Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berlatih, Mengerjakan PR, Lalu ke Puncak Dunia

DI sebuah restoran Jepang di daerah Ocala, Florida, Amerika Serikat, Lydia Ko merayakan keberhasilannya menjadi pegolf wanita nomor satu dunia, Sabtu petang akhir bulan lalu. Dia ditemani kedua orang tuanya, seorang agen pemain, dan pelatihnya, David Leadbetter. Sementara yang lain menikmati segelas sampanye, Ko hanya bisa meminum limun. Tentu saja dia hanya bisa menyesap minuman non-alkohol karena gadis kelahiran Seoul, Korea Selatan, itu baru berusia 17 tahun.

16 Februari 2015 | 00.00 WIB

Berlatih, Mengerjakan PR, Lalu ke Puncak Dunia
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DI sebuah restoran Jepang di daerah Ocala, Florida, Amerika Serikat, Lydia Ko merayakan keberhasilannya menjadi pegolf wanita nomor satu dunia, Sabtu petang akhir bulan lalu. Dia ditemani kedua orang tuanya, seorang agen pemain, dan pelatihnya, David Leadbetter. Sementara yang lain menikmati segelas sampanye, Ko hanya bisa meminum limun. Tentu saja dia hanya bisa menyesap minuman non-alkohol karena gadis kelahiran Seoul, Korea Selatan, itu baru berusia 17 tahun.

Sebenarnya Ko hanya mampu menjadi terbaik kedua dalam turnamen di Coates Golf Championship di Ocala, yang baru saja diikutinya. Tapi itu sudah cukup untuk menggeser pegolf 26 tahun asal Korea Selatan, Inbee Park, dari puncak peringkat dunia. Apalagi Ko pun memecahkan rekor Shin Ji-yai, yang mencapai peringkat satu dunia golf wanita di usia 22. Tiger Woods pun lewat, mengingat pemain putra legendaris itu menjadi pegolf nomor satu dunia saat berusia 21 tahun pada 1997. Jadi ini semua pantas dirayakan, bukan?

"Jelas merupakan kehormatan yang sangat besar untuk bisa berada di posisi seperti itu," kata Ko seperti dikutip situs Golfwee ."Tapi, ya, saya mencoba mengalir saja."

Entah apa yang dimaksud Ko dengan "mengalir saja". Toh, jalan hidupnya tampak seperti sudah dirancang sejak dia masih berumur lima tahun.

Alkisah, suatu hari dia diajak ayahnya bermain golf di Pulau Jeju, Korea Selatan. Orang-orang yang kebetulan lewat ketika Ko sedang memukul berkomentar, "Kamu bermain dengan bagus. Sangat bagus." Hal itu membuat sang ayah yakin akan bakat istimewa putrinya. Maka ia mulai serius memoles keistimewaan tersebut.

Saat berusia enam tahun, menurut Ko, dia dibawa ayahnya mengikuti turnamen di Seoul. Tak lama setelah itu, orang tua Ko memutuskan membawa sang gadis kecil pindah ke Selandia Baru. "Supaya saya bisa bermain golf lebih banyak," kata Ko.

Di Selandia Baru, Ko bergabung dengan Pupuke Golf Club di Auckland dan dilatih Guy Wilson. Tak hanya menemukan bakat teknis dalam diri Ko, Wilson juga takjub atas etos kerja serta dedikasinya. "Kuncinya adalah kemauan, fokus, dan mengerti. Lakukan saja tanpa terganggu," kata Wilson. "Lydia memukul bola lebih banyak daripada siapa pun. Dia tidak pernah terganggu oleh apa pun. Dia terus memukul dan melakukannya setiap hari."

Klub Wilson tampaknya tempat yang tepat buat Ko. Wilson mengatakan, di klubnya, seorang pegolf mendapatkan penanganan secara menyeluruh. Ya, karena di sana tersedia pelatih golf, fisioterapis, pelatih fisik, dan psikolog. Ahli-ahli itu bekerja secara terpadu. Wilson, misalnya, menangani Ko lima-enam kali sepekan. Lalu giliran fisioterapis dan pelatih fisik yang bekerja dua kali sepekan. Adapun kegiatan penanganan mental satu kali setiap dua pekan. "Dan itu terbukti berhasil. Itulah yang diperlukan," kata Wilson.

Lydia Ko pun menarik perhatian media Selandia Baru saat dia menjadi peserta termuda dalam Kejuaraan Golf Amatir Putri Selandia Baru 2005. Saat itu dia masih tujuh tahun!

Kemudian, pada 2012, Ko berhasil menang dalam turnamen profesional New South Wales Terbuka, salah satu turnamen yang menjadi bagian dari tur golf profesional wanita Australia. Padahal Ko masih berstatus pegolf amatir. Dengan usianya yang masih 15 tahun, dia pun menjadi pegolf termuda yang berhasil menang dalam sebuah turnamen profesional. Ko mengalahkan rekor bintang Jepang, Ryo Ishikawa, yang berhasil menang dalam turnamen profesional pada usia 15 tahun 8 bulan.

Lalu Ko terus melejit bagai tak terbendung. Pada usia 15 tahun 4 bulan, saat masih berstatus pegolf amatir, dia meraih gelar Tur LPGA pertama. Tur Asosiasi Golf Profesional Wanita (Ladies Professional Golf Association-LPGA) adalah turnamen-turnamen golf dengan kasta elite untuk pegolf wanita. Ko menjuarai CN Canadian Women's Open pada 26 Agustus 2012 dan kembali menjadi pegolf termuda yang berhasil menang dalam turnamen di kasta tertinggi itu. Setahun kemudian, Ko berhasil mempertahankan gelarnya di turnamen yang sama.

Oktober 2013, pada usia 16 tahun, Ko akhirnya memutuskan beralih ke profesional.

Dengan status profesional, Ko berhasil menyabet gelar Swinging Skirt LPGA Classic di Amerika Serikat, April 2014. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Juli, dia berhasil menang dalam turnamen Marathon Classic. Dengan beberapa pencapaian turnamen-turnamen besar lainnya, akhirnya Ko bertengger di puncak peringkat dunia pada awal Februari lalu.

Melihat perjalanan Ko yang tak mengenal kemunduran ini, wajar jika bintang golf Amerika Serikat, Stacy Lewis, mengatakan naiknya Ko ke puncak peringkat dunia akhir bulan lalu bukanlah berita mengejutkan. "Itu hanya masalah waktu," ujarnya.

Artinya, apa yang dicapai Ko bukan hanya sebuah kebetulan. Ada kerja keras yang konsisten ia lakukan sejak kecil untuk mewujudkan ini semua. Ko memang terbiasa spartan. Jadwal rutinnya adalah bangun pagi pukul 05.30 dan bersiap ke sekolah. Sepulang sekolah, dia langsung menuju lapangan golf dan tenggelam dalam kegiatan pukul-memukul bola. "Latihan di sana sangat intens," kata Ko.

Pukul 8 malam, dia baru pulang ke rumah. Waktu yang tersisa hanya cukup untuk makan, mengerjakan PR, lalu tidur. "Gaya hidup saya bukanlah yang bermewah-mewah."

Selain itu, Ko punya sifat yang umumnya dimiliki kampiun di dunia olahraga: ketenangan menghadapi situasi sulit. "Sifat tak mudah goyah memang aset terbesarnya," kata David Leadbetter, yang menjadi pelatih dia sejak Ko berpisah dengan Wilson, akhir 2013.

"Kalau saya tertawa setelah melakukan bogey, itu bukan karena lucu," kata Ko. "Yang saya tertawakan adalah betapa cerobohnya saya memukul hingga terjadi bogey. Kita bisa marah ketika membuat kesalahan konyol, tapi bisa juga tertawa. Saya memilih yang terakhir karena itu lebih baik."

Dengan sikap hidup seperti itu, pujian pun datang dari Annika Sorenstam, pegolf Swedia yang mendapat penghargaan pemain terbaik LPGA delapan kali. "Dia memiliki bakat luar biasa. Sikapnya yang dewasa melebihi umurnya. Dia disukai baik oleh penggemar golf maupun pesaingnya," kata Sorenstam. Dia menilai apa yang dilakukan Ko mampu membangkitkan antusiasme pada olahraga golf, tak hanya di Korea Selatan dan di tempat tinggalnya di Selandia Baru. "Tapi juga di antara junior-junior di seluruh dunia."

Meski demikian, berada di posisi puncak pada usia sangat muda tak membuat Ko kehilangan jati diri sebagai seorang remaja. "Tiga sahabat saya tidak begitu tahu apa yang saya lakukan di lapangan. Itu tidak penting buat mereka," kata Ko. "Dua dari mereka tinggal di Korea, jadi kami berhubungan lewat Facebook dan Twitter. Kami ngobrol tentang TV Korea dan musik hip-hop."

Suara Ko pun terdengar seperti gadis remaja pada umumnya saat ia tahu bahwa Lorde, bintang pop asal Selandia Baru yang single berjudul Royals-nya sempat menempati posisi satu di daftar lagu terpopuler Amerika Serikat, bercuit di Twitter memberi selamat kepada Ko. "Saya langsung mengucapkan, 'Ya Tuhan, ya Tuhan....' Karena saya adalah penggemar beratnya, dan bahwa seseorang dengan status seperti itu memberi tweet semacam itu. Luar biasa!" kata gadis yang juga menggemari Rihanna dan grup One Direction ini. Ya, nikmatilah hari-hari remajamu, Ko!

Gadi Makitan (golfweek, The Dominion Post, Golf Digest)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus