Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kami kehabisan cara untuk mengalahkannya. Sulit sekali untuk mengenainya!"
Pernyataan Saul "Canelo" Alvarez setelah bertanding Ahad pekan lalu itu menggambarkan dengan tepat siapakah lawan yang baru saja mempecundanginya: Floyd Mayweather Junior! Petinju Meksiko itu harus menerima nasib sebagai petarung ke-45 yang gagal menaklukkan "Money", julukan Mayweather. Dengan kekalahan itu, Alvarez mesti merelakan dua sabuk gelarnya, yakni juara dunia kelas menengah ringan versi Badan Tinju Dunia (WBC) dan Asosiasi Tinju Dunia (WBA), dipakai sang legenda.
Sebelumnya, Alvarez dijagokan sebagai petinju yang paling mungkin menghentikan kedigdayaan Mayweather. Ia masih muda, 23 tahun, dan belum pernah kalah. Rekornya pun mengerikan: menang 42 kali, 30 di antaranya dengan knockout.
Namun catatan itu hanya berlaku di atas kertas. Di ring, Mayweather mendominasi pertandingan yang berlangsung di depan 16 ribu penonton di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas, itu. Alvarez, yang mencoba menekan sejak awal, selalu mental. Sebaliknya, Mayweather mengandalkan pertahanan rapat. Ia melakukan serangan balik dengan jab dan pukulan lurus. "Alvarez adalah juara dunia, tapi Mayweather membuatnya terlihat seperti amatiran," kata Barry Tompkins, komentator jaringan televisi ShoBox.
Mayweather pun berhak melengkapi sabuk juara dunia kelas welter WBC-nya dengan dua sabuk tambahan dari Alvarez. Ini mengukuhkan posisinya sebagai petinju antarkelas atau pound-for-pound terbaik versi berbagai media olahraga, seperti The Ring Magazine, ESPN, dan Yahoo! Sports. Pertarungan itu juga kian membuktikan bahwa Mayweather adalah petinju dengan pertahanan terbaik sepanjang masa.
Semua tentu ada rahasianya! Dan itu terletak pada sikap tinju serta kuda-kudanya yang unik. Atlet asal Michigan, Amerika Serikat, ini selalu menghadapkan bahunya ke kanan untuk mempersempit ruang tembak lawan. Sedangkan tangan kiri melintang di antara perut dan dada, guna menahan pukulan bawah. Di bagian atas, ia membendung pukulan dengan bahu kiri dan tangan kanan yang terus menempel di dagu. Satu-satunya daerah yang terbuka adalah punggung. Celakanya, ini bagian yang haram dipukul.
Dengan cara itulah Mayweather bertahan dalam 45 kali pertarungannya. Dan itu membawanya menjadi legenda. Dia mendapatkan ilmu itu dari ayahnya, Floyd Mayweather Senior, juara nasional Amerika Serikat 1977. Adapun sang ayah mempelajarinya dari pelatihnya, Dale Williams, di Kalamazoo, Michigan. Gaya itu dijuluki Philly shell karena posisinya yang menyamping bak gerakan umang-umang. "Mayweather Senior menguasainya lebih baik daripada orang lain dan menjadikannya sempurna," ujar Jeff Mayweather, paman sekaligus asisten pelatih Mayweather Junior, kepada situs tinju Fight Hype. "Tapi kami lebih suka menyebutkan Mayweather style."
Kunci dari gaya ini adalah gerakan memutar bahu kiri saat tinju kanan lawan datang. Gunanya untuk meredam kekuatan bogem mentah yang datang sekaligus menjauhkan kepala dari incaran pukulan berikutnya. "Ayah adalah pakar gaya bertahan," kata Mayweather Junior, 36 tahun, seperti dikutip CNN.
Mayweather Senior orang pertama yang mengajarinya memukul. Saat itu dia bahkan baru bisa berjalan. Sang ayah terus membimbingnya sampai 1994. Mayweather Senior sempat masuk penjara lima tahun karena urusan narkotik, dan perannya digantikan Roger Mayweather, adiknya. Roger inilah yang mengantar Mayweather Junior menyabet medali perunggu Olimpiade 1996 di Atlanta, lalu masuk tinju profesional pada tahun yang sama. Mayweather Senior, kini 60 tahun, kembali jadi pelatih anaknya awal tahun ini.
Gaya bertahan Mayweather Junior itu kelak juga mengantarkannya mendapat julukan "Pretty Boy". Saban habis bertarung wajahnya tetap mulus belaka. Tapi, setelah berusia 30 tahun, Mayweather mengganti sendiri julukannya menjadi Money. "Masak, setelah 30 tahun, masih dipanggil Boy saja."
Ganti julukan tak membuat ia mengubah gaya berkelahinya. Pada 2007, ia meladeni Oscar De La Hoya dengan cara khasnya itu. Dan ia tetap menang! De La Hoya saat itu berkali-kali memaksa Mayweather tersudut di tali ring. Namun, Mayweather selalu mampu membalas dengan jab.
Menurut Craig Christian, 49 tahun, pelatih Chris John, gaya bertarung Mayweather itu memang memperkecil kemungkinan terpukul, selain bisa untuk memulai serangan balik. Kepada Tempo, ia menunjukkan posisi horizontal tangan kiri yang bisa berguna untuk mendesak lawan. Lalu dia menyorongkan siku kiri sembari melangkah maju dan menekan ulu hati Tempo.
Christian mengaku kerap meminta anak-anak asuhnya mengadopsi gaya itu saat menghadapi lawan yang agresif. Hal ini juga ia instruksikan kepada Chris John saat menghadapi Daud Yordan, April 2011. Saat itu, pertahanan rapat dan pukulan curian sukses membuat Chris menang angka.
Namun cara ini tak selalu berhasil. Petinju Amerika Serikat, Andre Berto, babak-belur dihajar rekan senegaranya, Robert Guerrero, dalam perebutan sabuk kelas welter WBC, November tahun lalu. Berto, 30 tahun, dua kali nyusruk sebelum kalah angka. Sebab, gaya umang-umangnya tidak dibarengi kegesitan tubuh dan kaki.
Jadi, mustahilkah pertahanan Mayweather dibongkar? De La Hoya, 40 tahun—kini sudah pensiun—mencoba meramu resepnya. Kata dia, ketika Mayweather memukul, pada saat bersamaan harus dipukul juga. Dalam amatannya, Mayweather jarang melancarkan lebih dari tiga pukulan beruntun. Total waktu Mayweather memukul selama satu ronde (tiga menit) hanya sekitar 30 detik. Sisanya digunakan untuk berkelit bak belut. "Jadi, Anda harus bisa memukulinya lebih dari 30 detik," ujarnya kepada Ring Magazine.
Entahlah, apakah resep itu dituruti Alvarez atau tidak. Nyatanya, Alvarez justru terlihat frustrasi hingga sempat memukul selangkangan Mayweather. Sebaliknya, Money begitu menikmati pertandingan, bahkan sempat-sempatnya berhenti dua detik di ronde 11 untuk berpose di depan fotografer. Ia memamerkan wajah "Pretty Boy"-nya, yang memang nyaris tak tersentuh. "Tidak ada cetak biru soal cara mengalahkanku," sesumbar Mayweather.
Dengan pertarungan terakhirnya itu, celengan Mayweather bertambah Rp 465 miliar. Diperkirakan seluruh uang di rekeningnya kini mencapai Rp 3,9 triliun, hasil dari 45 pertandingan profesional. Angka itu menjadikannya petinju dengan bayaran terbesar sepanjang sejarah. Dan ia memperolehnya dengan gaya umang-umang!
Reza Maulana
Fighter, Boxer, dan Turunannya
Ada dua mazhab besar di tinju: fighter alias petarung, yang gemar merangsek lawan untuk bertarung jarak dekat dan boxer, yang doyan memainkan tempo serta menjaga jarak.
Fighter memiliki turunan, yaitu slugger atau brawler. Petinju tipe ini selalu merangsek dengan satu tujuan: menjatuhkan lawan, seperti Mike Tyson dan George Foreman.
Adapun boxer memiliki cabang berupa counter-boxer. Mengandalkan kecepatan berpikir, mereka menunggu serangan lawan sebelum melancarkan pukulan. Floyd Mayweather dan Juan Manuel Marquez masuk tipe ini.
Floyd Mayweather Junior
Julukan: Money, Pretty Boy
Lahir: Michigan, 24-2-1977
Tinggi: 1,73 meter
Jangkauan: 1,83 meter
Kuda-kuda: Ortodoks/kanan
Asal: Las Vegas, Nevada
Rekor: 45 menang (26 KO)
Fighter
Bahu cenderung menghadap ke depan, posisi tangan hampir sejajar, untuk memudahkan melontarkan pukulan kanan dan kiri sama kuatnya.
Kelemahan: Sasaran pukul bagi lawan sangat lebar.
Contoh: Julio Cesar Chavez, Miguel Cotto, Daud Yordan, dan Manny Pacquiao.
Boxer
Dengan bahu menyerong, luas bidang yang bisa jadi sasaran tembak lebih kecil daripada fighter. Jab jadi lebih efektif karena lebih dekat dengan lawan.
Kelemahan: Posisi tangan kanan yang di belakang membuat jarak ke sasaran lebih jauh, sehingga butuh waktu dan tenaga lebih untuk mencapai target.
Contoh: Muhammad Ali, Sugar Ray Leonard, Chris John.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo