Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berkompromi dengan Bahaya

Arung jeram bukan olahraga yang berbahaya jika prosedur yang aman ditempuh.

21 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GERIMIS semalaman membuat Desa Ciherang Pondoh, Bogor, tampak segar. Jalan-jalan bersih tak berdebu dan pepohonan kelihatan semakin hijau. Pada Kamis pekan lalu itu, tanah dipinggir Sungai Cisadane yang membelah desa ini juga masih basah. Ketika mataharimulai meninggi, permukaan air sungai malah kian naik. Ketinggiannya sekitar 120sentimeter dari dasar sungai.

Harun, penjaga kantor Main Air Rafting, hanya bisa mengamati airsungai yang keruh itu dengan muka murung. Tak banyak pekerjaan yang bisadilakukannya karena hari itu tidak ada orang yangmemakai jasa layanan olahraga arung jeram yang ditawarkan perusahaan ini. Itubukan sekadar karena air sedang naik. "Semenjak terjadi kecelakaan itu,kegiatan rafting di sini sepi sekali," ujarnya.

Tragedi yang dimaksud terjadi pada Jumat sepekan sebelumnya. Sebuahrombongan arung jeram yang menggunakan jasa perusahaan Main Air Raftingmengalami musibah saat air bah datang. Kejadian ini menewaskan Raymond vanBeekum, yang sehari-hari dikenal sebagai Kepala Divisi Komunikasi BadanPenyehatan Perbankan Nasional. Mayat Raymond baru ditemukan pada hariMinggu, dua hari kemudian, setelah terseret sepanjang 50 kilometer di Sungai Cisadane.

Wartawati TEMPO Leanika Tanjung adalah salah satu anggota rombonganitu yang selamat kendati sempat terlempar dari perahunya. Ia juga sempatterseret arus cukup jauh dan setengah tak sadarkan diri. Nyawanya terselamatkansetelah tangan Leanika bisa meraih batang rumput (lihat"Tuhan, Tolong Saya!" Dan...).

Bagi Main Air Rafting, kecelakaan itu merupakan tamparan berat. Initragedi pertama sejak perusahaan itu dibuka pada 1996. Menurut Ujang Didin, manajeroperasionalnya, sebenarnya kondisi sungai telah disurvei ratusan kali untukmemastikan aman untuk arung jeram. "Tapi kali ini benar-benar musibah. Banjirbandang menyeret Raymond," tutur Ujang.

Peristiwa itu berimbas ke mana-mana. Tak cuma di Cisadane, kegiatanarung jeram di Sungai Citarik, Sukabumi, terkena imbasnya. Di sungai ini adaenam perusahaan yang beroperasi. Dua perusahaan terbesar, PT Buayatama ArungJeram dan PT Lintas Jeram Nusantara, yang kantornya bersebelahan,juga mengalami paceklik sejak terjadi kecelakaan di Cisadane. Padahal,selama ini, mereka selalu sibuk setiap hari melayani pengguna jasa arung jeram.

Pekan lalu, para pemandu dari Lintas Jeram mengisi waktu luang denganmemeriksa peralatan yang dimilikinya. Ada yang mengecek perahu dan dayung,ada juga yang memeriksa perlengkapan lain seperti helm dan rompi pelampung.Sirod Konyen, penanggung jawab peralatan perusahaan ini, mengatakan bahwasetiap hari kondisi seluruh peralatan diperiksa. Peralatan yang tak layakditandai dan dilaporkan.

Kelompok pemandu lain tampak mengobrol santai. Mereka bertukarpengalaman seputar pencarian Raymond. Tak jauh dari situ, ada kelompok lainyang menunggu di sekitar tempat parkir mobil. Mereka hanya duduk-duduk, tak adakesibukan. Pemilik PT Lintas Jeram, Lody Korua, mengakui tragedi Cisadanememang mengurangi jumlah tamunya.

Diakui pula oleh Amalia Yunita, Wakil Ketua Harian Federasi ArungJeram Indonesia (FAJI), kejadian itu membuat kegiatan arung jeram di berbagaidaerah ditunda. Hanya, ia menyerukan agar penggemar olahraga ini tak perluterpukul berkepanjangan. Bagi Amalia, arung jeram bukan olahraga yangberbahaya asalkan bisa berkompromi dengan segala kemungkinan. "Alam yang sedangmarah memang tak bisa dilawan. Tapi, jika prosedur sudah dijalani, olahraga iniaman untuk orang awam sekalipun," ujarnya.

Untuk memastikan kegiatan tersebut aman, setiap perjalanan harus selaludidampingi tim penyelamat dan petugas medis. Menurut Lody Korua, kalauair sungai sedang besar, idealnya setiap lima perahu didampingi satu timpenyelamat dan tim medis. Untuk mengecek kondisi air, harus ada petugas yangmemeriksa ke hulu sungai. Jika kondisi air di hulu tidak aman untuk arung jeram,perjalanan harus dibatalkan. Kealpaan memantau kondisi cuaca dan air di huluinilah yang mungkin menyebabkan kecelakaan di Cisadane terjadi.

Karakteristik Sungai Cisadane memang berbeda dengan SungaiCitarik. Menurut Heru, anggota tim penyelamat yang ikut mencari Raymond, diCitarik nyaris tak pernah terjadi banjir bandang. Hanya, sesekali permukaan airbertambah tinggi. Bebatuan cadas pun jarang ditemukan. Sebaliknya, SungaiCisadane, yang berbatu cadas, sering meluap. Banjir bandang itu seperti pencuri,datang tiba-tiba tak pernah permisi.

Tak pelak, kepekaan memahami tabiat sungai amat diperlukan bagipengelola jasa bisnis arung jeram. Ini pula yangdilakukan oleh para pengusaha olahraga ini di sekitar Sungai Ayung diGianyar, Bali. Sungai ini tidak besar, tapimemiliki alur yang penuh liku dan menantang. Tebing-tebing dan pemandangan ditepi sungai demikian menggoda. Tingkat kesulitannya juga sedang-sedang saja,sehingga pemula pun bisa mengarunginya dengan aman. Yang menguntungkan,Sungai Ayung juga terbilang jarang memuntahkan banjir.

Jangan heran jika tragedi Cisadane tak terlalu berpengaruh terhadapkegiatan arung jeram di sana. Apalagi pelayanan pengelola olahraga ini cukup bagus,termasuk dalam soal keamanannya. Maklum, sekitar 80 persen pelanggannyaadalah wisatawan asing. Ada 10 perusahaan arung jeram yang beroperasi diSungai Ayung dan Sungai Telaga Waja, Karangasem, dan mereka tetap kebanjiran tamu.

Menurut Nyoman Suardana, manajer operasi Sobek, The AdventureSpecialist, salah satu perusahaan yang bergelut di dunia arung jeram, kondisi bisnisnyasekarang normal-normal saja. Kalau sedang ramai, biasanya terjadi padaJuli-Agustus, pihaknya bisa melayani 100 sampai 150 orang setiap hari. "Kalaumusim sepi, paling cuma 25 sampai 50 orang per hari," kata Suardana.

Lihat saja, Sungai Ayung tetap meriah pada Kamis pekan silam. Tigaperahu yang ditumpangi 12 orang menepi ke bibir sungai. Dengan wajahberseri-seri, orang-orang yang baru turun dariperahu langsung bersorak kegirangan. Mereka baru saja mengarungi Sungai Ayungdari Desa Begawan menuju Desa Kedewatan, Ubud, selama satu setengah jamdengan jarak 11 kilometer. Para wisatawan asing ini tetap merasa aman karenaperusahaan yang melayani sangat memperhatikan keselamatan mereka.

Pada awal musim hujan seperti sekarang, pemantauan terhadap arus airmemang harus dilakukan lebih cermat. Dua jam sebelum perahu diterjunkan,menurut Suardana, kondisi sungai harus sudah dipastikan. Untuk Sungai Ayung,ketinggian air dianggap normal jika di bawah 40 sentimeter. Jika ketinggianberkisar 40-70 sentimeter, tamu harus didampingi oleh tim penyelamat. Di atas 70sentimeter? Kata Suardana, perjalanan harus dibatalkan karena tidak aman.

Setiap perahu biasanya ditumpangi 4-6 orang ditambah seorang pemandu.Satu perjalanan paling sedikit terdiri atas dua perahu. "Bagaimanapun, olahraga inicukup berbahaya, jadi tidak boleh lalai, apalagi yang kita tanganikebanyakan wisatawan asing," tutur Suardana.

Tragedi Cisadane bukan kecelakaan pertama yang menelan korban jiwa.Sebelumnya, pada 1975, tujuh orang tewas dalam sebuah kecelakaan diCitarum. Menurut Lody Korua, kecelakaan itu terjadi karena saat itu banyak orangbelum mengetahui seluk-beluk arung jeram.

Kini sudah cukup lama kita mengenal arung jeram kendati FAJI,organisasi penggemar olahraga ini, belum dimasukkan ke Komite Olahraga NasionalIndonesia. FAJI pun tak berhak mengeluarkan aturan yang mengikat bagipengelola arum jeram. Di era otonomi sekarang, pemerintah daerahlah yang memberimereka izin beroperasi.

Jadi, hanya pada pundak para bupati dan petinggi daerah bisa diharapkanada regulasi yang ketat terhadap operator arung jeram. Agar ada standardisasipelayanan dan keamanan, menurut Lody, kalangan profesional yang pahambetul olahraga ini bisa dilibatkan. Jika tidak, kecelakaan seperti yang dialamiRaymond bisa terulang.

Sapto Yunus, Deffan Purnama (Bogor), Alit Kertaraharja (Bali)


Cara Berarung yang Aman

  1. Cari operator arung jeram yang memberikan fasilitas asuransi. Jangan tergiur begitu saja dengan harga yang murah. Pastikan perusahaan itu memberikan pelayanan yang baik.

  2. Kalau berombongan cukup besar, Anda bisa meminta operator melakukan presentasi. Peralatan dan perlengkapan apa saja yang disediakan, bagaimana pula pengamanannya.

  3. Pastikan Anda mendapatkan perlengkapan khusus seperti rompi pelampung dan helm. Pelampung dan helm harus dalam kondisi bagus, tidak boleh lepas kalau pemakainya jatuh ke air.

  4. Selain menyediakan pemandu, operator mesti menyediakan tim penyelamat. Idealnya, kalau air sungai sedang besar, lima perahu didampingi satu tim penyelamat dan tim medis.

  5. Pastikan pula perusahaan ini punya tim pemantau arus sungai di hulu dan benar-benar memahami tabiat sungai tersebut.

  6. Pilih operator yang menyediakan servis evakuasi dengan helikopter. Ini akan mempercepat proses penyelamatan jika terjadi kecelakaa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus