PERSIAPAN tim Piala Thomas Indonesia rampung sudah. Lewat perembukan serius dengan sejumlah eks pemain senior, sejak Senin pekan ini, pengurus harian PBSI akhirnya berhasil menentukan 12 pemain yang akan menjadi tim bayangan kontingen Indonesia untuk mempertahankan Piala Thomas yang akan berlangsung mulai 22 April hingga 4 Mei mendatang di Jakarta. Mereka, seperti sudah lama diduga, hampir semua adalah wajah-wajah lama yang paling tidak sudah pernah terpilih memperkuat tim Piala Thomas 1984. Hanya Hadiyanto yang tak terlihat dari 12 pemain pilihan kali ini. Mereka adalah: Icuk Sugiarto, 24, Liem Swie King, 30, Lius Pongoh, 27, Hastomo Arbi, 27, Sigit Pamungkas, 24, Eddy Kurniawan, 24, (untuk tunggal) dan Christian Hadinata, 37, Kartono, 32, Bobby Ertanto, 25, Heryanto, 32, Hadibowo, 27, Eddi Hartono, 23, (untuk ganda). Masih belum dipastikan siapa dari 12 pemain yang baru dua pekan lalu kembali dari tur ke Taiwan dan Jepang itu yang main di perebutan Piala Thomas ke-14 nanti. Sebab, semua negara peserta kejuaraan dunia yang sudah 8 kali dimenangkan Indonesia itu memang hanya dibolehkan mendaftarkan 8 pemain inti mereka. Yang pasti, ke-12 pemain itu diambil dari 17 pemain yang ikut tur Taiwan dan Jepang yang diseleksi oleh Litbang, Komisi Teknik, dan Bidang Pembinaan PBSI, serta sejumlah eks pemain senior. Hasil perlawatan itu sendiri sebenarnya tak begitu menggembirakan. Sebab, tak satu pun mampu merebut gelar juara. Hanya Icuk di Taipei dan ganda Bobby Ertanto/Heryanto di Tokyo yang bisa mencapai final. Namun, mereka pun akhirnya kalah. Icuk dikandaskan oleh pemain Australia kelahiran RRC, Sze Yu. Sedangkan Bobby dan Heryanto ditumbangkan oleh ganda kuat Malaysia, Razif/Jailani Sidek. Dua kekalahan ini setidak-tidaknya bisa dijadikan indikator untuk mengukur posisi kekuatan bulu tangkis Indonesia. Sebab, merekalah tunggal dan ganda yang agak stabil prestasinya sekarang ini. Jadi, kalau andalan ini saja masih belum begitu meyakinkan prestasinya -- padahal kejuaraan tinggal sekitar dua bulan lagi -- maka bisa ditebak-tebak sendiri kekuatan tim pemegang Piala Thomas nantinya. Toh, Tahir Djide, bekas pelatih fisik yang kini menjadi Ketua Bidang Pembinaan PBSI, tak melihat kegagalan itu perlu dirisaukan. "Kegagalan di Tokyo dan Taipei tak bisa dijadikan barometer prestasi bagi tim Piala Thomas. Sebab, kekalahan seperti itu biasa. Yang penting, kita sekarang sedikitnya sudah tahu kekuatan lawan, dan dengan demikian bisa menyiapkan pemain kita," kata Tahir. Bagaimana rupanya persiapan para pemain? Tahir mengatakan, persiapan sejak tiga bulan lalu "cukup baik". Bahkan Christian, spesialis ganda yang sudah lima kali memperkuat tim Piala Thomas dan tahun ini akan ikut untuk yang keenam kalinya, memastikan dari segi waktu persiapan tahun ini lebih panjang. "Tahun 1984, kita hanya bersiap intensif dua bulan dan masih harus ikut kejuaraan All England. Tapi, tahun ini, kita punya waktu 2,5 bulan dan tak ikut All England lagi," katanya. PBSI memang sudah memutuskan tahun ini hanya akan mengirim pemain-pemain yunior, seperti Alan Budi Kusuma, ke All England. Ini dimaksudkan untuk memusatkan seluruh perhatian pada kejuaraan Piala Thomas. Dengan agak hati-hati, Tahir mengatakan, ia dan sejumlah pelatih senior kini sedang mengusahakan agar para pemain inti nanti akan bisa mencapai kondisi puncak mereka pada saat kejuaraan dimulai. Ia tak menyebutkan bagaimana caranya. Cuma, ia menekankan bahwa selain itu para pembina juga memperhatikan pentingnya pembentukan satu regu pemain, bukan seperti yang sudah-sudah terkadang terpaku pada satu figur pemain. "Saya bukan orang yang cepat puas. Pokoknya, kita coba sekuat tenaga untuk mempersiapkan satu tim yang kuat," katanya. Dosen olah raga ini tetap tampak optimistis. Dan hampir semua kubu Indonesia, mulai dari pelatih, pemain, dan pengurus serta bekas pengurus bersikap begitu. Christian malah mengatakan, penampilan rekan-rekan belakangan ini membaik. "Memang sering kalah, tapi hampir semua, terutama yang di Taipei dan Tokyo, terjadi karena faktor tak beruntung saja," katanya. Bekas Ketua Umum PBSI Ferry Sonneville karena itu menyarankan agar selama 2,5 bulan ini diupayakan penggemblengan tekad menang bagi semua pemain. Dan itu antara lain bisa dilaksanakan di Pemusatan Latihan Nasional dengan menciptakan iklim dan suasana seharmonis-harmonisnya. Dia menilai semua pemain yang sudah dipilih dalam tim bayangan termasuk senior. "Jadi, hanya sedikit memerlukan gemblengan fisik dan teknik," katanya. Fery menyatakan gembira karena suasana kerja sama di PBSI sekarang ini cukup kompak. "Litbang juga sudah mulai aktif memberikan masukan terutama buat para pemain. Ini sangat bermanfaat urituk meningkatkan kualitas para pemain," katanya. Marah Sakti Laporan Rudy Novrianto (Jakarta) & Didi Sunardi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini