Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepasang suami-istri keluar dari ruang praktek spesialis urologi Sigit Solichin, Kamis dua pekan lalu. Sang pria berusia sekitar 50 tahun, bertubuh subur. Menurut Sigit, pasiennya yang berasal dari Medan itu sudah 16 tahun mengidap diabetes melitus. Belakangan penderitaannya bertambah dengan komplikasi disfungsi ereksi.
"Biasanya pasien merasa sangat malu dan rendah diri. Disfungsi ereksi dapat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup pasien," kata Sigit di ruang prakteknya di Rumah Sakit Asri, Jakarta Selatan.
Disfungsi ereksi merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umumnya ditemukan pada pria berusia 40 tahun ke atas. Hampir 39 persen pria berusia 40-70 tahun memiliki disfungsi ereksi dengan tingkat keparahan yang sedang dan berat. Penyebabnya bisa faktor psikologis atau fisik. Untuk yang kedua, biasanya dikarenakan masalah pada pembuluh darah. Maklum, ereksi baru bisa terjadi jika aliran darah lancar. Kalau ada masalah di pembuluh darah—misalnya karena hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, kelainan jantung, dan proses penuaan—ereksi pun terganggu.
Untuk mengatasi gangguan ereksi, pasien Sigit tadi menggunakan obat sildenafil atau Viagra. Kepada Sigit, dia mengaku menghabiskan Rp 300 ribu sekali mengkonsumsi obat itu sebelum berhubungan intim dengan istri. Karena tak kunjung pulih dengan terapi farmako, sang pasien menerima tawaran Sigit untuk mencoba terapi baru.
Kedatangannya yang kedua kali ke klinik Sigit itu untuk menjalani terapi gelombang kejut di luar tubuh intensitas rendah (low intensity extracorporeal shock wave therapy, LI-ESWT). Rumah Sakit Asri, sebagai pusat urologi, adalah tempat pertama di Indonesia yang menerapkan prosedur ini kepada pasien disfungsi ereksi. Layanan ini baru beroperasi pada Agustus lalu.
Penelitian tentang gelombang kejut intensitas rendah untuk disfungsi ereksi dimulai pada 2010. Di Amerika Serikat telah diterapkan pada pasien disfungsi ereksi pada awal 2012. Sebelumnya, pasien disfungsi ereksi biasanya menggunakan terapi pompa penis (vakum), farmakologi (obat minum), suntik obat ke penis, suntikan obat ke saluran keluar kencing, bedah protesis, suntikan hormon, atau terapi seks.
Pada prinsipnya LI-ESWT merupakan prosedur pengobatan dengan cara menembakkan gelombang kejut intensitas rendah ke beberapa titik di penis. Gelombang kejut merupakan gelombang tekanan kuat yang menjalar lebih cepat dibanding suara.
Tembakan gelombang kejut intensitas rendah menghasilkan tegangan geser—tegangan yang bekerja sejajar pada penampang penis. Akibatnya, pada penampang penis tercipta banyak pembuluh darah baru, terutama pada bagian jaringan pembuluh darah utama (corpus cavernosum), yang bertanggung jawab atas pembesaran dan ereksi penis.
LI-ESWT diturunkan dari teknik lithotripsy, yakni prosedur menghancurkan batu ginjal menggunakan gelombang kejut akustik tanpa memerlukan pembedahan. Perbedaannya, tingkat intensitas tembakan gelombang kejut LI-ESWT hanya sepersepuluh lithotripsy. Selain menangani pasien dari Medan itu, Sigit mengaku melayani tiga-lima pasien baru setiap pekan.
Gelombang kejut ini dihasilkan dari alat berbentuk seperti bohlam. Pada alat itu, listrik tegangan tinggi berubah menjadi percikan. Karena ada uap air, percikan berubah menjadi ledakan sehingga menghasilkan gelombang kejut. Lengkungan dinding membuat gelombang kejut dipantulkan sehingga berfokus hanya pada area yang dituju.
Dalam penerapannya, gelombang kejut intensitas rendah ditembakkan ke lima titik di penis: puncak, sisi depan, belakang, kiri, dan kanan batang penis. Sebanyak 300 tembakan di setiap titik. "Jadi total tembakan dalam satu kali terapi adalah 1.500 kali," kata Sigit. Terdengar menyeramkan, tapi sebenarnya tidak menyakitkan dan amat aman.
Terapi ini dilakukan 12 kali selama sembilan pekan. Pada tiga pekan pertama, terapi dilakukan dua kali per minggu. Setelah itu, istirahat selama tiga pekan. Tiga pekan terakhir kembali dilakukan terapi dua kali per minggu. "Semua terapi itu harus dilakukan tanpa terputus, karena kalau terputus kinerjanya menjadi tidak maksimal," kata Sigit.
Hasil dari penembakan gelombang kejut intensitas rendah ini dapat dilihat melalui tingkat kekerasan ereksi. Menurut Ponco Birowo, spesialis urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dari penghitungan skor kekerasan ereksi, 70 persen pasien terapi ini bisa mengalami ereksi. Bahkan 50 persen pasien yang sebelumnya menggunakan obat untuk ereksi, dengan satu paket terapi, dapat mengalami ereksi tanpa memerlukan obat lagi. "Hasilnya sudah terlihat pada terapi kedelapan," kata Ponco.
Sayangnya, terapi ini hanya bekerja pada disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kerusakan atau kelainan pembuluh darah, yang antara lain disebabkan oleh hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, kelainan jantung, dan proses penuaan. Terapi tidak dapat diterapkan untuk pasien yang memiliki disfungsi ereksi karena kelainan psikologis, trauma panggul, atau gangguan hormonal. "Alat ini memang bekerja hanya untuk pembuluh darah," kata Ponco.
Selain itu, alat ini hanya diperuntukkan bagi pasien dengan tingkat ereksi 2 dan 1. Pada tingkat 2, penis dapat mengalami Âereksi, hanya tidak maksimal sehingga tidak dapat melakukan penetrasi. Sedangkan tingkat 1 adalah penis dapat membesar hanya saja tidak dapat mengeras.
Kelemahan lain dari terapi ini, efek yang dihasilkan tidak bertahan selamanya. Terapi ini hanya memiliki efek jangka pendek, yaitu dua tahun. Menurut Ponco, bila pasien tidak menjaga gaya hidup sehat, penis akan kembali loyo.
Cheta Nilawaty
Cara Kerja Gelombang Kejut LI-ESWT
Low intensity extracorporeal shock wave therapy (LI-ESWT) merupakan prosedur pengobatan dengan cara menembakkan gelombang kejut intensitas rendah ke beberapa titik di penis. Gelombang kejut merupakan gelombang tekanan kuat yang menjalar lebih cepat dibanding suara.
5 titik di penis yang ditembakkan gelombang kejut intensitas rendah:
- Puncak
- Sisi belakang
- Sisi depan
- Kanan
- Kiri
Listrik tegangan tinggi berubah menjadi percikan. Karena ada uap air, percikan berubah menjadi ledakan sehingga menghasilkan gelombang kejut. 300 tembakan di setiap titik
Terapi ini hanya bekerja pada disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kerusakan atau kelainan pembuluh darah, karena hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, kelainan jantung, dan proses penuaan.
Pada penampang penis tercipta banyak pembuluh darah baru, terutama pada bagian jaringan pembuluh darah utama (corpus cavernosum), yang bertanggung jawab atas pembesaran dan ereksi penis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo