Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Berpacu Menghindari Malu

Target perolehan medali Indonesia hampir pasti gagal. Tapi sang ketua kontingen mengaku puas.

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bawah siraman terik matahari, Tonton Suprapto tertunduk lesu di dekat tenda atlet. Kesedihan jelas sekali tergambar di wajahnya. Pemuda 29 tahun ini baru saja kalah bersaing dengan para pembalap dari negara pecahan Uni Soviet dalam nomor individual time trial. ”Mereka biasa bertanding di Eropa sehingga kami sebelumnya tidak mengetahui kekuatannya,” tuturnya, masygul. Kekecewaan pembalap sepeda asal Pangandaran, Jawa Barat, itu amat membekas. Kontingen Indonesia semula sangat berharap dia bisa menggondol emas pertama dari nomor ini. Tapi, apa boleh buat, genjotan Tonton melintasi jalur sepanjang 48,5 km, Senin pekan lalu, tak membuahkan hasil. Juara Tour de Langkawi di Malaysia ini hanya menempati urutan keempat, tertinggal tiga menit di belakang Andrei Teteriouk, pembalap Kazakstan yang meraih emas. Medali perak dan perunggu dibawa oleh pembalap dari Kyrgyzstan dan Uzbekistan. Harapan Tonton untuk menebus dosa lewat nomor individual road race juga tidak kesampaian. Dia masuk finish di belakang 12 pembalap lain. Kegagalan tim balap sepeda ini semakin lengkap setelah dua hari kemudian Uyun Muzizah cuma memperoleh medali perak di nomor individual road race putri. Ia melewati garis akhir di belakang pembalap tuan rumah, Kim Yong-mi. Praktis, sampai Jumat pekan lalu, Indonesia masih paceklik emas. Satu per satu target emas di pentas Asian Games ke-14 di Busan, Korea Selatan, melayang. Pesanan Presiden Megawati untuk membawa pulang 15 keping emas sudah mesti dibuang jauh-jauh. Kini, Indonesia hanya bisa mengharapkan hasil yang lebih baik ketimbang Asian Games sebelumnya di Bangkok. Saat itu tim Merah Putih bisa meraih 6 keping emas, 10 perak, dan 11 perunggu. Bukan cuma tim balap sepeda yang jeblok. Medali emas juga urung dipersembahkan oleh Raema Lisa Rumbewas dari nomor angkat besi putri kelas 48 kilogram. Total angkatannya yang 195 kilogram hanya menghasilkan perunggu. Peraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000 ini kalah dari lifter Cina, Zhou Li, yang merebut emas dengan angkatan lima kilogram lebih berat. Kendati begitu, sejauh ini angkat besi menjadi penyumbang medali paling banyak bagi Indonesia. Sebab, lifter putri Tanti Pratiwi juga mendapat perunggu dari kelas 58 kilogram. Prestasi terbaik disumbangkan lifter putra Erwin Abdullah di nomor 69 kilogram. Bertanding di Bukyong National University Gymnasium, ia merebut medali perak. Medali emas direbut lifter Cina, Zhang Guozheng, yang mengangkat 12,5 kilogram lebih berat ketimbang hasil angkatan Erwin. Tim dayung? Lebih memprihatinkan. Berhasil lolos di enam nomor final, tapi hanya satu perunggu yang didapat. Kuartet Rodiaman-Rahmat-Agus-Aldino, yang turun di nomor men’s lightweight four-oars without coxswain, sempat memimpin hingga 500 meter pertama. Tapi belakangan mereka kehabisan tenaga hingga tersusul tim dari Cina dan Jepang. Dua andalan lainnya, Pere Karoba dan Jamaluddin, tak meraih satu medali pun dari nomor tunggal ataupun beregu. Kabar buruk juga berembus dari voli pantai. Dari cabang ini medali emas diharapkan bisa didulang, tapi yang didapat cuma perak. Pasangan utama Indonesia, Agus Salim dan Koko Prasetyo Darkuncoro, yang lolos ke babak final, harus menyerah kepada duet utama Jepang, Katsuhiro Shiratori dan Shitoshi Wanatabe. ”Empat tahun lalu Indonesia masih unggul dibanding Jepang dan Cina. Sekarang kita ketinggalan karena jarang ikut tur dunia,” kata Agus. Pasangan Agus dan Koko selama ini hanya bertarung di seri kejuaraan voli pantai Asia-Pasifik. Dalam seri pertama dan kedua, yang berlangsung di Thailand, pasangan yang berasal dari klub voli Ganevo, Yogyakarta, ini menempati urutan kedua dan kelima. Akhir Agustus lalu, pasangan ini menjuarai seri keempat di Bali. Hanya, pada ajang-ajang itu, kata Agus, Jepang cuma mengirimkan tim lapis kedua atau ketiganya. ”Mereka menyembunyikan pasangan terbaiknya,” ujarnya. Agus sendiri baru berpasangan dengan Koko selama delapan bulan terakhir. Sebelumnya, ia bersama Irilkhun Soffana merebut perak di Asian Games Bangkok, 1998 lalu. Saat itu voli pantai untuk pertama kalinya dipertandingkan. Rentetan kegagalan itu jelas membuat kontingen Indonesia terpukul. Hanya, komandan tim Indonesia, Rudolf Samuel Warouw, mengaku masih ada harapan. ”Saat ini baru 20 persen dari atlet unggulan kita yang bertanding,” ujarnya. Peluang meraih emas memang masih terbuka, terutama dari cabang bulu tangkis, tenis, karate, wushu, binaraga, taekwondo, balap sepeda, dan layar. Tapi, jika 20 persen atlet unggulan sudah dikerahkan dan tak sekeping emas pun didapat, sejatinya tanda-tanda kegagalan telah datang. Akan sangat memprihatinkan kalau prestasi Indonesia lebih buruk dibanding pada Asian Games sebelumnya. Lebih memalukan lagi kalau negeri berpenduduk terbesar ketiga di Asia ini kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand dan Singapura. Kemungkinan terburuk ini diusir sejauh mungkin oleh kontingen Indonesia. Setiap malam, di perkampungan atlet Banyeo-dong di Busan Timur, kontingen mengevaluasi kegagalan mereka. Kesimpulannya, menurut Rudolf, para atlet sudah berbuat yang terbaik, meski tidak memperoleh medali. Jadi? ”Kami sudah puas,” katanya. Agung Rulianto dan Sapto Yunus (Busan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus