Bila sang elang menyambar

PARA pilot Thunderbirds adalah jago-jago pilihan. Mereka disaring dari sekitar 100 ribu perwira penerbang angkatan udara AS. Umumnya mereka sudah melewatkan ribuan jam terbang dalam kokpit pesawat tersebut. Untuk setiap satu jam terbang di F-16 yang harganya Rp 30an milyar itu biayanya sekitar Rp 12 juta. Setiap penerbang yang akan berlatih menggunakan F-16 biasanya diharuskan melihat pemutaran sebuah film video. Dalam film itu tampak wajah pilot yang berubah bentuk -- bahkan pingsan -- saat pesawat melakukan olah gerak pada kecepatan tinggi. Pemutaran film itu adalah semacam peringatan kepada para pengguna bahwa kemampuan F-16 sering melebihi daya tahan pilotnya. Menurut penelitian, beberapa kecelakaan F-16 adalah akibat sang pilot yang pingsan saat melakukan tikungan tajam pada kecepatan tinggi. Maklum, dorongan mesin serta konstruksi pesawat itu memang luar biasa. Terbang berputar terus-menerus pada tekanan 9 G pun dapat dilakukannya tanpa kehilangan ketinggian. Hanya saja, tak ada pilot yang sanggup bertahan lama. Bayangkan, dalam keadaan itu tubuh si pilot seolah sembilan kali lipat dari bobot sebenarnya. Kemampuan itu diperoleh karena penggunaan bahan konstruksi yang mutakhir dan mesin yang daya dorongnya (sekitar 12 ton lebih besar dari bobot maksimumnya (sekitar 11 ton). Wajar kalau untuk mengemudikannya sang pilot harus dibantu komputer. Penggunaan komputer sebagai penerjemah gerakan kemudi pilot melalui gerakan tangan dan kaki disebut sistem fly by wire. Adalah si F-16 ini yang pertama kali menggunakan sistem tersebut pada 1979. Di tangan pilot yang andal seperti anggot tim Thunderbirds itu, olah gerak pesawat F-16 yang dikenal dengan julukan elang penempur (fighting falcon) itu memang bis membuat orang berdebar.