Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Besar Berkah Salah

Belajar sepak bola di jalanan kampung, Mohamed Salah tumbuh menjadi pemain idaman fan Liverpool dan klub-klub raksasa Eropa. Penampilannya membantu memupus isu Islamofobia di Inggris.

25 Februari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU tujuh bulan bergabung di Stadion Anfield, markas klub Liverpool, nama Mohamed Salah sudah terpatri di jajaran pemain paling produktif Liga Primer Inggris. Pemain 25 tahun itu mengemas 30 gol untuk klub berjulukan The Reds tersebut di berbagai kompetisi, 22 gol di antaranya di Liga Primer. Prestasi Salah dalam waktu singkat itu mengerek popularitasnya.

Salah tak ingin menikmati sendiri ketenaran itu. Pemain gelandang sayap kiri itu mengatakan keberhasilannya mencetak banyak gol berkat taktik sang pelatih, Juergen Klopp. Pelatih asal Jerman itu memberinya kebebasan bermain lebih dekat ke gawang lawan. "Jauh lebih sering ketimbang klub atau pelatih lain," kata Salah seperti ditulis Goal pekan lalu. Klopp pun memuji kecerdikan Salah menjebol gawang lawan. "Dia melampaui penilaian tim pencari bakat Liverpool."

Produktivitas Salah membuat Liverpool, yang terseok-seok dalam lima tahun terakhir, kembali ke peta persaingan tiga besar Liga Primer. Dulu, Liverpool dikenal sebagai klub jawara dengan koleksi 18 trofi juara Divisi 1. Sejak kompetisi diubah menjadi Liga Primer pada 1992, prestasinya mandek.

Fan Liverpool ikut memuji Salah. Namanya dimasukkan dalam nyanyian yang diambil dari potongan lagu populer di Inggris, Sit Down dan Sugar Sugar. Seusai kemenangan dramatis 4-3 atas Manchester City dua pekan lalu dan Salah ikut menyumbang satu gol, nama pesepak bola muslim itu makin kencang didendangkan.

Merombak lirik lagu Good Enough yang dirilis pada 1996, fan memuji Salah sebagai penyerang hebat. Mereka juga dengan riang menyebut bakal menjadi muslim dan ikut duduk di masjid jika Salah terus mencetak gol. Dalam akun Twitternya, Salah merespons lagu hit baru itu dengan tiga emoji yang menunjukkan ia menyukainya.

Keramahan Salah ikut menjadi alasan fan Liverpool dan sepak bola Inggris menyukainya. Salah kerap memberikan hadiah kepada anak-anak yang menyaksikan Liverpool berlatih atau bertanding. Ketimbang beraksi gila-gilaan, dia memilih berlutut di lapangan setelah mencetak gol.

Salah menjadi pelipur bagi Inggris yang sempat dilanda isu Islamofobia dan rasisme. Rentetan serangan teroris, termasuk pengeboman stasiun kereta bawah tanah di London dan Manchester tahun lalu, membuat komunitas muslim Inggris kerap dicemooh dan mendapat serangan.

Pujian terhadap Salah itu dinilai memberi warna baru bagi usaha merekatkan kembali relasi dengan komunitas muslim. "Ini untuk pertama kalinya saya melihat ada apresiasi kegembiraan dan positif yang melibatkan agama pemain," ucap Piara Powar, Direktur Eksekutif FARE Network-jaringan yang dibentuk untuk melawan diskriminasi dalam sepak bola Eropa-seperti ditulis The Washington Post, Senin pekan lalu.

Kesuksesan Salah di lapangan hijau berawal dari latihan keras sejak kecil. Jatuh cinta pada sepak bola pada usia tujuh tahun, Salah bermimpi menjadi pemain hebat seperti para idolanya: striker Brasil, Ronaldo, dan kapten tim nasional Italia, Francesco Totti. "Aku selalu menonton Liga Champions Eropa dan meniru mereka," katanya.

Salah kecil kerap bermain sepak bola bersama saudara dan kawan-kawannya di jalanan kampungnya di Nagrig, sekitar 121 kilometer sebelah utara ibu kota Mesir, Kairo. Ia juga ikut berlatih di gelanggang remaja Nagrig. Kemampuannya melesat cepat ketimbang kawan-kawannya yang lebih tua. "Bakatnya makin terasah oleh keinginan dan usaha kerasnya berlatih," ujar Ghamri Abdel-Hameed el-Saadani, pelatih tim junior di Nagrig.

Beranjak remaja, Salah pindah belajar di klub sepak bola lokal di Kota Basyoun, sekitar 8 kilometer dari desanya. Karena kemampuannya mengolah bola, Salah bahkan diberi izin tidak mengikuti proses belajar secara penuh di sekolah. "Di sekolah hanya belajar dua jam, lalu keluar mengejar bus untuk pergi ke tempat latihan," kata Salah. "Bayangkan betapa sulitnya hidupku sekarang jika gagal menjadi pemain sepak bola."

Pada usia 14 tahun, Salah direkrut oleh El Mokawloon FC (Arab Contractors), klub yang bermarkas di Kairo. Dia pun menjalani salah satu masa tersulit dalam hidupnya. Selepas sekolah pukul sembilan pagi, dia harus gonta-ganti bus hingga lima kali dari desanya menuju Kairo mengejar sesi latihan yang dimulai pukul 16.00.

Selesai berlatih sekitar dua jam, Salah kembali ke desanya dengan menumpang bus yang sama. Ia tiba di rumah lebih dari pukul 22.00 hanya untuk makan, lalu tidur. Rutinitas ini berlangsung terus setiap hari selama empat tahun. "Memang berat, tapi aku sudah bertekad menjadi pemain besar," tuturnya.

Salah menjadi fenomena di Mesir saat dipanggil masuk tim nasional. Usianya baru 19 tahun ketika dia memulai debutnya di tim nasional dalam pertandingan menghadapi Sierra Leone. Sebulan kemudian, Salah mencetak gol perdana bagi Mesir ketika menghadapi Republik Niger.

Salah ikut tampil bersama The Pharaoh-julukan tim nasional Mesir-di Olimpiade London 2012. Dari sini, kesempatannya bermain di liga Eropa terbuka lebar. Adalah klub Swiss, Basel FC, yang memboyongnya dari Kairo. Ia tampil menawan bersama Basel dalam 47 laga dan mencetak 9 gol.

Sejumlah klub Eropa berusaha meminang Salah. Ia akhirnya memutuskan memulai debutnya di Inggris bersama Chelsea pada 2014. Chelsea menebusnya dengan harga sekitar 11 juta pound sterling dari Basel. Ia menjadi pemain Mesir pertama yang bergabung dengan The Blues-julukan Chelsea.

Digadang sebagai pemain potensial, karier Salah di Chelsea melempem. Ia tak masuk tim utama, bertahan setahun di Stamford Bridge dengan catatan 13 kali tampil dan mencetak sepasang gol. Manajer Chelsea kala itu, Jose Mourinho, sepakat meminjamkannya ke klub Italia, Fiorentina, selama 18 bulan dalam paket pertukaran pemain.

Di kompetisi Serie A, kemampuan Salah justru meningkat. Tampil 16 kali bersama Fiorentina, ia membukukan enam gol. Fiorentina yang kesengsem berusaha membujuknya untuk menjadi anggota permanen klub itu. Salah menolak dan memilih hijrah ke AS Roma.

Aksi Salah bersama kesebelasan I Lupi-julukan AS Roma-makin rancak. Ia menjadi pencetak gol terbanyak, yakni 15 gol, dan pemain terbaik musim 2015/2016. Keuntungan Roma bertambah setelah Salah sepakat bergabung menjadi pemain tetap di klub ibu kota Italia itu.

Francesco Totti, yang sempat bermain bersama Salah dalam dua musim terakhirnya di AS Roma, memuji kemampuan Salah. Pemain legendaris Italia berusia 41 tahun itu menyebut Salah sebagai salah satu pemain elite dunia. "Permainannya akan semakin baik," ujar Totti seperti ditulis The Daily Mirror, Kamis pekan lalu.

Menurut Totti, kemampuan Salah akan berkembang karena kegigihannya berlatih. Salah, kata Totti, selalu berusaha bermain dengan baik. "Dan dia memperhatikan para pelatihnya," ucap Totti, yang memutuskan pensiun tahun lalu setelah 25 tahun membangun karier di AS Roma.

Popularitas Salah terus melejit setelah membantu Mesir lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia setelah mengalahkan Kongo 2-1, Oktober tahun lalu. Gol penalti Salah pada menit ke-95 mengunci kemenangan timnya dan mengembalikan nama Mesir ke daftar peserta Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1990.

Anak-anak di Nagrig kini menjadikan Salah sebagai idola mereka. Namanya pun dipakai untuk satu gelanggang remaja di Basyoun. Berkat sepak bola, Salah kini mampu membangun rumah sakit serta memberikan bantuan untuk kaum papa di Nagrig dan Mesir. "Aku ingin seperti Mohamed Salah ketika besar nanti," ujar Mohamed Abdel-Gawad, bocah 12 tahun dari Kampung Nagrig.

Gabriel Wahyu Titiyoga (liverpool Fc, Skysports, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus