Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI mana pemain sepak bola perempuan meletakkan tangannya saat terjadi tendangan bebas? Kalau mau tahu, lihat saja di Piala Dunia Wanita 2003. Mulai Sabtu lalu, 16 negara mengikuti ajang tertinggi pesepak bola perempuan itu, yang diselenggarakan di Amerika Serikat.
Kejuaraan empat tahunan ini akan menjadi ajang pembuktian Hanna Ljungberg, 24 tahun. Pemain asal klub Umea, Swedia, ini disorot dunia karena ulah Luciano Gaucci. Presiden Perugia, klub Seri A Liga Italia, itu melontarkan pernyataan bahwa klubnya akan membeli pemain perempuan. Kalau jadi, Ljungberg adalah wanita pertama di jagat ini yang bermain bersama pria. "Kami ingin membeli pemain wanita, dan kami tahu yang kami inginkan," kata Gaucci kepada tabloid Swedia, Aftonbladet.
Pencetak 64 gol (39 di Liga Swedia, 10 di Piala Swedia, dan 15 di tim nasional) ini tak begitu antusias mendengar kabar itu. "Saya pikir itu tak serius, tapi senang mendengar saya akan menjadi bagian dari klub besar," ujarnya. Namun, ia menambahkan, "Sepak bola sangat membutuhkan kekuatan fisik. Tinggi saya hanya 160 sentimeter. Secara fisik, itu sangat berat untuk seorang wanita."
Selain Ljungberg, boneka barbie yang nikmat dilihat di lapangan adalah Milene Domingues. Istri Ronaldo (pemain Real Madrid dan anggota tim nasional Brasil) ini disebut media dan rekannya di tim nasional Brasil sebagai boneka barbie ketimbang pemain profesional. "Padahal, semasa kecil saya belum pernah bermain dengan boneka," ucap ibu satu anak itu.
Terpilihnya Milene masuk tim nasional tentunya sudah dilihat Paulo Goncalves. Pelatih tim nasional wanita Brasil tersebut yakin bahwa pemain berusia 24 tahun tersebut memang layak masuk di timnya. Itu berdasarkan pengamatan Goncalves ketika Milene bermain di Rayo Vallecano (Liga Spanyol). Sebelumnya, Milene merumput untuk klub Fiamma Monza, Italia, dan klub Corinthians, Brasil. "Milene adalah barbie berbakat yang dimiliki Brasil saat ini," ujar Goncalves sambil bercanda.
Bintang Asia yang tak kalah kemilau adalah Sun Wen. Boneka Cina berusia 30 tahun ini memperkuat tim negerinya di tiga Piala Dunia. Ia mengenal sepak bola sejak usia delapan tahun lewat ayahnya, seorang penggemar bola. Bakatnya terasah di sekolah dan saat berusia 17 tahun ia terpilih masuk tim nasional sebagai pemain termuda.
Selama 13 tahun di tim nasional, penghargaan tertinggi yang diterima Sun Wen adalah bola dan sepatu emas pada Piala Dunia Wanita 1999. Saat itu Cina menduduki peringkat dua setelah kalah adu penalti dengan AS. Ia juga mengantarkan tim Cina memperoleh perak Olimpiade 1996. "Mungkin ini Piala Dunia saya terakhir," katanya.
Tahun 2001, pemain berjuluk "Maradona cewek" ini hijrah ke AS dan merasakan ketatnya persaingan di Liga Sepak Bola Wanita (WUSA). "Dia pemain berbakat," kata Brigit Prinze, runner-up pesepak bola terbaik FIFA 2002. "Umpannya bagus dengan visi dan kontrol yang cemerlang."
Satu lagi barbie yang patut dipelototi adalah Mia Hamm. Pemilik nama lengkap Mariel Margret Hamm ini tak hanya cantik di lapangan. Peraih gelar sarjana ilmu politik di University of North California ini termasuk 50 orang tercantik versi majalah People 1997.
Di tim AS, kemampuannya tak perlu diragukan lagi. Ia berhasil mempersembahkan gelar juara di dua Piala Dunia Wanita (1995 dan 1999) serta emas Olimpiade 1996. Bahkan, begitu hebatnya, ia terpilih sebagai US Soccer Athlete of the Year tiga kali berturut-turut, 1994-1995-1996. Penghargaan itu diberikan tanpa membedakan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan.
"Keperkasaan" tak hanya milik pemain pria. Sementara Ljungberg baru sekadar punya rencana bermain bersama laki-laki di Seri A Liga Italia, justru wasit Nicole Petignat sudah lebih maju. Wasit 36 tahun ini telah memimpin pertandingan kaum pria di divisi utama Liga Sepak Bola Swiss dalam beberapa tahun terakhir. Ia juga mewasiti partai final Kejuaraan Dunia Sepak Bola Wanita 1999 di Los Angeles, AS.
Puncaknya, wasit asal Swiss ini memimpin pertandingan kualifikasi Piala UEFA. Dengan rambut dikuncir ekor kuda, Petignat memimpin pertandingan AIK Solna (Swedia) melawan Fylkir (Eslandia), pertengahan Agustus lalu.
Indonesia, meski tak sehebat yang di luar negeri, juga sudah punya barbie-barbienya sendiri. Tapi negeri ini belum memiliki wasit perempuan, mungkin karena takut dikerubutin penonton dan pemain.
Agus S. Riyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo