Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Keramba Emas, Siapa Punya?

Cina dan Jepang menyapu medali emas dari kolam renang. Cina sedikit lengah?

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH tangannya mengayuh 63 kali, Kosuke Kitajima menyentuh dinding kolam. Berenang dengan gaya dada, dia melintasi jarak 200 meter dengan cepat sekali. Tapi perenang Jepang ini baru benar-benar tercengang ketika melihat catatan waktu di papan. Tertulis: 2 menit 9,97 detik. ”Saat itu saya baru sadar, saya telah menghancurkan rekor dunia,” katanya kegirangan. Rekor yang ditoreh Kosuke pada Rabu pekan lalu itu lebih cepat 0,19 detik dari catatan Mike Barrowman, perenang Amerika Serikat, pada Olimpiade Barcelona sepuluh tahun silam. Sampai pekan lalu, inilah satu-satunya rekor dunia yang bisa diremukkan di ajang Asian Games yang digelar di Busan, Korea Selatan. Bagi Jepang, ini jelas sebuah kejutan besar. Apalagi, selama ini, prestasi Kosuke tidak begitu gemilang. Pada Olimpiade terakhir di Sydney, dia cuma menempati posisi ke-17 untuk nomor 200 meter gaya dada. Selain itu, jarang-jarang orang Jepang unggul di kolam renang. Sebelumnya, hanya Nobutaka Taguchi yang pernah menjadi perenang pria tercepat dunia, di nomor 100 meter gaya dada. Tapi dominasi Jepang dalam menjaring medali emas dari kolam tak berlangsung lama. Hari-hari berikutnya, Cina menyalip walau tidak memecahkan rekor dunia. Hingga hari keenam, Jepang baru mengail 9 medali emas, sementara Cina sudah menjala 13 emas dari kolam renang. Praktis semua medali emas dari berbagai nomor renang disapu bersih oleh perenang kedua negara itu. Sejak semula, Jepang berusaha merontokkan dominasi Cina dalam Asian Games. Mereka telah mempersiapkan atletnya sedini mungkin. ”Kami sadar atlet Cina amat tangguh, tapi itu bukan berarti mereka tidak bisa dikalahkan,” kata Norimasa Hirai, salah satu pengurus kontingen Jepang, kepada TEMPO. Menurut Norimasa, Jepang membina perenangnya sejak kanak-kanak. Atlet yang hendak dikirim ke perhelatan semacam Asian Games ini pun dilatih dan dipantau secara saksama. Porsi latihan mereka kian bertambah menjelang bertanding di Asian Games ataupun Olimpiade. ”Setelah selesai mengikuti sebuah ajang perlombaan, mereka buru-buru diberi target baru untuk ajang yang lain,” katanya. Dengan persiapan semacam itu, jangan heran jika Jepang bisa mencuri 9 emas dari kolam renang dan bahkan memecahkan rekor dunia. Sejatinya Kosuke hampir juga memecahkan rekor dunia untuk nomor 100 meter gaya dada. Hingga 75 meter, perenang berusia 20 tahun ini mencatat waktu lebih baik ketimbang pemegang rekor dunia, Domenico Fioravanti dari Italia. Sayang, kecepatannya menurun sehingga ia menyentuh finis lebih lambat 0,01 detik dari catatan waktu Fioravanti di Olimpiade Sydney 2000. Cina lengah? Belum tentu. Soalnya, dikabarkan, Negeri Tirai Bambu hanya menjadikan ajang bergengsi di Asia ini sebagai tempat uji coba dan pemantauan atlet. Jadi, semacam sasaran antara saja. Sasaran mereka sebenarnya adalah Olimpiade 2008 di Beijing, Cina. Tapi, menurut Ying Tan, pengurus Komite Olimpiade Cina, menjadi yang terbaik di Asia tetap sasaran mereka. Sebuah visi yang tegas selalu mereka tanamkan kepada atletnya: Cina mesti menjadi nomor satu di Asia. Karena itu, ”Setiap atlet yang membuat kesalahan dan kekalahan akan diberi porsi latihan yang memadai,” katanya. Dengan visi seperti itu, jangan heran jika atlet Cina diwajibkan meraih emas dari setiap cabang yang mereka ikuti. Khusus untuk Asian Games kali ini, mereka menaikkan target perolehan medali emas, terutama dari cabang yang mengobral medali seperti atletik dan renang. Sampai akhir pekan lalu, masih ada keramba berisi 21 medali emas yang akan diperebutkan di kolam renang. Persaingan antara Jepang dan Cina akan tetap sengit kendati sejauh ini Jepang telah tertinggal. Pun dalam total perolehan medali. Hanya, khusus di kolam renang, masih ada kesempatan bagi Jepang untuk menandingi anak-anak Cina. Lagi pula, siapa yang berani meragukan semangat anak-anak Negeri Matahari Terbit? Agung Rulianto, Firman A. (Busan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus