertandingan liga. Juga Cristiano Ronaldo,? katanya akhir tahun lalu, ?Bila mereka bermain terlalu banyak pada usia dini, karier mereka bisa berhenti muda seperti saya.? Makanya, kedua pemain Liga Inggris itu kadang tidak bermain dalam banyak pertandingan karena pelatih mereka sengaja mengistirahatkannya.
Perilaku seorang bintang muda kadang juga bisa menghalangi kariernya. Sejauh ini, Rooney cukup nakal di lapangan. Di Liga Inggris, musim lalu ia mengoleksi 12 kartu kuning. Musim sebelumnya, pemuda ini mendapat kartu merah saat Everton melawan Birmingham, Desember 2002. Sebagai sesama pemain muda, Zlatan Ibrahimovic tak kalah pemberang. Ia pernah meninju seorang kiper cadangan Swedia saat latihan dalam sebuah insiden perebutan bola.
Dukungan dari keluarga kadang amat membantu. Ini dialami Rooney. Kehadiran ayahnya dan pacarnya, Colleen McLoughlin, di Lisabon bisa melecut semangatnya. Hal itu jauh lebih bermakna daripada peristiwa yang terjadi pertengahan tahun lalu. Ketika itu, ayahnya, Wayne Rooney senior, adu jotos dengan ayah Colleen, Anthony McLoughlin, pada pesta ulang tahun Colleen. Keduanya sama-sama mantan petinju. Mereka bersenda gurau kelewat batas, saling tantang, dan akhirnya bertinju beneran di tengah keramaian. Nah, ketahuan kan dari mana sifat pemberang Rooney berasal.
Andy Marhaendra
Pele dari Abang Sam
KALAU ada bintang baru yang mengejutkan pada Piala Dunia 2006 nanti, mungkin bukan dari Prancis atau Portugal, melainkan dari Amerika Serikat. Ia bernama Freddy Adu, yang kini baru berusia 14 tahun. Pemain tim nasional yunior Amerika itu kini tengah dipersiapkan untuk menjadi bintang.
Kisahnya sungguh unik, ia datang ke Amerika secara kebetulan. Pada 1997, ibunya mendapat undian kartu hijau untuk tinggal di Negeri Abang Sam. Sejak itulah keluarga Adu, yang berasal dari Ghana, tinggal di Maryland, Florida. Karena bakatnya yang luar biasa, sejak tiga tahun lalu Adu menjadi anggota tim yunior Amerika. Tak sampai sebulan kemudian, ia mencetak empat gol di Kejuaraan Dunia Yunior U-17.
Adu mencetak gol pertama di kompetisi sepak bola profesional Negeri Abang Sam, Major League Soccer (MLS). Ia bermain untuk klub DC United. Adu mencetak gol, meski klubnya kalah 2-3 dari MetroStar. Dia menjadi pemain termuda dalam sejarah kompetisi tim olahraga, segala cabang. Catatan sebelumnya atas nama Fred Chapman di Liga Bisbol Amerika, 1887.
Karena bakatnya, Adu dibayar US$ 500 ribu (sekitar Rp 4,5 miliar) per tahun. Untuk pemain Eropa, gaji itu tak seberapa. Tapi, di Amerika, angka gaji Adu paling tinggi, bahkan mengalahkan bintang-bintang tim nasional. Bayaran tertinggi sebelumnya atas nama Josh Wolff dari Kota Kansas, US$ 350 ribu.
Sebagian masyarakat menginginkan Adu masuk tim nasional. Namun, pelatih nasional Amerika, Bruce Arena, tak mengabulkan. Menurut dia, Adu terlalu kecil untuk tim nasional. Ia punya rencana sendiri, pada Piala Dunia 2006, ia akan menjadikan Adu bintang. ?Saya tak ragu, bakatnya besar, Adu bakal jadi Pele baru nanti,? kata Arena.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo