Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Insulin Baru Pengurang Injeksi

Sebuah perusahaan kesehatan di Denmark menemukan insulin degludec. Membuat penderita diabetes tak lagi harus menyuntik berkali-kali dalam sehari.

23 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CAMILLA Rossil baru berumur empat tahun ketika divonis mengidap diabetes tipe 1. Ia ketahuan menderita penyakit mematikan ini ketika orang tuanya merasa ada yang tak beres pada putrinya itu. Camilla selalu merasa haus, cepat lelah, mudah lapar, dan sering buang air kecil.

"Walau sudah buang air kecil sebelum tidur, saya sering mengompol pada malam hari. Lalu saya dibawa ke dokter, dan ternyata saya mengidap diabetes tipe 1," ucap Camilla, kini 35 tahun, kepada jurnalis dari berbagai negara, termasuk Tempo, dalam acara Novo Nordisk Media Event di Favrholm Campus, Hilleroed, Denmark, akhir bulan lalu.

Cerita lain dituturkan Christian Petersen. Ia terindikasi menderita diabetes tipe 2 ketika berusia 18 tahun. Sebelumnya tak ada gejala klasik penderita diabetes yang ia rasakan, seperti yang dialami Camilla. Lelaki yang kini berumur 32 tahun dan berprofesi sebagai guru olahraga di sekolah Herlev, Kopenhagen, Denmark, ini baru mengetahui mengidap diabetes saat menjalani pemeriksaan medis untuk ujian mengambil surat izin mengemudi. "Saya sempat kaget. Sebab, tak ada yang menderita diabetes di keluarga kami. Mengapa saya bisa terkena penyakit ini?"

Apa yang dialami Camilla dan Christian berbeda. Diabetes pada Camilla akibat kelainan metabolik kadar gula dalam darah. Sel beta pankreas dalam tubuhnya tak mampu memproduksi insulin. Ini yang disebut diabetes tipe 1 dan biasanya menyerang anak-anak. Sedangkan Christian menderita diabetes akibat terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh lantaran produksi insulin pada pankreas tak mencukupi atau sel lemak dan otot tubuh menjadi resistan terhadap insulin. Diabetes tipe 2 lebih disebabkan oleh gaya hidup tak seimbang, seperti mengkonsumsi makanan tak sehat, kurang aktivitas fisik, dan obesitas.

Untuk bertahan hidup, penderita diabetes kerap menyuntikkan insulin—hormon yang mengawasi kadar glukosa dalam darah—ke dalam tubuh. Secara sederhana, insulin diibaratkan sebagai kunci yang dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel. Kemudian glukosa tersebut diubah menjadi tenaga. Bila tak tersedia insulin, seperti yang dialami penderita diabetes tipe 1, atau insulin dalam keadaan resistan seperti pada penderita diabetes tipe 2, glukosa akan tetap berada dalam pembuluh darah. Akibatnya, kadar gula dalam darah meningkat, sedangkan tubuh akan terasa lemas lantaran tak tersedia sumber energi yang bisa dipakai dalam sel.

Camilla dan Christian adalah dua dari 371 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Sekitar 80 persen dari jumlah itu hidup di negara miskin dan berkembang. Di Indonesia, terdapat 7,6 juta pengidap penyakit ini atau tertinggi kesembilan di dunia. Ironisnya, hanya 39 persen yang menjalani perawatan. Yang menyedihkan, hanya 0,7 persen dari penderita diabetes itu yang mendapat pengobatan secara tepat.

Menurut Sidartawan Soegondo, Ketua Asosiasi Diabetes Indonesia, sekitar 75 persen penderita tak terdeteksi mengidap diabetes. Ini disebabkan oleh masih rendahnya edukasi dan informasi tentang penyakit diabetes. "Ahli endokrin di Indonesia cuma 70 orang, tak mungkin mereka yang harus selalu memberi informasi," kata Sidartawan dua pekan lalu. "Perlu ada pelatihan bagi dokter dan tenaga medis agar bisa memberikan edukasi dan pengobatan."

Camilla dan Christian beruntung hidup di Denmark. Di negeri kelahiran pendongeng terkenal Hans Christian Andersen itu, terdapat sebuah klinik khusus penanganan penderita diabetes, yakni Steno Diabetes Center. Pasiennya tak hanya warga setempat, tapi juga dari seluruh dunia. Camilla dan Christian kini menjadi model sukses bagaimana menjalani hidup dengan diabetes. Selain membimbing pasien, Steno Diabetes Center gencar mengkampanyekan hidup sehat agar terhindar dari diabetes. Salah satunya di Indonesia. "Kami menangani penderita diabetes secara global melalui serangkaian penelitian dengan berfokus pada tahap awal penyakit dan cara mencegahnya," ucap John Nolan, CEO dan Kepala Steno Diabetes Center.

Penderita diabetes sangat bergantung pada asupan insulin melalui injeksi. Hormon pengendali kadar gula darah ini pertama kali diperkenalkan oleh Frederick Banting, peneliti dari Universitas Toronto, Kanada, pada 1921. Awalnya, insulin dibuat dari hormon yang diambil dari tubuh hewan, seperti sapi dan babi. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, insulin berbahan asam amino ditemukan pada awal 1950 oleh Frederick Sanger. Ia menyempurnakan insulin sintetis itu di laboratorium Panayotis Katsoyannis di Universitas Pittsburgh. Pada saat bersamaan, Helmut Zahn juga membuat insulin jenis ini di Universitas Aachen pada awal 1960-an.

Kini di pasar terdapat berbagai jenis insulin. Sayang, kebanyakan dari insulin itu tak bisa bertahan lama di dalam tubuh. Beberapa contoh insulin tersebut adalah insulin reguler (Humulin R, Novolin R), yang mulai bekerja setelah 30 menit sejak disuntikkan. Adapun Humalog (Insulin Lispro) bekerja cepat karena hanya butuh waktu 15 menit untuk bereaksi setelah disuntikkan. Ada juga insulin yang bisa bertahan cukup lama, yakni Levemir (insulin detemir recombinant), yang bertahan 24 jam. Lantaran efek insulin dalam tubuh cepat habis, penderita diabetes harus menyuntikkan insulin dua-tiga kali dalam sehari. "Sewaktu remaja, saya pernah merasa capek dengan suntikan. Lalu saya berhenti memakai insulin. Tapi akibatnya fatal, saya hampir tewas," ujar Camilla.

Rasa frustrasi sering menghinggapi penderita diabetes. Sebab, ya itu tadi, dalam sehari mereka harus beberapa kali menyuntikkan insulin ke dalam tubuh, terutama sebelum makan. Novo Nordisk, perusahaan kesehatan global penyedia insulin terbesar saat ini, memperkenalkan insulin degludec yang lebih tahan lama. Ini adalah insulin basal baru yang membentuk susunan multiheksamer yang larut setelah diinjeksikan sehingga memiliki profil kerja sangat panjang (ultra-long acting), yaitu mencapai 40 jam. Yang menarik, penderita diabetes bisa menggunakan insulin ini setiap hari atau tiga kali seminggu.

"Sifatnya yang stabil membuat insulin ini bisa dipakai kapan saja tanpa khawatir kelebihan dosis," kata Peter Kurtzhals, Senior Vice President for Diabetes Research.

Insulin degludec adalah insulin yang sudah dimodifikasi dengan menghilangkan salah satu asam amino dalam rantai insulin dan menggantikannya dengan asam lemak. Perubahan kecil ini membuat struktur tendencies berbeda. Degludec dalam larutan berbentuk diheksamer, yang disertai dengan zat besi dan zat kimia lainnya bernama phenol. Ketika degludec disuntikkan, diheksamer akan membentuk multiheksamer yang jumlahnya bisa ribuan dan membentuk rantai insulin yang sangat panjang. "Seperti kalung mutiara. Itu sebabnya obat ini bisa bertahan lebih lama," kata Kurtzhals.

Perubahan ini membawa dampak luar biasa terhadap penanganan penderita diabetes. Struktur insulin degludec yang panjang dan stabil di bawah kulit ini menjalar ke seluruh tubuh dan secara perlahan melepas ion zat besi dan pecah menjadi struktur kecil. Proses yang kemudian melepas insulin aktif monomer ini mampu bertahan selama 40 jam. Rantai insulin ini sangat kukuh dan membelah secara perlahan ketika kadar gula dalam darah meningkat. Insulin dengan nama dagang Tresiba ini sudah dipasarkan di Jepang, Meksiko, dan beberapa negara Eropa. Untuk Indonesia diperkirakan baru masuk tahun depan.

Camilla dan Christian, juga jutaan penderita diabetes lainnya, kini merasa lebih nyaman. Mereka tak perlu lagi repot menyuntikkan insulin berkali-kali dalam sehari. "Rasanya saya ingin hidup sampai umur 105 tahun," kata Camilla sembari tertawa.

Rosalina, Firman


Cara Kerja Insulin Degludec

Degludec adalah insulin basal baru yang membentuk susunan multiheksamer yang larut setelah diinjeksikan sehingga memiliki profil kerja sangat panjang (ultra-long acting), yaitu mencapai 40 jam.

  • Insulin disuntikkan. Penderita diabetes bisa menggunakan insulin ini setiap hari atau tiga kali seminggu.
  • Phenol menyebar
  • Menyebarnya phenol membuat diheksamer menjadi multiheksamer, yang jumlahnya bisa ribuan dan membentuk rantai insulin yang sangat panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus