Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berpacu dengan perangsang

Pelatih charlie francis mengakui sejumlah atlet kanada memakai obat perangsang, anabolic steroid. termasuk pelari AS, florence griffith joyner. Dokter pribadi ben johnson, george astaphan jadi saksi.

11 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERNYATA Ben Johnson, yang selama ini selalu menyangkal bergaul dengan dope, seorang atlet pemakai obat perangsang yang berat. Ia bahkan sudah hampir 10 tahun mempergunakannya. Adalah Charlie Francis, pelatihnya, di hadapan Komisi Penyidik Dope yang dipimpin oleh Ketua Pengadilan Ontario Charles Dubin mempertegas kasus dope Johnson di Olimpiade Seoul. Francis mengatakan itu, Kamis pekan lalu, di Toronto, Kanada. Bahkan rekor dunia 100 m yang diciptakan Ben di Roma, Italia, 1987, persiapannya tidak pernah lepas dari obat terlarang ini. Francis juga membeberkan keterlibatan sebelas atlet top Kanada lainnya yang secara rutin menggunakan obat Perangsang Anabolic steroid. Kebanyakan pelari sprinter, teman latihan Johnson, seperti Angella Issajenko, Desai Williams, dan Tony Sharpe. Obat terlarang itu disuplai Bishop Dolegiewicz, atlet tolak peluru Kanada dan Mario Astaphan, dokter pribadi Ben. Francis juga mengakui keterlibatannya semasa menjadi atlet. "Ya, saya menenggak 5 mg per hari selama tiga pekan menjelang Kejurnas Kanada 1973. Pengaruhnya, otot-otot saya menguat. Saya lebih percaya diri," kata bekas juara nasional 100 m Kanada ini. Menurut Francis, Johnson seorang sprinter yang amat berbakat. Pada 1981, dalam usia 19 tahun, ia mampu mencatat waktu 10,25 detik di nomor 100 m. "Tapi belum cukup kuat untuk melanjutkan prestasinya," ujar Francis. Ia lantas menyarankan pemakaian Anabolic Steroid, juga untuk Desai Williams dan Tony Sharpe. Ben setuju. Ia mengajak sprinter kelahiran Jamaica ini menemui seorang dokter di Toronto -- yang menjelaskan manfaat pemakaian steroid untuk membentuk penampilannya. Termasuk efek sampingan yang bakal ditimbulkannya. Setelah pertemuan itu Johnson belum mengambil keputusan. Baru beberapa bulan kemudian, tepatnya di musim gugur, ia memutuskan untuk memakainya. Mula-mula ia memakai Dianabol, lalu beralih ke Stanozolol pada 1982. Alasannya, tambah Francis, Stanozolol tidak sekeras Dianabol dan tidak terlalu banyak menahan cairan tubuh. Jenis Stanozolol inilah yang ditemukan dalam contoh air seni Johnson di Olimpiade Seoul yang lalu. "Sepanjang sepengetahuan saya, Johnson mengetahui kalau menggunakan obat perangsang ini dilarang," kata Francis. Tapi Johnson sudah juga mengetahui kalau obat itu harus disetop pemakaiannya 28 hari sebelum terjun ke lapangan. "Agar tidak bisa dideteksi dalam tes dope," ucap Francis. Contoh lain adalah Angella Issajenko, pemegang rekor dunia jarak 50 m gelanggang tertutup dan pemegang medali perak tim estafet 4x100 m Kanada. Issajenko mulai ditangani Francis sejak tahun 1978, saat berusia 20 tahun. "Saya dan Issajenko mula-mula membicarakan tentang makin meluasnya penggunaan steroid oleh atlet-atlet terkemuka," kata Francis. Lalu mereka mendatangi dokter -- tidak disebutkan namanya -- dan dokter itu memberikan dianabol kepada Issajenko, dalam dosis yang wajar. Setiap hari ia harus meminum sebanyak 5 mg untuk jangka waktu 3 minggu dan istirahat selama 3 minggu pula. Siklus ini terus diulang hingga menjelang pertandingan. Dan Issajenko merasa ototnya bertambah kuat. "Dosis 5-10 mg untuk jangka waktu yang lama, memang cukup tinggi," ujar Sadoso Sumosardjuno, pakar di bidang kedokteran olah raga. Pemakaian yang diselingi waktu istirahat teratur ini lebih aman, "Tapi bukan berarti aman sama sekali dari efek samping, kanker misalnya." Keterusterangan Francis ini membuat kaget banyak orang, terutama di kalangan pelatih olah raga di Kanada. Dr. Andrew Pipe, Ketua Komite Penasihat Obat Terlarang dari Dewan Kedokteran Olahraga Kanada, mengakui bahwa Dianabol merupakan embahnya Anabolic Steroid. Tapi dia sedikit meragukan keterangan Francis tentang penggunaan steroid pada awal 1970-an. "Karena steroid baru dipakai pada awal 1982," ujar Pipe serwaktu dihubungi TEMPO. Ia berharap, Komisi Penyidik ini bukan hanya sekadar mendengarkan keterangan saksi-saksi, tapi juga menjadi tonggak lurusnya kembali sportivitas dalam dunia olah raga. Bukan hanya atlet Kanada yang ditelanjangi Francis. Florence Griffith Joyner atlet Amerika Serikat, pemegang rekor dunia 100 m, 200 m, dan peraih 3 emas di Olimpiade Seoul -- juga tidak luput dari kecamannya. "Kalau tanpa steroid, ia harus menunggu 50 tahun untuk mencapai penampilan yang menakjubkan itu," komentar Francis atas penampilan Flo-Jo, panggilan akrab Florence Griffith. Di Seoul, Flo-Jo memang mampu mecatat waktu 10,49 detik di nomor 100 m dan 21,34 detik untuk 200 m -- keduanya merupakan rekor dunia baru. Francis mengaku tahu persis perubahan gaya lari Flo-Jo di Olimpiade musim panas lalu itu dibandingkan penampilannya di Kejuaraan Dunia Roma, Italia, dua tahun silam. Tapi tuduhan Francis ini membuat Flo-Jo -- yang baru saja mengumumkan pengunduran dirinya dari lintasan atletik -- naik pitam. "Saya tidak suka caranya main tuduh seenaknya,"kata Flo-Jo. "Saya tidak khawatir dengan tuduhan itu, karena memang saya tidak pernah memakainya." Masih dengan nada berang, Flo-Jo melanjutkan: "Kalau dia mencurigai saya melakukan dope, mengapa anak didiknya, seperti Issajenko, yang sudah ketahuan mempergunakan dope tidak mampu menciptakan rekor dunia." Terlepas dari benar-tidaknya keterlibatan Flo-Jo, tampaknya kasus-kasus obat terlarang ini akan terus dibicarakan masyarakat pecinta atletik. Apalagi Komisi Penyidik yang dibentuk oleh Pemerintah Kanada ini akan mendengarkan kesaksian dari dokter pribadi Ben Johnson, Dr. George "Jamie" Astaphan. Kabarnya, keterangan Astaphan tidak jauh berbeda dengan keterangan Charlie Francis. Sungguh malang nasibmu, Johnson.Rudy Novrianto, Toeti Kakiailatu (Vancouver), dan Yusril Djalinus (AS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum