DALAM seleksi pemain untuk turnanen All England di gedung C
Senayan, Jakarta, seorang pemain muda, belum begitu terkenal,
mengalahkan Heryanto Saputra -- jago yang mempecundangi Luan
Chin dari RRC dalam Asian Games VIII, Bangkok. Lius Pongoh, 18
tahun, pelajar kelas II IPS di sekolah khusus olahragawan SMA
Ragunan, bukan hanya mengalahkan Heryanto. Juga pemain nasional,
Hadianto, dan Hastomo Arbi. Ia cuma tersisih oleh Dhani Sartika,
pemain cadangan tim Piala Thomas (1976).
Prestasi itu telah mengantar Lius ke dalam tim Indonesia untuk
kejuaraan All England di London Maret ini bersama Liem Swie
King, Dhani Sartika, Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjuntjun,
Johan Wahyudi, Heranto Saputra, dan Kartono. Di bagian puteri
tercatat nama Verawaty Wiharyo, Tjan So Gwan, Theresia
Widyastuti, Ruth Damayanti, dan Imelda Wiguna.
"Papa mendorong saya," kata Lius. Ayahnya, Darius Pongoh adalah
pelatih bulutangkis untuk anak-anak di klub Tangkas.
Lius mulai muncul di gelanggang pertandingan tahun 1968, ketika
berumur 8 tahun, dan meraih medali perunggu untuk nomor
anak-anak dalam kejuaraan bulutangkis DKI Jakarta. Di tingkat
nasional, dari partisipasi permainanya dalam turnamen di Medan
(1975), ia terpilih di antara 9 pemain bulutangkis putera yang
dipersiapkan dl Ragunan.
Mulai tahun ajaran 1977, di sekolah Ragunan itu Lius berlatih
pagi-sore selama 5 hari dalam seminggu. Di bawah asuhan pelatih
Ridwan, ia telah terpilih mengikuti kejuaraan bulutangkis remaja
di Genting Highland, Kuala Lumpur, dan merebut juara ganda
bersama Bobby Ertanto. Musim berikutnya, ia meraih medali perak
dalam kejuaraan bulutangkis pelajar ASEAN di Singapura. Kemudian
ia menjadi juara nasional junior 1978 di Semarang.
Lius, tinggi 164 cm dan berat 57 kg, tidak memimpikan yang
muluk-muluk dalam turnamen All England. "Lolos dari babak
pertama saja sudah syukur," katanya. "Maunya saya sudah tentu
lebih lari itu." Melihat lawan-lawan yang bakal dihadapinya,
antara lain Fleming Delf, Svend Pri, Thomas Kihlstroem, harapan
bagi Lius memang tidak akan terlalu besar.
Kurang Tinggi
Untuk tim Piala Thomas, Mei depan? "la memang seorang pemain
berbakat," komentar juara All England, Liem Swie King. Tapi,
"untuk memperkuat tim Piala Thomas, dibutuhkan pemain-pemain
yang lebih berpengalaman." Menurut King, calon pemain Piala
Thomas Indonesia 1979 tak akan banyak berbeda dengan regu 1976.
Waktu itu, tim Indonesia terdiri dari Rudy Hartono, Liem Swie
King, Iie Sumirat, Tjuntjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata,
dan Ade Chandra. "Mungkin untuk turnamen Piala Thomas
berikutnya, ia terpilih," tambah King.
King mengatakan bahwa Lius masih punya banyak kelemahan untuk
menjadi pemain top. Antara lain, disebut King soal teknik dan
mental, di samping tinggi badan Lius masih agak kurang. "Tinggi
badan seorang pemain banyak pengaruhnya dalam melancarkan smash
yang mematikan serta menutup lapangan permainan," lanjut King.
Ia sendiri, tingginya 174 cm.
Syamsul Alam, Koordinator Komisi Teknik PBSI Jaya sependapat
dengan King. "Untuk menambah tinggi badan itu, saya anjurkan
Lius berenang," katanya. Tinggi badan Lius masih bisa bertambah
karena usianya masih muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini